“Buset, marga lo ganti?” tanya Jungmo pada Wonjin yang baru saja sampai di kantin dan langsung bergabung bersama mereka.
“Iya nih, jadi Kim. Biar samaan sama Nayoung.”
“Gila, masih aja suka Nayoung ternyata.” ujar Minhee sambil geleng-geleng kepala.
“Gapapa, gue suka liatnya. Lo sama Nayoung cocok kok, Nayoung yang sukanya marah-marah, dan elo yang sukanya mancing amarah. Perpaduan yang pas bukan?” Hyeongjun menaik turunkan alisnya menggoda Wonjin, dan dibalas suara tawa dari cowok itu.
“Bisa aja lo!” kata Wonjin sambil mendorong bahu Hyeongjun kuat, membuat cowok itu hampir terjatuh dari kursinya.
Soal nametag dengan marga Kim, itu hanya main-main. Di sana, terlihat sobekan kertas kecil berwarna putih dengan tulisan Kim yang menutupi tulisan Ham yang kita tahu itu adalah yang aslinya.
“Dari semua cewek yang suka lo gombalin, kenapa suka Nayoung?” tanya Jungmo heran.
“Nayoung udah dari MOS gue incer,” jawab Wonjin santai.
“Wonjin mah kalo udah bucin, kucing pun di cium sama dia kalo Nayoung yang nyuruh.” celetuk Hyeongjun.
Tukang gombal ini, ternyata takut pada kucing. Waktu dia berumur lima tahun, dia pernah dicakar kucing liar membuat luka yang cukup panjang di tangan mungilnya. Tapi, Wonjin yang sekarang bukan takut pada kuku runcingnya, melainkan sensasi saat diterjang kucing tersebut. Deg-degan, juga perasaan kaget yang membuat Wonjin ingin jauh-jauh dari kucing.
“Asu,” umpat Wonjin terdengar sebal.
•••
“Pulang, sama gue yuk?”
“Gue sama Hyewon.” jawab Nayoung malas menanggapi ajakan pulang Wonjin.
“Ayo lah,”
Nayoung melototkan matanya. “Gak usah kayak bocah! Pulang sendiri sana!” kata Nayoung, tak peduli dengan Wonjin yang memasang wajah memelas.
“Duh, Na. Mama gue minta di temenin ke butik habis ini. Lain kali ya ke toko bukunya, atau lo bareng Wonjin aja. Maaf banget ya.” kata Hyewon tiba-tiba membuat Nayoung mau tak mau mengiyakan, sedangkan Wonjin di belakang sana tampak membatin bahagia.
Hyewon keluar dari kelas lebih dulu. Nayoung dengan tatapan malas melirik Wonjin yang tersenyum cerah ke arahnya.
“Apa!?” sentak gadis itu garang.
Wonjin terkekeh. “Pulang sama gue, ya? Ya? Ya?”
Nayoung menghela nafas panjang. “Oke, tapi cuma hari ini.” sahut Nayoung, membuat Wonjin jingkrak-jingkrak di tempat.
Di koridor, keduanya berjalan beriringan. Beberapa kali Wonjin mencuri kesempatan untuk menggenggam tangan gadis itu namun gagal, karena Nayoung selalu menggagalkan.
“Gak usah pegang-pegang!” sentak Nayoung, membuat Wonjin mendengus pasrah.
Kemudian, seorang gadis cantik datang menghampiri Wonjin dengan senyum manisnya membuat Wonjin maupun Nayoung berhenti.
“Wonjin, ini aku Chowon yang di lapangan kemarin.” ucapnya.
Nayoung sudah menduga hal ini, gadis di depan ini pasti adalah korban gombalan Wonjin. Dia memutar bola matanya jengah, dan itu di tangkap oleh Wonjin yang tak sengaja melihat ke arahnya.
“Maaf ya cantik, gue ada urusan. Nanti kita lanjutin ngobrolnya ya.” kata Wonjin, tak lupa dia memasang senyum manis andalannya. Lalu, dia menyeret Nayoung, membuat gadis itu tersentak dan mau tak mau mengikut saja.
•••
Nayoung masuk ke dalam ruangan guru, untuk membantu salah satu guru membawa buku tulis yang beberapa hari lalu kelas mereka kumpulkan.
Ketika masuk, dia sedikit terkejut mendapati Wonjin, Jungmo, Minhee dan Hyeongjun terlihat bersiap melakukan push-up, di depannya juga terdapat guru BK. Bisa di tebak, jika mereka kepergok bolos pelajaran.
Nayoung sudah tahu, karena sejak bel masuk tadi dia tidak melihat Wonjin.
“Kalian mulu yang bapak ciduk bolos, gak bosen apa? Terutama kamu Wonjin, kamu ini siswa kelas unggulan, harusnya tau aturan. Ini enggak, malah ikutan mereka! Kalian juga! Udah gede, harusnya gak usah dikasih tau lagi!” dari pada mendengarkan celotehan sang guru BK, mata Wonjin justru terfokus pada sosok Nayoung yang tengah menuju ke meja salah satu guru.
Semua pergerakan kecil dari gadis itu selalu berhasil menyita habis perhatian Wonjin, bahkan ketika disuruh push-up pun dia tetap terfokus pada Nayoung.
“Nayoung, kasih gue semangat dong!” seru cowok itu tiba-tiba membuat seluruh atensi mengarah pada Nayoung yang berniat keluar ruangan.
Nayoung menoleh dengan raut wajah terkejut, apa lagi pas guru BK ikut melihatnya.
“Kamu kenal?” tanya guru BK tersebut, membuat Nayoung menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“Gak kenal pak.” jawab Nayoung, lalu buru-buru keluar ruangan.
•••
“Jangan marah dong,”
“Pergi ke kursi lo sekarang!” ucap Nayoung tak terbantahkan membuat Wonjin mau tak mau menurut.
Lalu, guru yang mengajar pun masuk. Sedari tadi, Wonjin memperhatikan Nayoung yang terlihat kesal, dia tahu itu karena kejadian di ruang guru tadi.
Dia mengambil ponselnya, lalu mengirimkan pesan pada gadis itu.
mbak crush😈❤️
jgn mrh dong, janji deh g kyk gitu lgi |
ayg |
eh typo, mksdnya Nayoung |
gw spam nih klo g bls || berisik!
| diem, atau gw blok.syg Nayoung bnyk bnyk🥰😍❤️ |
| alay.
🥰 |
peluk onlen dlu dong |
🫂 || 🐵
Wonjin terkekeh geli melihatnya, lalu kembali memasukan ponselnya. Begitu pula dengan Nayoung, merasa jika Wonjin tak membalas lagi. Dia kembali fokus pada papan tulis, tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman yang tak satu pun melihatnya kecuali Wonjin yang ternyata diam-diam terus memperhatikannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Wonjin | Ham Wonjin
FanfictionKetika seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan mu, juga merupakan orang yang menorehkan luka pada hati mu. ___ Cravity, Ham Wonjin ft. Lightsum, Kim Nayoung. ©unayaaaa12, 2021