•••
"Pacaran kok di koridor!"
Jungmo tanpa ragu menegur satu pasangan yang terlihat berjalan beriringan, tanpa mengaitkan genggaman tangan namun Jungmo tetap mengetahui status keduanya. Itu Yiren sama Jeno, ya kali Jungmo gak tau.
"Cemburu lo, bilang aja!" sahut Jeno tak terima.
Alis Jungmo menukik tak suka. "Sembarangan! Dari pada sama lo, gue lebih cemburu sama bapak lo!"
"Kenapa bapak gue?" tanya Jeno agak kebingungan.
"Karena punya bini lah!"
"Tapi gue piatu."
Jungmo reflek mematung, agak gelap sekarang jadinya. "Gak jadi cemburu sama bapak lo! Gue cemburu sama kucing sekolah aja!" sela Jungmo padahal dalan hati minta ampun agar dosanya yang baru saja terjadi bisa diampuni sama yang di atas.
"Jungmo, move on ya?"
Raut wajah Jungmo berubah, yang tadinya tengil setengah mati sekarang berubah pundung saat Yiren mengeluarkan suaranya.
"Iya." jawabnya tak bersemangat.
"Gue duluan." pamitnya kemudian meninggalkan sepasang kekasih itu dan pergi ke kelasnya.
•••
Kepulan asap terlihat mengudara, yang diduga bersumber dari mulut Jungmo. Ya, anak itu perokok tapi bukan perokok berat.
Di warung yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya itu, ia jadikan sebagai tujuan dirinya bolos hari ini. Rasanya akan terlalu lama jika harus mengajak Wonjin atau temannya yang lain.
"Gak sakit amat sih, soalnya udah feeling. Berarti gue kecewa sama feeling gue kan? Kenapa harus tepat?" Jungmo bergumam sendiri sebelum kembali mengepulkan asap rokok.
Asik menikmati hisapan rokoknya, seorang gadis dengan seragam berbeda darinya terlihat berjalan menuju ke arah warung yang Jungmo tempati.
"Buk, pesen pecelnya satu ya, kayak biasa." ujarnya, dan sontak membuat Jungmo ikut menoleh, begitu pula dengan gadis itu yang menyadari pergerakan seseorang di dekatnya.
Terjadi eye contact beberapa saat sebelum sang gadis melarikan pandangannya. Namun Jungmo sendiri terlihat tidak peduli, dan makin menjadi menghisap rokok.
Bara api yang membakar sudah hampir akan mengenai tangannya, lantas dia membuang puntung kecil itu lalu menginjaknya. Kemudian dia berniat untuk mengeluarkan satu batang rokok lagi, namun pergerakan Jungmo yang akan baru akan membuka kotak rokok tersebut terhenti.
Sebuah permen susu dengan rasa stroberi tergeletak di meja yang ia tempati. Jungmo menoleh saat seseorang itu masih di sana.
"Buat kamu."
Gadis itu pergi, namun Jungmo masih belum bereaksi apapun, malah melihat kearah permen susu tersebut. Tidak mau ambil pusing, dia membuka bungkus permen tersebut kemudian melahapnya.
•••
Keesokkan hari, mood Jungmo sepertinya masih sama dengan hari-hari sebelumnya, tapi dia tetap memilih untuk masuk ke sekolah.
Manik matanya melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, ternyata masih pagi sekali. Lantas Jungmo memberhentikan laju motornya, kemudian merogoh saku untuk mencari sesuatu yang berbentuk segi empat.
"Masih pagi," seseorang yang baru saja bersuara itu berjalan ke bagian depan sisi motor Jungmo.
Teguran halus itu membuat batang rokok tertahan diantara mulut Jungmo, kemudian cowok itu berdecak sebal lalu kembali memasukan batang rokok tersebut ke dalam kotaknya.
"Lo siapa sih? Lo kenal gue?" tanya Jungmo.
Gadis itu mengangkat bahunya acuh. "Asing. Kita orang asing." sahutnya.
"Terus, kenapa bisa kita ketemu lagi?"
"Kebetulan mungkin."
Jungmo menarik nafasnya, sebaiknya dia berangkat saja daripada terus mengobrol dengan gadis asing itu.
Sebelum Jungmo pergi, gadis itu dengan lancang memegang dan memaksa tangan Jungmo untuk memperlihatkan telapak tangannya, dan kemudian sebuah permen susu stroberi kembali muncul di sana.
"Sama-sama."
•••
"Gaeul, lo gila ya? Jangan begitu sama mereka, gue takutnya lo di apa-apain!"
"Yujin, mereka kurang ajar sama kamu! Gak mungkin aku diem aja pas mereka ngeliat kamu dengan tatapan kayak gitu!" balas cewek bernama Gaeul itu.
"Gue gapapa." sahut Yujin.
Wajah Gaeul masih terlihat menahan marah, menatap Yujin teman yang satu-satunya ia punya saat ini. "Udahlah, aku gak akan kenapa-kenapa, kamu santai aja." kata Gaeul menenangkan Yujin, namun kalimatnya masih terdengar seperti orang yang sedang marah.
Bagaimana tidak? Beberapa kakak kelas mereka tadi sempat mengganggu Yujin dengan pertanyaan tidak senonoh. Padahal gadis itu hanya lewat, tapi untungnya Gaeul menyusul dan sedikit memberi gertakan sebelum pergi.
"Iya, iya. Yuk pulang sekarang." ajak Yujin sambil menggandeng lengan Gaeul.
Kedua gadis itu biasanya pulang dengan jalan kaki saja, karena jarak rumah mereka lumayan dekat, tapi bukan berarti rumah mereka bersebelahan. Hanya saja Gaeul harus berjalan lagi sendiri dari rumah Yujin.
"Lo hati-hati ya! Lewat jalan gede aja ya, biar ramean." pesan Yujin, di balas anggukkan kepala dari Gaeul.
"Iya. Sana, kamu masuk!"
Yujin menurut, dan saat itu pula Gaeul melanjutkan langkahnya. Di perjalanan, dering handphonenya berbunyi, dia melihat isi chat dari temannya.
gaeul, tgs kelompok kita nnti km yg kumpulin ya? terakhir jam 4 sore ini, dikirim lewat wa bu soyeon yaa
Gaeul buru-buru melihat jam di handphonenya. 15:13?! Duh, Gaeul harus cepat sampai ke rumah. Kalau lewat jalan besar bakal memakan waktu lama.
"Gaeul, kenapa kamu lupa sih? Harusnya tadi gak ke warung dulu!" omelnya pada dirinya sendiri. Gadis itu berbelok di gang, yang jarang ia lalui sebenarnya karena jalannya sepi tapi bisa mempersingkat waktu untuk sampai ke rumahnya.
Di persimpangan gang, gadis itu tersentak. Wajahnya pias melihat siapa yang berada di jalannya.
"Halo, cantik."
•••
izin ngeluh, pls ni akun susah bener mw update, gatau mw jdi maba akan serepot seribet dan se semuanyaa dah
MAKASIH BANYAK YANG UDAH MAU BACA APLGI VOTE WLEOWLEO 😓💗💗‼️‼️‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Wonjin | Ham Wonjin
FanfictionKetika seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan mu, juga merupakan orang yang menorehkan luka pada hati mu. ___ Cravity, Ham Wonjin ft. Lightsum, Kim Nayoung. ©unayaaaa12, 2021