🍟╏ salah tarik

8 2 0
                                    

•••

“Nayoung, ih! Temenin gue yuk habis pulang sekolah. Tadi gue udah mau nurutin kemauan lo, buat pergi jajan bareng Sangah, terus nahan diri buat gak nyamperin lo. Ternyata susah, jadi gue minta mulai sekarang jangan gitu lagi.”

Nayoung terus berjalan, tanpa menghiraukan kicauan Wonjin yang berada disampingnya. “Ham Nayoung, lo denger gue gak sih?”

Wonjin berdecak sebal. “Ya udah. Diem berarti iya, malam ini gue jemput pokoknya, gak mau tau.” katanya, dan lagi-lagi tak dihiraukan.

Sampai di dalam bus, keduanya duduk bersebelahan seperti biasa. Hening beberapa saat diantara keduanya, sampai Wonjin kembali bersuara. “Nay, lo tau kenapa gue kayak gini?” nada Wonjin berubah serius.

Pandangan Nayoung yang tadinya menatap keluar jendela, kini menoleh sedikit ke samping, seolah mempunyai pertanyaan yang tertahan di ujung lidah.

“Anak TK juga kalo ditanya soal kecantikan seorang Nayoung, pasti jawabnya cantik pake banget, tapi bukan itu jawabannya kenapa gue bisa bucin sama lo.”

“Terus, apa?” tanya Nayoung spontan.

Wonjin menoleh ke arahnya, sambil tersenyum kecil. “Lo ngingetin gue sama mendiang kakak gue. Dari cara lo senyum, ngomong, sampai peduli.”

“Kakak lo, cewek?” Wonjin mengangguk.

“Tapi dia gak pendek.”

Nayoung mendengus, lalu dengan kesal kembali melihat keluar jendela tanpa peduli Wonjin yang sedang melihatnya dengan tawa geli.

“Yeu, ngambek!”

Emang siapa sih yang gak ngambek, Jin? 😠

•••

“Anjay, beneran udah siap.”

Nayoung memutar bola matanya jengah. Dia tidak akan repot-repot bersiap dan pergi keluar bersama Wonjin jika saja cowok itu tidak mengirimkan spam chat.

Wonjin memberikan helm kepada Nayoung, lalu mempersilahkan gadis itu naik di jok motor Scoopy-nya.

“Pegangan, Nay.” kata Wonjin, sebelum dia melepas rem motornya.

Nayoung berpegangan pada bagian belakang motor, dan saat itu pula dia merasakan motor yang ia tumpangi mulai bergerak.

Awalnya, semua berjalan lancar, sampai Nayoung merasakan kecepatan motor yang Wonjin bawa semakin naik, membuat dirinya sedikit ketakutan. Dia menyempatkan diri untuk memukul helm Wonjin agar cowok itu memelankan laju motornya.

“Pelan-pelan, Wonjin!”

“Enakan gini, Nay.”

“Wonjin!”

Diam-diam Wonjin tertawa gemas, lalu menuruti permintaan Nayoung. “Makanya pegangan di jaket gue, jangan di motor.” kata Wonjin setengah berteriak.

Nayoung menurut, lalu mulai menggenggam kedua sisi jaket Wonjin. Merasakan itu, Wonjin hanya tersenyum kemudian kembali menambah laju motornya.

“Wonjin! Pelan-pelan, bego!”

Kalau aura galaknya udah keluar kayak sekarang, Wonjin gak punya kesempatan lagi buat ngejahilin Nayoung.

•••

“Mau permen kapas?”

Nayoung menggeleng menangapi tawaran Wonjin, tapi cowok itu tampak tak kehabisan topik obrolan. “Mau boba?”

Kali ini, Nayoung tampak mempertimbangkan tawaran Wonjin, dan tak lama dia mengangguk mengiyakan. “Greentea, ya.”

Wonjin tak bisa menyembunyikan senyumnya, dengan langkah ringan dia menghampiri kedai minuman lebih dulu. Sembari menunggu pesanan siap, keduanya duduk di kursi tunggal yang disediakan pihak kedai.

“Mbak, cewek disebelah saya ini cantik gak?” tanya Wonjin iseng kepada pelayan wanita yang sedang sibuk menyiapkan pesanannya. Dan, cewek yang Wonjin maksud adalah Nayoung.

Nayoung terkejut, sekaligus menahan malu dibuatnya. Tapi, tak ada yang bisa ia lakukan selain menunduk dan membuang muka ke arah lain.

“Cantik, mas.” sahut wanita itu, membuat Wonjin mengangguk-angguk setuju.

“Pas pembagian muka, doi saya curang mbak. Masa dia cantiknya dikasih lebih.” keluh Wonjin dengan maksud bercanda, membuat pelayan wanita tertawa pelan mendengarnya.

Akhirnya, pesanan mereka siap. Nayoung yang sudah tak bisa menahan malu lagi, langsung menyambar boba miliknya, lalu pergi meninggalkan Wonjin yang harus membayar dulu.

“Dia kalo salting gitu, mbak.” ucap Wonjin sembari menyerahkan uang.

•••

“Iya deh gak gitu lagi.”

Nayoung tak merespon, alis matanya tetap menukik membuat siapapun tahu jika gadis itu sedang kesal sekarang.

“Nayoung, ih! Jawab gue kek.” rengek cowok itu.

“Salah sendiri!” sahut Nayoung ketus.

Wonjin mengerucutkan bibirnya. “Ya udah iya, maaf. Gak gitu lagi.” ucapnya.

Kemudian, beberapa saat hening. “Nay, mau nyoba punya gue gak?” tawar Wonjin.

Nayoung meliriknya sebentar, raut wajahnya juga sudah terlihat rileks. “Emang rasa apa?” tanya gadis itu.

Wonjin tersenyum, lalu memberikan sedotan miliknya pada Nayoung, mengisyaratkan untuk gadis itu mencobanya sendiri.

Dan Nayoung, dengan polosnya menurut dan mulai menyesap sedotan milik Wonjin untuk mengetahui rasa es milik Wonjin. “Vanilla latte.” ujarnya pelan.

“Tapi masih enakan greentea.” lanjut gadis itu, sedangkan Wonjin terlihat sibuk menatap teduh wajah cantik yang tengah mengunyah boba di depannya.

“Kita satu sedotan, btw.” ujar Wonjin mengingatkan.

Nayoung terdiam, alisnya bertaut. Tapi tak lama, matanya membulat seolah baru menyadari sesuatu. “Aish! Ham Wonjin!” amuknya, lalu berniat pergi tapi Wonjin menahannya.

Tidak, tangan Wonjin mendarat di tempat yang salah. Nayoung yang sudah membelakanginya terkejut saat merasakan sesuatu dari dirinya di tarik.

Wonjin yang berada dibelakangnya juga ikut terkejut saat tahu tangannya menarik tali bra Nayoung, padahal niatnya cuma narik sweater gadis itu.

“Anjir, salah tarik!”

•••

Dear Wonjin | Ham WonjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang