semoga gak dilanda rasa bosen :D
•••
“Halo? Bang Min?”
Nayoung tak bisa mendengar jelas suara sang kakak, yang ia bisa dengar hanya suara gaduh yang membuatnya semakin khawatir.
“Nay, apapun yang terjadi jangan keluar kemana-mana.” nafas Seungmin terputus-putus, seolah baru saja mendapat pukulan di perutnya yang membuatnya tak bisa bernafas dengan tenang.
“Abang Min kenapa, halo? Abang dimana sekarang?” tanya Nayoung mulai menahan tangis.
Lalu, sambungan telpon terputus. Di ganti dengan chat alamat rumah serta jalan. Dengan jari bergetar, Nayoung mencari kontak teman-teman Seungmin.
“Halo, bang Hyunjin. Abang gue sama kalian gak?”
“Kita gak ngumpul kok, emang kenapa?”
Nayoung menggigiti kuku jarinya, mulai khawatir. “Bang Min tad–tadi nelpon, tapi dia kayak gak bisa ngomong gitu. Gue takut bang Seungmin kenapa-kenapa, gue juga di kasih alamat.”
“Ya udah, lo kirim ke gue, nanti gue ke sana bareng yang lain.”
Sambungan telpon terputus, Nayoung buru-buru mengirimkan alamat yang ia terima. Dia melirik jam dinding, yang jarumnya sebentar lagi menunjukkan pukul 11 malam.
Nayoung merasa gelisah jika tak berbuat apa-apa, jadi dia bersiap, dengan membawa tas kecil, hanya untuk berjaga-jaga. Dengan bantuan ojek, Nayoung sampai ke sana. Gadis itu cukup terkejut, menyadari alamat itu jauh dari perumahan yang ramai, hanya berisi rumah kosong yang tak bertuan.
“Abang Min, kenapa?” gumam Nayoung mulai meneteskan air mata. Lalu, kaki mungilnya melangkah masuk tanpa tahu bahaya di dalamnya.
Belum sepenuhnya masuk, Nayoung dikejutkan satu orang yang muncul di depannya. “Beom–Beomgyu?”
Cowok yang baru saja Nayoung sapa itu tersenyum. “Kenapa ke sini? Bukannya Seungmin bilang jangan?” tanya Beomgyu tenang.
“Bang Seungmin kenapa?” tanya Nayoung dengan mata berkaca-kaca.
Beomgyu menghela nafas. “Ikut gue,” tangannya meraih pergelangan tangan Nayoung tanpa izin, membuat gadis itu terkejut.
•••
Wonjin memberhentikan laju motornya, saat melihat benda berkilau di tepi jalan depan rumah kosong. Dia turun, lalu memungut benda itu.
Kebiasaan Wonjin keluar mencari makan di malam hari, itu juga karena Bunda sedang ada urusan bersama Tantenya. Jadi, sendirian di rumah untuk beberapa hari bukan masalah bagi Wonjin.
Benda yang ada ditangan lebih mirip gantungan kunci yang terlepas, berbentuk huruf N yang dihiasi permata kecil di pinggirnya. “N?” lirih Wonjin, dia agak khawatir saat satu nama terlintas dalam pikirannya.
“Gak mungkin.” gumamnya membantah, lalu kembali naik ke motornya, pandangannya beberapa saat menetap pada rumah kosong di depannya.
Hatinya semakin dilanda gelisah saat akan berniat meninggalkan tempat itu, dia menarik nafas, lalu memilih untuk masuk ke dalam.
“Siapa lo?”
Suara yang terdengar asing itu membuat Wonjin berbalik badan. “Lo sendiri ngapain di sini?”
Orang itu hanya mengedikan bahunya. Kemudian, arah pandang Wonjin jatuh pada ruangan yang bercahaya.
“Berhenti! Gue mohon!” Wonjin tersentak, jantungnya berpacu cepat saat mengenali suara teriakan itu.
Tanpa menunggu lagi, dia menerobos orang yang mengajaknya mengobrol tadi. Lalu melihat dari jendela, tangannya mengepal kuat, membuat urat-uratnya semakin terlihat.
Tatapan tajam Wonjin beralih pada seseorang yang bersamanya tadi. “Lo!” tekannya, lalu tanpa ba-bi-bu melayangkan pukulan pada sosok bertubuh tinggi di depannya.
Dari dalam, semua orang tersentak akan keributan yang terdengar dari luar. “Beom–Beomgyu, gu–gue mohon lepasin abang gue.” mohon Nayoung saat melihat Yeonjun yang keluar dari ruangan.
Beomgyu melihatnya, tapi tatapannya sama sekali tak menyiratkan perasaan kasihan. “Yeonjun udah bilang sama Seungmin, kalo dia suka sama lo, tapi dia gak ngizinin.” ucap Beomgyu datar, membuat Nayoung menunduk putus asa.
“Beraninya lo pada ngiket doi gue di kursi tua.” Nayoung mendongak, saat mengenali suara itu. Tersenyum lega di situasi seperti ini, baru bisa Nayoung rasakan ketika kehadiran cowok itu.
Tapi senyum itu sirna saat melihat luka lebam yang dibalut darah segar, yang terdapat di sudut bibir Wonjin.
Wonjin beralih menatap seseorang lainnya yang ia ketahui baru-baru ini adalah kakak Nayoung. Aksi baku hantam dua lawan satu tak terelakkan.
“Abang bangun!” lirih Nayoung pada Seungmin yang sudah menutup mata dalam keadaan babak belur.
Lalu, bola mata Nayoung seketika membola saat Yeonjun masuk membawa kayu, dan tanpa memberi waktu, dia langsung saja menghajar punggung Wonjin, membuat cowok itu tergeletak tak sadarkan diri dilantai.
•••
“Sial, mereka bawa pergi Nayoung!” Hyunjin mengumpat, saat tahu mereka terlambat.
“Jeongin, lo urus tu cowok asing.” suruh Han, lalu dia menghampiri Felix dan Hyunjin yang tengah melepaskan ikatan tali pada tubuh Seungmin.
“Lah, goblok? Si Wonjin toh!” ucap Jeongin saat mengenali teman SMP-nya itu.
“Bangun, woi! Jin!”
Wonjin mengerjap, merasakan pipinya ditepuk-tepuk pelan. Dia tersadar, dan bangun sambil meringis kecil merasakan nyeri di tengkuknya.
“Anjing, sakit banget gila.” gerutunya.
“Lo ngapain di sini?” tanya Jeongin.
“Lah, Jeongin? Lo juga ngapain ke sini? Gue mau—” ucapannya terhenti saat melihat kursi di sebelah Seungmin kosong. “Nayoung kemana?” tanya Wonjin panik.
“Kayaknya di bawa. Tapi, kita bakal cari habis nganter bang Seungmin.” sahut Jeongin.
“Mereka yang ngelakuin ini, siapa?” tanya Wonjin.
“Dia Yeonjun, suka sama Nayoung dari dulu. Makanya Seungmin gak ngizinin dia buat satu sekolah. Beomgyu sama Soobin juga bagian dari ini.”
“Au ah, gue gak kenal! Gue nyari doi gue dulu. Btw, saran gue lo tungguin bang Seungmin siuman, Jeong. Titip salam gue juga buat dia kalo udah sadar.” kata Wonjin tergesa-gesa, lalu keluar dari rumah itu sambil mengabaikan rasa sakit dan perih pada tubuhnya.
“Bangsat, gue gak tau mau mulai dari mana nyarinya.” umpat cowok itu, lalu kembali masuk untuk bertanya lokasi tempat Yeonjun dan teman-temannya sering berkumpul.
•••
semua karakter di sini cuma karangan, oke^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Wonjin | Ham Wonjin
FanfictionKetika seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan mu, juga merupakan orang yang menorehkan luka pada hati mu. ___ Cravity, Ham Wonjin ft. Lightsum, Kim Nayoung. ©unayaaaa12, 2021