Epilogue

1.2K 82 37
                                    

Desir angin musim panas menerpa rambut Riva dengan halus. Ia menatap pohon oak yang kini mulai berwarna kecokelatan. Musim panas akan segera berakhir. Namun kenangan musim dinginnya masih erat menempel dalam benaknya.

Disampingnya kini berdiri Devan, lelaki yang kini sukses membuatnya jatuh hati tiap harinya. Tentu, kejadian tempo lalu membuatnya tak ingin kehilangan Devan untuk kedua kalinya.

Riva membiarkan rambutnya yang kini ikut terombang-ambing karena karena tertiup angin, Malam ini ia dan Devan duduk direrumputan untuk sekedar melihat segitiga musim panas.

Bila tempo lalu mereka mengamati segitiga musim dingin yang terbentuk dari bintang sirius, procyon dan betelgeuse. Kini mereka menatapi langit yang bertabur bintang-bintang dan tentu saja ada segitiga musim panas disana.

Riva menyenderkan kepalanya di pundak Devan yang sedari tadi tak berhenti bicara menunjuk bintang-bintang paling terang di rasi Cygnus, Aquila dan Lyra.

"Kau tau kisah cinta tentang Vega dan Altair?" Tanya Devan menatap gadis disampingnya, Riva menggeleng.

"Bagaimana kisahnya?"

"Kisah ini berasal dari jepang, Vega digambarkan seorang putri raja langit bernama Orihime. Dan Altair digambarkan sebagai pengembala bernama Hikoboshi. Mereka menikah, tetapi karena Hikoboshi yang menjadi malas. Raja langit memerintahkan mereka untuk berpisah. Dan dipisahkan oleh sungai atau Milky way" Jelas Devan menunjuk bintang Vega, Altair, dan Jalur Milky way yang terletak di tengahnya secara bergantian.

"Tidak adil.." protes Riva mendengar tuturan Devan tentang Altair dan Vega.

"Itu hanya legenda Riva.." tawa Devan. Matanya masih menatap lurus kearah tiga bintang paling terang diatasnya.

"Aku tahu,.." Riva masih menyenderkan kepalanya. Hening, tanpa ada suara diantara kedua hati ini.

"So?" Kini Devan membuka pembicaraan kembali.

"Apa kau dan aku akan terpisah layaknya Vega dan Altair?" Wajah gadis itu seketika merah setelah mengucapkan hal itu, ia menyesali ucapannya. Devan terkejut atas pernyataan Riva.

"Tidak tahu," ucap Devan dingin. Tangannya hendak merangkul bahu Riva namun ia urungkan.

"Tapi aku takkan membiarkan hal itu terjadi.." ucap Devan tertawa kecil. Riva mencengkeram baju Devan.

"Jangan pergi lagi Van.." lirih Riva, lelaki yang disampingnya hanya tersenyum dingin.

"Tuhkan, kau memang menyukaiku, mengaku saja haha..." ledek Devan memecah kesenduan malam itu. Riva menjitaknya,

"Aku serius Van.." suara gadis itu kini mulai serak, Devan terdiam.

"Aku... tidak tau.. jujur aku tidak tau.. menjadi manusia bukan berarti aku 100% menjadi manusia seutuhnya, Aku rentan. Aku masih seorang peri musim dingin Riv.." Ucap Devan, Riva tahu, ia sudah mendengar hal itu berpuluh-puluh kali karena itu ia khawatir.

"Percayalah padaku Riv.. aku akan berusaha untuk selalu ada disisimu.." Devan mengelus rambut Riva tersenyum kecil. Gadis itu hanya tersenyum ragu, ia mendekatkan bibirnya di daun telinga Devan.

"Aku percaya Van, Aku percaya..." bisik Riva tertawa kecil.

"So?" Devan seketika berteriak.

"So?" Riva mengulang perkataan Devan.

"So? I forgot your name, can i call you mine?" Pekik Devan yang dihadiahi satu jitakan keras dikepalanya.

"Dapet dari mana kata-kata berlebihan itu?" Riva kini mengomel tak jelas,

"Aku serius Va, Aku tahu aku takkan selalu bisa berada di sisimu, tapi maukah kau mempercayakan hatimu padaku?" Devan menelan ludah serius.

Riva menjitak Devan (lagi),

"Bukan kah sudah kubilang sebelumnya?" Riva memutar bola matanya,

"Benarkah?" Devan memastikan sembari mengguncang-guncang Riva, gadis itu mengangguk malu-malu. Devan yang melihatnya berdiri dan melompat lompat. Saking meriahnya tubuhnya terjatuh dan terguling guling menuju bawah.

"Devan?" Riva mulai khawatir akan Devan yang terjatuh, ia berusaha turun menghampiri kekasihnya itu.

"Sepertinya aku mematahkan tulangku.." ucap Devan merintih, Riva kini khawatir.

"Devan... tolong bertahan, ku panggilkan ambulan.." kata Riva panik, ia kini tak tau harus melakukan apa.

"Bercanda, 2-0... yeayy.." teriak Devan girang, ia melompat ke pelukan Riva dan memeluknya erat. Sangat erat.

"Just believe in me.."

Ini kisah kita... kisah antara kau aku dan salju...
Aku percaya suatu hari nanti akan ada akhir yang indah.. karena jika tidak, maka itu bukan akhir. Aku percaya padamu.

——————***——————

a/n : yeaaaayyy seleseeee legaaaa.... duuuh maafkaan kalo ini memang absurd banget, soalnya melenceng jauh dari imajinasi awal. Padahal pengen bikin sad ending... makasih sebesar besarnya sama yang mau nungguin cerita ini, walaupun aku tau cerita ini masih belum rapih.. yeay seleseee... mungkin suatu hari aku akan rindu dengan cerita ini dan membuat special part atau oneshot atau entahlah. (?)  yang pasti Terimakasih sebesar besarnya atas dukungannya... sekarang gimana caranya namatin cerita lainnya... eh iya setelah ini tamat mungkin aku akan fokus ke ai no uta atau new horizon /plak ga ada yang nanya... okeyyy.... Salam hangat dari forursmile :)

Mulmed utakata hanabi by supercell aku tau ga nyambung banget... tapi yasudahlah xD

Our Story on WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang