Evaporation

2K 110 29
                                        

Pagi ini badai masih datang, tidak banyak aktivitas. Kecuali, di ujung sebelah barat kota. Tepatnya didepan apartemen kuno.

Seorang gadis, sibuk dengan kameranya. Baginya, fotografi adalah hidupnya. Riva Allegra, gadis berambut cokelat pirang itu masih sibuk mengambil gambar badai salju. Ia tak mau kehilangan kesempatan memotret salju salju itu dari dekat. Tanpa ia sadari sesuatu memperhatikannya, sesuatu yang terus menyembunyikan diri dalam lindungan pohon oak, menunggu saat yang tepat untuk keluar.

Setelah mendapat gambar yang ia inginkan, ia kembali menuju apartemennya masih menggunakan winter coat dan sepatu boots cokelat miliknya.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 19.00, disini masih lumayan terang. Setidaknya matahari masih mau menampakan dirinya, walau begitu dingin merebah. Salju tidak malu malu lagi mengamuk. Hanya badai.

Sekali lagi gadis itu keluar dari apartemen, masih menggunakan winter coat yang tadi. Ia rela melawan dingin, kalau tak mau neneknya bertambah parah malam ini.

Setelah membeli obat-obatan, Riva mengunjungi toko grosir yang mungkin sudah hampir tutup. Dengan sisa uangnya, ia membeli sepotong roti untuk besok pagi dan sebuah sarung tangan, melihat sarung tangannya yang sudah usang.

Tak banyak orang di luar, mereka lebih memilih bersantai dirumah sambil meminum cokelat panas dan membaca novel kesukaannya ketimbang harus melawan badai.

Badai Salju itu sungguh kuat, saking kuatnya bisa merubuhkan sebuah pohon besar di jalanan.

Baru saja kubilang, satu pohon sepertinya akan tumbang diujung jalan sana. Tepatnya dekat toko grosir. Tunggu, Riva sebentar lagi akan melewati pohon itu. Apa? Tidak.. kita tidak harus memperingatinya, sudah ada sesuatu diluar sana yang akan menyelamatkannya.

"Awas...." dorong seorang laki laki berambut pirang dengan baju kaos casual berwarna putih.

Riva otomatis terjatuh diatas tumpukan salju.  Baru saja akan marah kepada si lelaki, ia melihat pohon itu tumbang. Persis didepannya.

Ia.....

Baru diselamatkan.

Entah bagaimana untuk berterimakasih, Riva sampai tak bisa berkata-kata, apajadinya bila ia mati tertimpa pohon dan tidak ada orang yang menyadarinya hingga musim semi tiba?

Ia memperhatikan lelaki itu, ia tampak tidak kedinginan sama sekali padahal hanya menggunakan baju casual. Kata kata terimakasih itu pun masih menyangkut di tenggorokannya...

"Kamu....."

"Siapa.....?" Hanya kata kata itu yang keluar dari mulut gadis itu.

Lelaki itu tersenyum.

"Devan.. Devan Foster"

—————***—————

A/N: Hellooo,,,, kalo emang cerita ini ada yang baca, tolong komen yaaa... soalnya cerita ini masih acak acakan jadi butuh kritikan

Btw mulmednya itu Danielle Campbell

Our Story on WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang