Six

939 64 12
                                    

(Riva Allegra)

"Kenalin, Aldio.." kata lelaki itu mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangannya.

"Riva.." ucapku mencoba tersenyum. Ia membalas senyumku.

Aldio adalah pendatang baru, ia baru pindah sekitar 2 hari lalu.

"Okey Riva, by the way thanks udah nganterin ke minimarket. Sebagai gantinya kutraktir makan deh," ucap Aldio dengan senyumnya. Dengan cepat aku menggeleng.

"Terimakasih untuk tawarannya, tapi aku sibuk. Duluan ya.." ucapku beranjak pergi. Aku berjalan menjauhinya,

"Kekasih baru nih?" Ledek sebuah suara dibelakangku.

"Kenapa? Cemburu? Hahaha" aku hanya bisa membalas ledekannya.

"Buat apa cemburu sama dia, gantengan juga Devan.." ucap Devan dengan percaya diri tinggi. Aku menjitak kepalanya, dasar Devan...

"Mau makan sup lagi?" Ajak Riva tersenyum jahil.

"Mau membunuhku lagi? Aku benci restauran itu " Tawa Devan, mengacak rambut Riva.

—————***——————

"Riva kan?" Sapa seorang laki-laki yang bersamanya kemarin. Riva menoleh mendapati lelaki itu di belakangnya.

"Oh, hey.. Al....." Ucap Riva mengingat ingat namanya.

"Aldio..." ucap lelaki itu membetulkan posisi tas ranselnya. Ia tersenyum manis.

"Oh ya itu dia, lupa arah minimarket lagi?" Selidik Riva diikuti dengan gelengan kepala Aldio.

"Mau menagih yang tertunda kemarin.." cengir lelaki itu menunjukkan sederetan gigi putih yang rapi. Riva mengernyitkan dahinya 'tertunda?'

"Makan..." Ucap Aldio tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya.

"Kalau aku menolak?" Tanya Riva tenang. Aldio mulai tertawa,

"Aku akan kembali besok, dan besok hari lagi sampai kau menerimanya..." Ucap Aldio masih dengan pendiriannya, Riva tertawa kecil.

"Kalau aku menerimanya, kamu gak akan kembali esok dan esoknya kan? Baiklah..." Ucap Riva tersenyum kecil.

Dan disinilah mereka sebuah rumah makan bernama D'Witneys rumah makan yang tempo lalu dikunjungi gadis itu bersama Devan.

"Mau makan apa? Kudengar sup disini enak" Tanya Aldio kepada Riva yang masih memegang menu makanan.

"Aku sup asparagus.." ucap Riva menutup buku menunya. Aldio akhirnya memesan 2 sup asparagus.

Dalam 15 menit, 2 mangkuk besar tersaji dihadapan mereka.

"Hei, bolehkah aku disini? Sepertinya meja yang lain penuh." Tanya seseorang laki laki berambut pirang abu-abu dihadapan Aldio dan Riva.

"Silahkan..." ucap Aldio sopan, Riva mengernyitkan dahinya

"Devan? Tumben kesini..." Ujar Riva menahan tawanya. Ia menekankan kata 'kesini' menyindir Devan yang tempo lalu menggerutu tentang resto ini.

"Yah, sedang berjalan jalan saja.." balas Devan cuek mulai menarik kursinya. Aldio mengernyitkan keningnya kedua orang ini saling mengenal?

Devan mengangkat tangannya memanggil pelayan.

"Pesan es krim cokelat satu..." ucap Devan dengan senyumnya. Aldio mengernyitkan dahinya (lagi), ia memperhatikan pakaian Devan yang sangat tipis, dan lagi ia memesan es krim ditengah musim dingin ini?

"Hey, Aldio.. sup ini sangat enak ya kan? Dan sangat bagus untuk stamina lelaki.." Ujar Riva melirik Devan. Aldio mencicipi sesendok sup itu. Ia mengangguk. Devan mengangkat tangan dan melambai-lambaikannya.

"Pesan sup asparagus satu.." kata Devan dingin.

"Kau pesan untuk siapa?" Tanya Riva masih memegang sendoknya

"Tentu saja untukku, mana mungkin untukmu.." ucap Devan dengan lirikan mautnya.

—————***——————

Devan bergetar, tangannya mulai menyentuh lagi sendok sup panas yang ia pesan. Riva menatapnya lekat, tak disangka candaanya untuk menyindir Devan malah dianggap serius oleh Devan.

"Van, buatku saja ya..." ucap Riva mulai menarik mangkuk dihadapan Devan.

Tanpa disangka, Devan malah menarik kembali sup ini.

"Ini supku, kalau mau pesan saja lagi.." ia menelan ludah, mulai menyendok sup itu.

Wajahnya masih dingin, tanpa ekspresi. Tapi aku yakin ia bergetar hebat.

Satu suapan sup panas itu mendarat di mulutnya, lalu ia menyendok lagi, dan lagi. Riva memandangnya dengan khawatir, sedangkan Aldio hanya memandang kosong lelaki itu.

"Kau suka sekali sup ya?" Ucap Aldio melihat Devan menghabiskan sup yang panas itu. Devan hanya mengangguk pelan. Ia yakin benar organ dalamnya kini sudah mencair.

"Ohiya, Riva.. Habis ini bisakau kau tunjukan jalan menuju taman dekat sini?" Tanya Aldio kepada Riva, gadis itu hanya mengangguk pelan.

"dan kau, siapa namamu? Mau ikut?" Tawar Aldio dengan senyumnya yang ramah.

"Devan, Devan foster.. tentu saja aku ikut" gerutu Devan.

Aldio tertegun, lalu mereka mulai beranjak dari mejanya menuju taman.

——————***—————

A/n:  halooo, masih ada yang baca Devan kah? (Krik krik) Maaf kalo lama, dan mengecewakan, dan saran dan kritik selalu diterima.. see you...

Ohiya mulmed jirayu, gambaran Aldio kayak gimana.. lope lope

Our Story on WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang