Floating

1K 75 20
                                    

Riva memotret seekor rusa yang sedang mencari lelumutan. Disekitar situ banyak kelinci kelinci putih sibuk berkejar kejaran satu sama lain, satu diantaranya mendekati Riva sambil menggosok gosokkan hidungnya dengan kaki depannya.

"Bermain main dengab snow bunny?" Tanya sebuah suara dari atas pohon.

Riva menengok keatas, ia mendapati sosok yang tidak ia temui 2 minggu terakhir ini.

Devan melompat dari atas pohon yang tingginya sekitar 3 meter itu, dan mendarat dengan sempurna didepan Riva.

"D...devan?"

"Dengan senang hati hadir.." kata lelaki itu dengan tangan membentuk tanda hormat.

"Kupikir kita tidak akan bertemu lagi," Ucap Riva, Devan menggeleng.

"Aku yakin kita akan ketemu terus, setidaknya sampai musim semi tiba.." Kata Devan sambil tersenyum kecil.

"A...aku harus pergi Devan..." Kata Riva tergesa gesa, ia lari. Entah kemana kakinya membawa. Ia terus berlari dan akan terus berlari.

Kini ia sudah entah dimana, dan entah mau kemana. Kakinya membawanya jauh kedalam pelosok hutan.. salju yang tebal menyulitkan ia untuk berlari.

Gubrak! Riva baru saja menyandung akar akar pohon. Hidungnya terjerembab ke lantai hutan. Ia tak kuat lagi untuk berdiri, apalagi berlari.

"Butuh bantuan?" Kata suara didepannya. Riva mendongak dan mendapati Devan ada didepannya mengulurkan tangan. Ia menepis tangan Devan dan mulai terduduk diatas Salju sembari menekuk lututnya.

"Kamu sudah tau kan?" Ucap Devan, sambil duduk disamping Riva. Riva mengangguk.

"Kurang lebih" bisik Riva. Ia mengambil ranting kayu dan mulai menggambar gambar diatas salju.

"Kalo kamu mau jadiin aku tumbal silahkan, tapi jangan ganggu nenek." Ucap Riva masih dengan rantingnya.

Seketika Devan tertawa... tertawa lepas. Saking lepasnya hingga terjungkal disalju dan beguling-guling.

Riva hanya bingung menatap 'teman'nya itu.

Setelah beberapa saat. Devan menyeka air mata yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.

"Terimakasih sudah mengiraku pembunuh," ujar Devan berhenti sejenak. Ia menjentikkan jarinya, seketika segumpal salju terbang mendekati mereka. Menari nari, lalu membentuk seekor kelinci. Kelinci putih yang tadi bermain bersama Riva. Gadis itu hanya melongo, matanya menunjukkan ketakjuban.

"Kamu hantu?" Hanya itu kata yang keluar dari mulut gadis ikal itu. Devan tersenyum lagi.

"Terimakasih juga sudah mengiraku Hantu," Devan berdiri didepan Riva, menghentak hentakkan kakinya ke salju, membuat jejak kaki mungil nan indah. Hantu atau specter sekalipun tidak dapat menghasilkan jejak seindah itu.

"L...lalu?"

"Foster" ucap Devan kecil, senyum tersungging di bibirnya.

"Foster?"

"Peri penjaga hutan," ucap lelaki itu.

" Ditugaskan untuk menjaga hutan pada musim dingin.." senyum tersungging di pipinya.

"Lalu musim semi?" Riva menggigit bibirnya.

"Tentu saja akan mencair.. ragaku terbuat dari salju.." Devan menjentikkan jarinya, salju menderas melingkari dirinya.

"Kamu bisa baca isi hati seseorang?" Tanya gadis itu masih penasaran akan Devan. Devan menggeleng.

"Aku bisa baca pikiranmu, tapi tak biaa tahu apa yang kau rasakan. Karena hatiku terbuat dari es.." ujar Devan masih menjentikan jari, memainkan awan awan yang menurunkan salju itu. Dibawanya awan itu berputar, lalu melompat lompat, dan melingkari Riva. Riva terkesiap.

Satu kelinci melompat mendekat, Riva mengelusnya. Bulunya halus sekali. Halus tapi rapuh. Kini ada sesuatu yang ia pikirkan.

Devan tersenyum kecil dan menggapai awan awan yang mengitarinya. Jari jemarinya yang tertutupi sarung tangan rajut itu kini menggapai sesuatu benda.

Gelang

Kalau kalian mau tahu bagaimana gelang itu terlihat, sulit dideskripsikan. Gelang itu sangat sangat indah. Gelang berwarna putih bening dengan manik manik berbentuk kristal salju berwarna putih. Devan meraih tangan Riva dan memakaikannya gelang itu.

"Balasan dari sarung tangan kemarin.. simpan baik baik ya" kata Devan tersenyum simpul. Ada sesuatu yang kini mengganjal di pikirannya. Tubuhnya menghangat. Apa mungkin?!

————***—————

A/N:  haloo ketemu lagi... masih ada yang baca? Krik krik wkwkwk... maad kalo semakin absurd ya,, enjoy ^_^

Mulmednya niall horan

Our Story on WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang