Part 8

741 45 2
                                    

Sesampainya di airport, ia langsung memesan tiketnya. Sedangkan aku menunggunya di bangku. Airport tak seramai biasanya, mungkin karena ini sudah larut. Tak lama, ia kembali duduk disampingku.

"Oppa, apa yang kau lakukan sebenarnya?" Tanyaku padanya. Tumben sekali ada seseorang baru kukenal bisa membuatku aman disampingnya.

"Aku hanya ingin membantumu, karena kemarin aku tak sengaja mendengar percakapanmu itu. Sebagai teman tak ada salahnya aku membantumu kan?" Jelasnya seraya mengangkat kedua bahunya.

"Jangan-jangan hobimu itu mendengarkan pembicaraan seseorang!" Tatapku sinis padanya.

"Apa maksudmu?! Aku hanya tak sengaja! Dari pada menarik-narik tangan seperti anak kecil?? Sakit tahu!!!" Sindirnya.

"Ne?!"

"Yaa! Diamlah jangan berisik! Kita hanya tinggal tunggu jam keberangkatan pesawat!" Sahutnya. Aku hanya mengerucutkan bibir mungilku seperti anak kecil.

Luhan POV

Menurut informasi pesawat mengalami delay selama beberapa jam. Membuatku sedikit kesal juga, di tengah malam seperti ini aku dengannya harus tidur di bangku ini.

"Tidur sajalah!" Aku dengan dingin memerintahkannya tidur. Tapi memang saat itu ia terlihat lelah. Bagaimana tidak, sepulang kerja paruh waktu ia langsung kupaksa mengikuti perintahku yang aneh dan tak dimengerti apa sebabnya ini.

"Arrasseo! Hoaammm~" Dengan senyum singkatnya itu ia menuruti apa kataku. Dan tiba - tiba saja tubuhnya yang yak terkendali ini terhempaskan saja ke arahku. Sontak amu segera menahannya dan membenarkan posisi tidurnya tepat dibahuku, sangat nyenyak!

Di tengah malam seperti ini, aku merasakan pukulan kuat melalui dada kiriku. Sontak aku memegangnya. Ini... Apakah ini..??  Apakah ini degup jantungku? Tidak mungkin!! Mana mungkin jantungku memacu hebat saat aku bersamanya! Aku terus menggelengkan kepalaku agar aku tersadar. Namun.. Ini tetap terjadi.. Apa mungkin jantungku ini yang memintaku agar membawanya pergi jauh dari namja itu?? Tapi ada apa?

<SKIP>

Aku terbangun dari tidurku, aku sangat terkejut ketika aku menyadari bahwa aku tertidur dipangkuannya sekarang. Saat aku mendongakkan kepalaku ke arahnya, kulihat ia masih tertidur lelap. Ia benar-benar kelelahan kemarin!

"Mianhae, Tae mi-ahh!" Batinku mengucapkannya. Aku segera mengembalikan posisiku untuk duduk. Tiba - tiba tubuhnya yang mungil itu kembali terdorong ke arah depan.

"Eo!! Eo!!! *dengan sigap aku kembali menahan tubuhnya* " Aku mengeluarkan suara karena aku sangat terkejut. Diam - diam aku memperhatikan wajahnya ketika ia tertidur dengan sangat teliti. Bulu mata yang cukup lentik, bibir yang mungil dan hidung yang terlukis jelas ini membuat mataku terpaku.

Namun, tak lama ponselnya itu berdering kencang. Ia terbangun, dan diaaat itulah mata kami saling bertemu, tapi ini terlalu dekat. Setelah ia menyadarinya ia membelalakkan matanya itu, dengan kikuk aku langsung melepas dekapanku itu. Dan lagi-lagi.. Sesuatu sebesar kepalan tanganku ini memukulku dari dalam. Bukan sakit! Tapi.. Ini tampak canggung. Benarkah ia telah berhasil menarik perhatianku sekarang??

Tae mi POV

Aku sangat terkejut ketika aku melihat mata Luhan Oppa tepat berjarak sejengkal dihadapanku. Aku segera menggeliatkan tubuhku agar ia melepaskannya. Bukannya kesal, tapi di saat ia melakukannya lagi, jantung ini selalu memompa darahku begitu kencang sampai berakhir di kedua pipiku. Itu memalukan!

"Tae mi-ahh, ayo kita siap-siap!" Ajaknya setelah mendengar informasi bahwa semuanya kembali normal.

"Ahh.. Ne!" Anggukku singkat. Sampai aku baru tersadar sejak tadi aku tidak mengangkat panggilan itu. Akupun memutuskan untuk mengeceknya nanti.

Like The First Sight [EXO FanFiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang