Part 18

426 31 3
                                    

Heyy kita lanjut nihh.. Maafin yah lama apdet:(
Happy reading!!

Yi fan POV
Aku sedikit lega ketika mendengar acara itu diundur 2 hari. Itu berarti aku memiliki 2 hari senggang bersama Tae mi. Eh.. Maksudku, 2 hari untuk mempersiapkan semuanya. Aku ingin semua sandiwara ini berakhir tanpa banyak pertanyaan lagi yang muncul nantinya.

"Tae mi-ssi.. Acara itu diundur 2 hari. Kau punya waktu senggang untuk beristirahat." Ujarku lewat sambungan telepon.
"Jinjjayeo?" Tanyanya girang tak percaya dari sebrang sana.
"Ne.. Tapi ingat!!! Kau harus pakai gaun dan sepatu dariku ya?"
"Arrasseo."
"Tapi.. Bisakah kita bertemu sebentar esok pagi?" Ajakku.
"Mmmm.."Ia hanya menggumam, tandanya ia bingung. Kau tahu, mendengar jawabannya saja aku sudah gugup sekarang. Apa aku..? Ahh, anhiya! Tidak mungkin!!
"Ottae?" Tanyaku semakin penasaran.
"Baiklah, sekalian berolah raga pagi." Ia menerima ajakkanku itu.

Aku tak tahu apa mauku sebenarnya. Apa aku ingin menyelesaikan semuanya, atau sengaja memperlambat semuanya? Yahh.. Aku juga tak tahu. Yang pasti, di satu sisi... Aku hanya ingin melihat tawanya.

Tae mi POV
Dengan mudahnya aku mengiyakan ajakkannya itu. Aku benar-benar melupakan perasaan Luhan jika semua ini terbongkar nantinya. Ahh.. Lupakan! Masa bodoh dengan Luhan! Ia pun membohongiku...

Esok paginya kulihat Yi fan sudah berada di depan rumahku. Ah iya, aku lupa! Aku sudah pindah ke rumah eomma semalam. Luhan membantuku merapikan semua barangku. Ia tak berencana menemuiku hari ini karena ia harus mengurus beberapa surat penting untuk keperluan ujian akhir nanti. Ia pasti merasa kelelahan. Aku sudah membuatkan beberapa masakan untuknya dan menyimpannya di mesin pendingin.
"Kau sudah bangun?" Tanya Yi fan yang menyender di mobilnya dan melipat kedua tangannya. Kulihat dari atas ke bawah, ia sudah memakai kaus lengan pendek dan celana pendeknya.
"Wae? Mengapa kau melihatku seperti itu?" Tampaknya ia memeperhatikan setiap gerak-gerik mataku yang berkeliaran. Anhi! Lebih jelasnya terpesona. ANHI!!! Bukan itu juga!! Hanya kagum biasa.
"Anhiya, gwenchana." Gelengku.
"Kajja!" Ajaknya sambil menggerakkan telunjuknya itu.

----

"Ada apa sebenarnya?" Kami melakukan jogging di taman ini.
"Anhi, hanya saja.. Aku sedikit heran.." Ucapnya terputus. Nafasnya mulai terdengar tak karuan. Apalagi aku... Kita sudah mengelilingi taman ini lebih dari 30 keliling. Sejujurnya aku sudah tak sanggup lagi.
"Yi fan-ssi, berhenti sebentar!" Teriakku dari belakangnya.
"Kau kelelahan?" Ia berbalik dan menghampiriku seraya mengatur nafasnya. Wajahnya lucu! Eyy!! Apa yang kubicarakan saat ini?
"Ne.." Anggukku pelan.
"Kau duduk disini! Aku pergi sebentar!!" Ujarnya sesaat, lalu meninggalkanku.

Aku terus mengibaskan lenganku karena merasa panas dan gerah. Inipun sudah terlalu siang jika harus melanjutkannya. Phewwww~
"Ini!" Tak lama ia datang dan menyodorkan air minum untukku.
"Xie xie.." Aku menundukkan kepalaku singkat.
"Kau benar-benar lelah ya? Menyedihkan.." Ia tiba-tiba mengelap dahiku yang bercucuran keringat dengan handuk kecil miliknya. Ini tak membantu!! Ini tidak membuat keringatku berhenti, yang ada tubuhku semakin panas saja. Bahkan kami sempat melakukan adegan tatap-menatap untuk beberapa menit.
"Ahh.. Iya, lanjutkan yang tadi! Apa yang kau herankan dariku?" Aku segera memecahkan suasana hening dengan tatap-menatap tadi. Ia langsung membenarkan posisinya ke semula dengan rasa canggung.
"Tidak perlu.. Kurasa dugaanku benar. Tapi aku tak peduli!!" Aku hanya menaikkan alisku tanda tak paham dengan ucapannya barusan.
"Ahh, baiklah.."
"Siang ini apa ada urusan?" Tanyanya tiba-tiba.
"Sepertinya iya. Wae? Apa itu keperluan penting?" Ya, sepertinya aku ingin membawa Luhan jalan-jalan. Anhi!! Lebih tepatnya aku akan ke Taiwan untuk berkeliling ke beberapa tempat yang kurindukan, sekaligus bertemu Ann Eonnie. Rasanya sudah sekian lama tak jumpa.
"Tidak juga." Ia tampak kaku saat menggaruk kepalanya, yang kupikir kepalanya itu tidak gatal sama sekali.
"Dan sepertinya aku akan pergi ke Taiwan dan pulang besok malam. Apa itu tidak mengganggu rencana di hari reunianmu nanti?"
"A.. A.. Ah.. Tidak."
"Ini hampir panas, lebih baik kita segera pulang."
"Baiklah, biarkan aku mengantarmu!"

Dengan sangat berbaik hati ia mengantarku hingga depan rumah. Ia memperlakukanku sangat baik.
"Jagalah dirimu baik-baik disana! Jaga pula kesehatanmu! Dan, cepatlah pulang.. Aku akan merindukanmu nantinya!" Ia merundukkan kepalanya agar bisa melihatku dari kaca mobil yang terbuka. Kalimat yang terakhir itu cukup untuk membuat seluruh aliran darah dari sekujur tubuhku naik sampai tepat ke pipiku dan membuatnya seperti menggunakan blush on tebal. Aku berlebihan!
"Ahh, ne, arrasseo, Yi fan-ssi. Kamsahamnida!" Akupun ikut merundukkan kepalaku agar bisa melihatnya, kemudian membungkukkan jepalaku sebagai rasa terimakasihku padanya.

Tak lama setelah mobil Yi fan berlalu dan ketika aku menaikki tangga menuju kamarku, sepertinya mobil Luhan tiba, aku mengenalnya. Ketukkan pintu bersama sahutan namaku mengiringi jalanku yang mulai gontai karena masih kelelahan itu untuk kembali turun dan membukakan pintu untuknya.
"Annyeong, nae sarang!" Sapanya dengan wajah sangat ceria dibalik kaca mata hitamnya. Aku sangat yakin jika ia sudah siap dan mengajakku agar seera berangkat ke Bandara.
"Oppa, neo wasseo?" Sapaku sambil tersenyum lalu memeluknya.
"Kau sudah siap?" Tanyanya.
"Tinggal mandi dan segera mengganti pakaian kotor ini. Aku bau!" Jawabku sambil mencium bajuku yang berkeringat.
"Bau itu yang akan kurindukan darimu saat kembali ke Seoul nanti!" Ia menghiburku dengan gombalannya yang berlebihan menurutku. Ia juga terus mengacak rambutku halus layaknya anak anjing kesayangannya.
"Gidaryeo!!" Aku berlari menaikki tangga dan langsung membersihkan tubuhku yang bau ini.

Setelah itu kami berpamitan pada eomma. Dan Luhan menaikki koper milikku ke bagasi mobilnya. Seraya berjalan menuju mobil, eomma tak henti-hentinya meledekku jika aku dan Luhan ini seperti akan berangkat honeymoon. Ia berteriak, dan itu memalukan. Namun tak sedikitpun Luhan menunjukkan wajahnya yang malu atau apapun itu, ia hanya tersenyum layaknya serigala liar yang akan segera menyantap mangsanya. Kuakui sekarang, IA MEMEANG NAKAL!

Luhan POV
Setelah pesawat melakukan landing kami langsung bersiap untuk mencari hotel dan beristirahat sejenak. Tapi yang kami temukan hanya 1 Apartemen.
"Jinjja, gwenchana?" Tanyaku pada Tae mi untuk memastikannya bahwa ia baik-baik saja untuk itu.
"Gwenchanayo. Lagipula kami hanya sebentar disini."

Ya, dengan jawaban itu otomatis aku mengambil kunci apartemen itu dan segera menyimpan koper kami.
"Kamarnya luas juga! Aku akan tidur di sofa." Ujarku.
"Apa itu baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.
"Memangnya kau akan mengizinkanku tidur disana?" Tanyaku dengan senyum miringku.
"Nappeun namja!!!" Teriaknya sambil menimpukku dengan salah satu bantal.
"Yaaa!! Geumanhae!! Aku lelah!" Teriakku lantang tanda menyerah. Kemudian aku menghempaskan tubuhku di sofa.
"Ishh.. Payah sekali!!" Decaknya lalu terduduk di tepi kasurnya sambil memainkan kedua kakinya dan menatap langit.
"Lalu kapan kita pergi berkeliling? Sekarang? atau.. besok?" Ajakku sambil merubah posisiku dan menjadikan tanganku sendiri sebagai bantal.
"Mwo?! Jinjja?" Ia menghampiriku seperti anak kecil kemudian duduk di kedua kakiku yang diluruskan.
"Kapan?" Tanyaku mulai kesal.
"Bagaimana jika sore nanti? Aku ingin melihat sunset!" Serunya sambil menepukkan tangannya.
"Arrasseo. Tunggulah sebentar lagi!" Ujarku lalu memejamkan mata.

Tae mi POV
Ini kelemahanku.. Aku selalu luluh saat melihatnya tertidur. Entah kelelahan ataupun hanya sekedar tidur biasa, ia selalu menarik perhatianku. Tak ingin kualihkan pandanganku padanya, aku terus terduduk di kedua kakinya sambil menatapnya lekat. Tak banyak pergerakkan darinya agar aku menyingkir dari kakinya itu. Ia terlalu manis saat tertidur!

Tak lama setelah itu ponselku berdering, dan kulihat layarnya tertera nama Yi fan di atasnya. Akupun segera menuju balkon agar tak mengganggu Luhan yang tertidur.
"Eoh, Yi fan-ssi?"
"Kau sudah sampai?" Tanyanya dari sebrang sana.
"Ne, ini aku sedang di apartemen." Jawabku simple.
"Aku ingin menyusulmu kesana, apa itu baik-baik saja?" Pertanyaannya itu membuatku hampir terkena serangan jantung.
"Anhiya!!! Anhiya!!! Anhiya!!!" Aku berteriak cukup keras, mugkin itu bisa memekakan telinganya.
"Yaaa!!" Ia membalas teriakkanku.
"Anhi, maksudku akupun disini sibuk dan pasti akan sulit bertemu denganmu." Ralatku cepat.
"Aku hanya takut tak ada yang menemanimu nantinya."

NEXT??

Like The First Sight [EXO FanFiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang