Sirius menghabiskan waktu banyak mengobrol dengan Damian yang seharusnya dia gunakan untuk memanjakan adik perempuannya. Irene ngambek pun Sirius masih tidak sadar karena terlalu banyak meminum alkohol dan akhirnya Irene ingin cepat-cepat tidur. Sayangnya, suara mereka berdua yang di ruang makan terlalu berisik.
"Lho, Irene? Kamu belum tidur?" tanya Allen yang satu-satunya masih punya kewarasan. Irene balik lagi ke ruang utama karena tidak bisa tidur.
Irene mengabaikannya dan berlalu ke balkon. Di sana sudah ada Ezekiel yang melakukan aktivitas tidak biasa, tahu dari suara orang mati yang menjerit kencang. Irene menunggu Ezekiel menyelesaikan urusannya dan setelah tidak terdengar suara jeritan lagi, dia memanggilnya.
"Ezekiel, ke mana saja kamu tadi sore? Apa sudah mendapatkan lokasi Meiz?" tanya Irene dengan suara pelan agar Sirius tidak mendengar rencana mereka.
Tak ada jawaban dari Ezekiel. Aneh. Barusan saja Irene mendengar suara tawa jahatnya dan kini sudah menghilang. Apa dia sudah pergi lagi?
"Jawab aku, Ezekiel. Kamu masih di sini kan? Meski aku nggak bisa melihatmu, aku bisa merasakan keberadaanmu di sini, tahu."
Irene bisa merasakannya. Sepasang tangan yang tak berkasat mata dilingkarkan erat di leher Irene. Ezekiel mendekapnya. Dan, akhirnya dia menunjukkan diri dengan suaranya.
Kau nggak bilang bakal berkencan dengan Damian Hawley. Padahal, aku sangat mempercayaimu, tapi...
Irene tidak menyangka Ezekiel secemburu itu meski itu hanya sebuah kesalahpahaman yang dibuat-buat Damian. Itu artinya, Ezekiel takkan pernah membencinya dan Irene senang mengetahui kenyataan tersebut.
"Aku juga percaya padamu, Ezekiel. Lagi pula, kau cemburu pada hal yang tidak nyata." Irene mengangkat bahu, tak tahu-menahu.
Eh? Jadi, kau tidak berkencan dengannya? Lalu, kenapa kau bisa bersamanya tadi?
"Banyak hal yang terjadi dan aku tidak bisa menceritakannya di sini. Intinya, lelaki itu orang brengsek yang pertama kali kutemui. Seandainya ada kamu tadi sore, aku takkan terlibat dengannya." Irene mendecakkan lidah berkali-kali serta menggigit jari, menahan semua kekesalannya.
Ezekiel bergumam sebentar, kemudian malah menegur Irene.
Tuh kan, sudah kubilang. Lelaki itu brengsek. Apa jangan-jangan kau sudah tahu tentang kebenaran immortal?
Irene mengangguk. "Semuanya terdengar tidak masuk akal bagiku. Immortal adalah sebuah kutukan? Eksperimen manusia selama ini hanyalah sebuah kedok? Siapa yang akan memercayainya saat pertama kali mendengarnya?" Tanpa disadari, dia mengeluarkan semua kekesalan sekaligus kebingungannya.
Yah, lebih baik kau tahu sekarang. Soalnya, ke depannya dunia tidak akan pernah sedamai ini lagi karena kutukan menara itu.
Irene teringat ucapan Damian di pemakaman. Menghancurkan menara Estacia adalah satu-satunya solusi menghentikan semua kutukan di dunia, tanpa terkecuali immortal. Namun, itu salah, kata Ezekiel. Menara dari dunia bawah memiliki kekukuhan yang tak pernah ada. Semuanya akan menjadi sia-sia dan malah berakhir mati. Menara Estacia akan membawa bencana suatu hari. Ada orang-orang yang ketakutan karena menara tersebut, namun ada juga orang-orang yang menganggap penghuni menara tersebut adalah tuhan yang akan menyelamatkan mereka dari kutukan suatu hari sehingga ada baru-baru ini terbentuk sebuah kultus. Intinya, kutukan menara Estacia takkan pernah lenyap sampai hari kapan pun.
"Itu tidak benar. Jadi, sebanyak apapun aku membasmi immortal, mereka akan selalu bertambah? Aku..."
Irene mulai ragu. Akhir-akhir ini dia baru menyadari immortal terlihat seperti manusia biasa. Mereka punya keluarga dan kebahagiaan sendiri. Jika saja immortal adalah manusia, sudah berapa manusia yang terbunuh olehnya? Irene tidak bisa menganggap dirinya manusia normal lagi. Dan, yang paling ditakutinya adalah Allen dan Sirius mengetahui kenyataan bahwa dirinya membunuh banyak immortal. Mungkin, mereka akan membuangnya dari rumah nyaman itu.
Tenang saja, Irene. Ini bukan salahmu. Aku akan selalu mengikutimu bahkan sampai ke jurang neraka. Bukankah itu sudah perjanjian antara kita?
Suara Ezekiel meringankan perasaan Irene yang dipenuhi keraguan. Benar juga, masih ada Ezekiel. Irene tidak perlu takut lagi jika suatu hari Allen dan Sirius membuangnya.
"Eh? Death Territory sedang dalam masalah besar?"
Kalimat itu sangat mengejutkan bagi Irene. Damian sengaja mengeraskan suaranya agar menarik perhatian Irene. Death Territory. Pasti itu informasi penting, pikir Irene. Kemudian, dia masuk ke dalam, bukan karena kedinginan di luar melainkan akan mencuri informasi dari Sirius yang mabuk berat.
Meski terpotong-potong setiap kata, Irene bisa memahaminya. Masalah besar di Death Territory adalah insiden tak terduga bagi immortal. Banyak kematian immortal tanpa memiliki seluruh organ tubuhnya, terutama jantung. Jantung mereka kehilangan jejaknya, tak seperti organ lainnya yang tercabik-cabik menjadi lebur tak terbentuk.
Insiden tersebut terbilang aneh karena immortal takkan semudah itu mati hanya karena jantung mereka hilang, kecuali jika jantung mereka dimakan oleh seseorang.
*****
Damian baru pulang tepat jam satu malam. Saat hendak pulang, Irene sudah masuk kamar yang kemungkinan besar sudah tidur. Awalnya, Damian bermaksud mengagetinya, namun niatnya ketahuan Allen dan tidak jadi. Dia tidak bisa bebas jika kakak-kakak Irene berada di sekitarnya.
Begitu sampai rumahnya yang cukup dekat dari rumah Allen, Damian terkejut saat melihat kakak perempuannya, Shera masih belum tidur. Dia sedang menonton TV sambil mengunyah cemilannya, sedangkan terdapat Drake tertidur pulas di atas sofa.
Shera baru sadar Damian sudah pulang. "Oh, selamat datang, Damian," sambutnya dengan mulut masih penuh makanan.
Kemudian, Damian duduk di sebelahnya. "Tumben masih belum tidur? Biasanya kan kau tidur duluan dibanding Drake." Dia ikut-ikut mengambil cemilan di pelukan Shera.
"Ada film yang ingin kutonton jam setengah dua nanti." Lalu, dia nunjuk Drake yang berada di belakangnya tanpa menoleh. "Kalau dia, tadi mau menunggumu pulang. Entah sejak kapan dia sudah tidur."
Damian memandang Drake agak lama. Dia menduga, pasti Drake disuruh ayah dan ibu mereka untuk memastikannya pulang. Tadi pagi, mereka menceramahi Damian yang menginap di rumah teman tanpa perizinan dari mereka. Bisa dibilang orangtuanya sangat protektif.
Dan, Damian sangat membenci bagian tersebut dari orangtuanya. Protektif mereka bukan karena takut terjadi apa-apa pada Damian melainkan karena dia immortal. Di Republik, keluarga yang memiliki anak immortal selalu ditakuti tetangga sekitarnya. Sebelumnya, orangtua Damian senang mengadopsinya. Namun, setelah desas-desus tak enak tentang immortal, mereka tampak menyesal.
"Uwaaa... kenapa beritanya semengerikan ini malam-malam?" Shera memeluk lututnya seraya meletakkan dagu di atas lutut.
Damian kembali ke posisinya menghadap TV. Seperti yang diduganya, berita tersebut mengangkat tentang situasi di Death Territory sekarang. Layar TV menunjukkan mayat dengan perut terbuka, namun disensor. Mayatnya tak hanya satu. Kemudian, diperlihatkan juga foto-foto di setiap tempat di Death Territory. Jika dikira-kira, hampir seluruh penduduk Death Territory mati. Tersisa anak kecil yang masih utuh.
Ada satu hal yang menarik perhatian Damian. Terdapat tulisan 50 immortal menghilang jejaknya, padahal sudah teridentifikasi organ mereka tertinggal di Death Territory. Kasus yang aneh. Apakah 50 immortal itu masih hidup sampai sekarang, ataukah ada immortal yang melampaui dirinya?
Damian tidak ingin mengakuinya. Hanya dia yang boleh satu-satunya merupakan produk sempurna. Itu semua demi tujuannya, melenyapkan kutukan immortal di dunia meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri. Maka itu, langkah pertamanya adalah membunuh 50 immortal yang menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Voice [END]
HorreurIrene Shelton bisa mendengar suara orang mati yang sangat mencintai dirinya. Suara-suara tersebut dari orang-orang yang mati di masa perang, yang menyuruh Irene untuk menghancurkan Republik Strorhiel karena tidak membantu mereka. Damian Hawley adala...