Irene sudah mati. Damian menyaksikannya dengan matanya sendiri. Tubuhnya terbelah menjadi dua, namun mayatnya hilang begitu saja bersamaan dengan Meiz dan Arnaud. Mereka pasti ingin merebut kekuatan langka Irene, suara kematian apa pun yang terjadi. Tanpa suara kematian yang bisa mendengar suara manusia mati, kebangkitan Raja Penyihir akan gagal. Meski Raja Penyihir sosok terpenting dalam perang Kekaisaran dan Kerajaan, dia hanyalah seorang manusia biasa. Konon, rumornya Raja Penyihir adalah utusan menara Estacia yang mendapatkan perintah memberi pelajaran kepada seluruh umat manusia dengan berbagai macam kutukan.
Damian ingin segera mencari mayat Irene sebelum dimanfaatkan seenaknya. Namun, dia harus menunggu Anastasia terbangung atau dia akan kembali menjadi dirinya yang dulu dan sendirian lagi di dunia ini, apalagi setelah pertemuan kembali yang tidak diinginkan dengan Arnaud. Damian penasaran, apa yang dirasakan Anastasia saat mengetahui dirinya menjadi korban Arnaud?
Damian duduk di kursi bulat, meremas tangan kanan Anastasia. Sebelum Anastasia benar-benar pingsan, Damian mendengar suaranya samar-samar. Anastasia sangat putus asa, dia tak punya siapa pun lagi yang mencintai dirinya. Namun, sejak menemui Damian adalah keputusan yang tepat, harapan ingin dicintai kembali ke permukaan lagi. Damian menyesal tak pernah menyadari perasaan Anastasia yang sesungguhnya.
Damian adalah orang baik pertama yang pernah kutemui di dunia ini. Perasaanku kepadanya melebihi cinta. Aku ingin dicintai Damian. Aku tahu, itu hanya keegoisanku, tapi, sekali saja, kabulkan harapanku kali ini.
Manakah yang lebih penting, Irene atau Anastasia? Damian tidak bisa membayangkan reaksi Allen saat mendengar adiknya mati. Padahal, dia pernah bersumpah melindungi keluarga Allen.
Damian menempelkan punggung tangan kanan Anastasia ke dahinya. Dia menyalahkan diri sendiri lagi bahwa Irene mati karenanya. Jika saja Damian tidak membawanya ke markas Lunacrest, kematian Irene terhindarkan.
Ada satu cara lain lagi mencegah kematian Irene yang bisa dilakukannya sekarang. Syaratnya, dia haarus punya mayat Irene. Seperti yang dia lakukan saat Arnaud melempar tubuh Anastasia, kutukan terbang begitu saja. Damian tidak tahu itu bakal berhasil atau gagal, namun dia ingin mencobanya.
"Damian."
Damian berpaling ke sumber suara yang memanggilnya, ternyata Luna. Dia lelah setelah berpidato selama satu jam dan tak ada satu pun yang mendengarnya. Namun, Damian yakin pasti rekan-rekannya sudah tahu situasinya sekarang setelah merekam ulang ingatan Irene. Damian masih mengingat setiap ingatan tragis milik Irene, terutama masa kecilnya.
Damian meletakkan tangan Anastasia dan memiringkan posisi duduknya. "Ada apa, Luna? Aku sedang tidak ingin bicara setelah melihat banyak kejadian hari ini." Bisa terlihat matanya berkantung hitam seperti panda. Dia tidak bisa melindungi orang-orang yang harus dilindungi, lantas sampai kapan dia hidup hanya untuk membayar dosanya?
"Maaf, Damian. Aku juga berturut duka atas kematian Irene Shelton. Seandainya saja, jika sejak dulu aku melihat masa lalunya, dia pasti akan berada di bawah perlindungan kami. Tapi, kurasa mempunyai keluarga baik yang senang hati mengadopsinya sudah lebih—"
"Cukup, aku tahu. Aku tidak ingin mengungkit masa lalunya. Fokuskan ke masa sekarang. Memang kau bisa mengubah masa lalu semudah itu?" potong Damian dengan sarkasme.
Luna terbungkam. Banyak bicaranya membuatnya sadar diri. Meski punya kedudukan tertinggi di Lunacrest, aku tak bisa melakukan apa-apa jika Damian sudah tidak bermulut manis. Apa boleh buat, Damian lah yang paling berjasa di Lunacrest.
Damian baru sadar telah meninggikan suara. Maka itu, dia segera mengalihkan pembicaraan. "Lupakan tentang itu. Omong-omong, bagaimana dengan keputusanmu? Soalnya tadi aku tidak dengar pengumuman darurat."
Barulah Luna berani membicarakan tujuannya memanggil Damian. Keputusan mendadaknya setelah serangan dari Arnaud Leger. Beregenerasi hingga utuh membutuhkan 15 menit lebih lambat dari Damian. Di situ, Arnaud Leger tampak sedang menyatakan perang. Namun, ternyata tidak semudah itu meraih kemenangan. Immortal milik Republik, dari Death Territory maupun kamp kemiliteran berada di bawah kendali immortal jantung. Tak ada lagi immortal yang tersisa untuk pihak Republik, kecuali organisasi mereka. Karena itu...
"Seseorang dari Badan Pengawasan Immortal yang satu-satunya selamat membutuhkan kami untuk melawan semua immortal di bawah kendali Arnaud Leger. Tak perlu takut, dia orang yang baik. Namun, dia tidak bisa mengunjungi tempat ini karena kekacauan di luar sana. Karena itu, dia mengirim orang yang paling terpercaya ke sini." Luna tampak sangat berapi-api. Sudah lama sekali Badan Pengawasan Immortal membutuhkan keberadaan Lunacrest.
"Oh, selamat berjuang. Semoga berhasil," dukung Damian acuh tak acuh, berpaling kembali ke ranjang Anastasia.
Jengkel melihat tidak kepekaan Damian, Luna langsung mencekik lehernya menggunakan lengan. "Bodoh. Aku menyampaikan ini padamu karena kaulah yang akan menemuinya. Aku sibuk, tahu."
Saat Damian hendak memprotesnya, Luna memelototinya. Matanya memperingatkan mata kutukannya sewaktu-waktu bisa digunakan kapan saja. Mau tak mau, dia harus meninggalkan Anastasia dan melesat ke lobi.
Aku juga ingin ikut, Damian.
Suara Anastasia di dalam kepala menghentikan langkah Damian. Dia terduduk dan berusaha turun dari ranjang, namun dia tertatih-tatih saat memakaikan sepatu. Saat Damian bertanya apakah dia baik-baik saja, Anastasia hanya menggeleng dan sangat bersikeras mengikutinya.
Aku merasa pernah bertemu dengan perwakilan dari Badan Pengawasan Immortal. Di hari itu, aku memperingatkannya dan tampaknya dia paham isyaratku.
Anastasia menggandeng lengan Damian, menahannya dari jatuh. Rasa kematian masih membekas di tubuhnya. Lobi berada di lantai teratas dan perlu melewati beberapa jebakan untuk keamanan.
Setibanya di lobi, keterkejutan mengisi suasana di ruang tersebut. Mereka tak pernah menduga akan saling berjumpa di tempat seperti ini. Allen yang segera berdiri begitu mendengar suara langkah terbelalak mendapati Damian bersama targetnya.
Kenapa, Damian? Apa kau mengenalinya?
Damian mengabaikannya. Sebisa mungkin harus tenang di depan tamu dari Badan Pengawasan Immortal. Namun, dia benar-benar tidak menduga Allen akan datang sebagai perwakilan. Apa Sirius yang mengirimnya ke sini?
Anastasia seolah menjadi asistennya Damian mempersilakan Allen duduk, lalu dia dan Damian duduk di sofa seberang. Hanya ada kecanggungan di antara mereka. Meski Anastasia ingin memulai pembicaraan, telepatinya hanya akan mengejutkan Allen. Lagi pula, Damian yakin Allen punya banyak pertanyaan untuknya. Namun, ada satu hal yang ingin disampaikan Damian sebelum Allen melontarkan semua pertanyaan.
"Ngg... Damian, lama tak jumpa sejak seminggu lalu ya. Aku nggak pernah tahu kau mengikuti organisasi seperti ini. Seharusnya kamu harus sering-sering bercerita padaku." Allen menahan napas. "Aku sedikit terkejut."
Allen terlalu baik menjadi temannya. Namun, bagaimana jika Allen mendengar adiknya mati di sini dan Damian menjadi saksinya? Memang benar, Damian merasa lebih nyaman jika disalahkan olehnya. Tak peduli jika bakal merusak suasana, Damian sudah tak tahan dosa yang ditanggungnya.
Damian mengangkat tangan. Anastasia terkesiap dan hendak menghentikannya, namun Damian sama sekali tidak menghiraukannya.
Hentikan itu, Damian. Kematiannya belum pasti. Masih ada banyak—
"Kenapa, Damian?" tanya Allen bingung.
Damian memandang Allen dengan serius. Adalah penyesalan di awal sebelum terjadi tragedi? Sewaktu-waktu mungkin ada, tidak ada juga masih kemungkinan.
Sebelum bersuara, Damian menarik napas, kemudian diembuskan. "Irene sudah mati dan itu karena salahku. Maaf aku tidak bisa menjadi temanmu yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Voice [END]
HororIrene Shelton bisa mendengar suara orang mati yang sangat mencintai dirinya. Suara-suara tersebut dari orang-orang yang mati di masa perang, yang menyuruh Irene untuk menghancurkan Republik Strorhiel karena tidak membantu mereka. Damian Hawley adala...