13 - Irene & Republic's Informant (II)

2 1 0
                                    

Apakah kalian tahu kenapa Irene pernah menyebut immortal adalah orang mati? Pernyataan tersebut tidak salah, namun Irene tidak pernah tahu betul proses immortal yang sesungguhnya, kecuali satu. Tubuh immortal bisa dirasuki beberapa roh mati yang dulunya juga pernah menjadi immortal. Irene penasaran, apakah lelaki di depannya Meiz asli atau tidak?

Irene keluar kamar mandi dengan memakai kaos yang sangat kebesaran sehingga dia tidak perlu memakai celana. Sebelumnya, dia berlumuran darah, lalu Meiz mempersilakannya untuk membersihkan diri. Namun, cara Meiz memandang Irene sehabis mandi membuat Irene merasa jijik. Informan tak pernah semesum itu karena kehidupan mereka sudah dipenuhi berbagai macam informasi tanpa terkecuali. Tak salah lagi, dia bukan Meiz yang asli.

"Ada apa, Irene?" tanya Meiz menyeringai sambil bertopang dagu. Dia tersadar Irene menatapnya tajam.

Irene belum bergerak dari tempat dia berdiri sejak awal masuk ruang pribadi Meiz. "Kau bukan Meiz asli kan? Setahuku, dia bukan orang yang semudah itu mengajak seseorang bekerja sama di awal pertemuan. Informasi tentang diriku juga selalu dipastikan aman dan tak pernah dibocorkan ke informan mana pun oleh kakakku. Kau kira aku tidak punya pengetahuan tentang immortal?"

Dengan tenang, Meiz menjawab, "Ya. Namaku bukan Meiz, tapi aku menggunakan tubuhnya dan mempunyai seluruh ingatan yang dia punya. Bukankah itu keuntungan bagiku punya banyak informasi yang tidak pernah diketahui Republik?"

"Kalau begitu, siapa dirimu yang sebenarnya? Setidaknya, kau memberitahuku nama aslimu."

Meiz mengibaskan tangan, kemudian menarik handuk yang melingkar di leher Irene. "Sesuai nama kafe ini, aku tidak punya nama. Daripada itu, apa kau mau tahu kenapa Sirius Shelton mengadopsimu menjadi adik perempuannya?"

Ini dia. Irene selalu menghindar pertanyaan satu itu. Dia takut sebuah jawaban akan menyakiti seluruh harapannya selama ini. Bagaimana kalau Sirius hanya memanfaatkannya? Itu sangat mustahil, karena Sirius tampak sangat menyayanginya.

Irene menundukkan kepala sekaligus menggeleng. "Nggak, aku nggak ingin tahu. Lupakan saja kakakku dan lebih baik kamu menjelaskan apa yang harus kulakukan saat bekerja sama denganmu."

Puas dengan respons Irene yang tidak berdaya di bawah ancamannya, Meiz pun melepaskan handuknya dan kembali duduk di atas sofa. Dia menepuk tempat duduk kosong di sebelahnya seolah mengatakan, "Duduklah." Sayangnya, Irene menolak tawaran tersebut dan lebih memilih berdiri daripada harus duduk di sebelah seorang bajingan.

"Nggak usah malu-malu, Irene. Di sini hanya ada kita berdua. Kalau masih ingin membahas tentang kakakmu, aku—" Merasa dipelototi seseorang, Meiz berdeham dan mengganti topik pembicaraan. "Oh ya, aku ingin kita membuat kesepakatan."

Tentu saja, Irene tidak pernah keberatan soal kesepakatan kecuali jika di dalam kesepakatan itu tidak ada keuntungan untuknya. Namun, seperti yang diduganya, setiap kali bekerja sama dengan immortal pasti takkan berjalan lancar. Immortal hanya memikirkan dirinya sendiri.

Kesepakatan dari Meiz adalah, "Berkhianat dibayar dengan kematian. Membicarakan tentang kerja sama kita pada siapa pun adalah hal yang tabu. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi padamu dan keluargamu setelah itu."

Menurut Irene, kesepakatannya sedikit memberi keuntungan untuknya. Sangat berbahaya jika seorang kakak dari Badan Pengawasan Immortal mengetahui adiknya bekerja sama dengan immortal yang merupakan salah satu dalang di balik insiden Death Territory. Itu akan berdampak buruk bagi Meiz dan rekan-rekannya.

"Oke, aku setuju. Kalau begitu, lanjutkan rencana kerja sama kita," tukas Irene tidak sabaran. Dia ingin langsung pulang dan merebahkan diri di atas kasur setelah kehilangan suara yang dicintainya.

Namun, nama seseorang yang tak terduga keluar dari mulut Meiz. "Damian Hawley. Kau tahu dia kan?" Irene mengangguk heran dan Meiz melanjutkan, "Meiz asli menyerahkan dokumen rahasia ke sebuah organisasi ilegal immortal di Republik sebelum kematiannya. Kebetulan, dokumen yang jauh lebih rahasia jatuh di tangan Damian Hawley. Karena itu, tugas pertamamu dariku adalah mengambil dokumen rahasia dari Damian dengan cara apapun."

Dokumen rahasia yang dibawa Damian diincar Meiz. Itu bisa dikatakan tugas yang mudah dan juga susah. Irene takut jika langsung minta dokumen rahasianya, Damian akan mencurigainya dan malah melaporkan ke Allen. Lagi pula, apa isi dokumen rahasia itu sampai Meiz ingin merebutnya kembali?

"Meiz sangatlah pengecut bahkan sampai maut menjemputnya. Dia hanya bisa kabur ke tempat mana pun, asalkan ada seseorang yang ingin menolongnya. Aku merasa kasihan dengan ketua mafia Geissler yang mengorbankan nyawa demi orang sepengecut itu."

Irene baru tahu soal kematian ketua mafia Geissler. Tampaknya, saat dia mengunjungi kediaman Geissler bersama Ezekiel, Meiz dan ketua mafia Geissler kabur bukan karena kedatangan Irene yang mendadak. Hari itu, Meiz diincar seseorang karena memiliki dokumen rahasia yang dimaksud Meiz palsu. Irene hanya bisa mencurigai bahwa Meiz palsu lah yang mengejar dan membunuh ketua mafia Geissler.

Namun, Meiz palsu mengelak hal itu. "Aku berani bersumpah bukan aku yang membunuh ketua mafia Geissler. Apa kau tidak tahu Meiz berada di bawah perintah Geissler karena dia ketahuan mencuri dokumen rahasia milik Geissler? Geissler lah pemilik asli dokumen rahasia yang kuinginkan. Dulu, mereka pernah meneliti sesuatu di Death Territory—"

Meiz berhenti bicara saat sadar Irene telah berdiri di depannya. Irene terlalu sensitif hanya dengan kata 'Death Territory'. Sudah pasti isi dokumen rahasia itu berhubungan dengan Death Territory. Siapa lagi kalau bukan Irene yang tidak bisa menolak tugas yang berhubungan Death Territory?

"Wah, tampaknya aku tidak perlu mendengar jawabanmu hanya dengan melihat wajahmu." Senyuman penuh kemenangan merekah di wajah Meiz. Namun, Irene masih menolak disentuh olehnya dan langsung menepis tangannya dengan keras.

"Jika ada bayaran yang setimpal, aku akan melanjutkan kerja sama kita. Sepakat?"

Tanpa perlu berpikir dua kali, Meiz menyetujuinya. Saking gembiranya, Meiz hampir memeluk sebelum Irene menghantam perutnya. Proses kerja sama mereka memang berjalan lancar, namun Irene masih meragukan Meiz. Meiz belum menyebut alasan dia menginginkan Irene dan bagaimana dia bisa mengenalnya. Irene sendiri juga belum mengatakan alasannya sangat tergila-gila dengan Death Territory.

Tak hanya itu, Irene masih menimbang-nimbang tawaran dari Damian sejak melenyapkan Ezekiel dengan tangan sendiri. Peringatan dari Damian selalu benar dan Irene merasa dia mulai bisa dipercaya. Lagi pula, tujuan mereka berdua hampir sama meski Irene tidak ingin mengakuinya. Namun, sekarang berbeda. Justru Damian menjadi orang yang paling dibutuhkannya sekarang.

Sayangnya, bekerja sama dengan Damian sangatlah mustahil jika melihat situasi Irene sekarang. Berkhianat dibayar dengan kematian. Membicarakan tentang kerja sama kita pada siapa pun adalah hal yang tabu. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi padamu dan keluargamu setelah itu. Irene telah menyetujui kesepakatan. Dia tidak bisa membahayakan keluarganya yang telah merawatnya sampai sejauh itu. Begitu pun dengan Damian yang menjadi target utama dari perintah Meiz.

"Kamu terlalu banyak berpikir, manis. Nanti jantungmu terasa tidak enak."

Irene membeku di tempat. Keringat dingin menetes dari pelipisnya. Kakinya sedang tidak bisa berkompromi meski dipaksa. Pemuda selain Meiz berdiri di belakangnya sambil menyentuh dada bagian kirinya. Menurut Irene, sentuhannya sangat berbeda dengan orang mesum. Lebih terasa seperti... kematian sedang memanggilnya, seolah tangan lelaki di belakangnya mempunyai magnet yang menarik jantung dari tempatnya. Siapakah lelaki aneh itu?

Death Voice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang