Meiz adalah komplotan 50 immortal yang menghilang dan dikabari berasal dari Kekaisaran untuk memata-matai gerak-gerik di Death Territory. Begitulah informasi dari Chloe yang disalurkan kepada Ezekiel. Namun, Irene tidak begitu mempercayainya. Informan terhebat dari Republik bekerja sama dengan Kekaisaran sangat mustahil baginya. Tak hanya itu, rasa penasarannya semakin bertambah. Ada apa di balik Death Territory?
Ezekiel sudah bersiaga saat Irene hendak membuka pintu kafe No Name. Rupanya, itu hanya biasa kafe biasa. Bau kopi langsung menguar begitu menginjak ke dalam kafe. Letak kafe memang berada di ujung kota, namun hari itu sebagian meja penuh. Kebanyakan laki-laki. Irene curiga, mungkinkah mereka adalah immortal yang menghilang?
"Selamat datang. Mau duduk di mana?" Seorang pemuda yang tampak seusia dengan Irene muncul tiba-tiba, menyambut Irene sebagai pelanggan. Senyuman ramahnya terlihat dibuat-buat, Ezekiel yang memberitahunya.
Irene menyipitkan mata. "Nggak. Aku ke sini bukan untuk makan. Bisakah aku bertemu dengan Meiz?"
Mata pemuda itu melebar. Tak hanya si pemuda, seisi kafe menyorot Irene tajam. Sesuai rencana Ezekiel, Irene berhasil memancing perhatian semua pelanggan kafe. Kemungkinan, mereka bukan pelanggan kafe. Jumlah mereka 15, berarti immortal yang menghilang tersisa 35. Kafe ini bisa saja tempat persembunyian immortal yang menghilang.
Tak ada satu pun dari mereka yang bersuara seolah menunggu instruksi untuk menyerang. Irene juga bersiaga, bersiap-siap mengeluarkan bayangan Ezekiel. Namun, Ezekiel mulai tidak sabaran sehingga dia mengeluarkan sebagian kekuatannya. Bayangannya menyelimuti segedung, melenyapkan kafe agar tidak terlihat orang biasa. Tanpa cahaya yang masuk, kafe menjadi gelap dan dan Irene tidak bisa melihat apa pun.
Irene, tutup telingamu. Kami mulai melakukan hal brutal dan aku tudak ingin kau mendengarnya.
"Jangan sampai membunuh mereka, Ezekiel. Apa kau yakin mereka immortal?" bisik Irene. Keraguannya terhadap Ezekiel perlahan terlihat dan Ezekiel menyadarinya. Irene segera menutup mulut dengan telapak tangan, menyesal telah melontarkan keraguannya secara terang-terangan.
Itu bukan masalah besar, tenang saja. Lihat aku setelah ini, Irene. Aku akan menunjukkan kesetiaanku.
Demi menunjukkan kesetiaannya, Ezekiel mengamuk sepuasnya bersama suara orang mati lainnya. Bayangannya membentuk seratus pedang, kemudian diluncurkan ke setiap immortal yang ada di sana. Pedang hitam itu tidak berefek menikam target, namun membuat target meledakkan diri sampai organ tubuhnya tak ada yang tersisa lagi. Sungguh, kekuatan yang kejam.
Sudah ada 5 immortal yang meledak sehingga kafe menjadi hujan darah. Namun, Meiz masih belum muncul-muncul. Irene mendekati bekas ledakan immortal tadi yang paling terdekat dengannya. Dia berjongkok, menyentuh darah di lantai. Mendadak, mata Irene melebar. Dia bisa membedakan bau darah manusia dan immortal. Mereka bukan immortal. Manusia biasa.
"Berhenti, Ezekiel! Sudah kubilang, jangan bunuh manusia." Irene meninggikan suara sampai menggema di satu ruangan. Sayangnya, Ezekiel sudah gila. Dia tak bisa dihentikan lagi hanya dengan suara Irene.
Irene memeluk dirinya sendiri. Apakah mendatangi kafe tempat Meiz berada sekarang bersama Ezekiel merupakan keputusan yang salah? Memikirkan sebanyak apa dosa yang ditanggungnya karena Ezekiel membuatnya lelah secara mental. Kini, darah menyelimuti seluruh tubuh Irene. Semuanya terasa lengket. Jika Ezekiel tidak ingin mendengarnya, maka Irene harus menariknya secara paksa.
Tangan Irene terulur ke depan. "Ezekiel, kurasa hubungan kita seperti dulu takkan pernah kembali. Maafkan aku dan..." Irene menggigit bibir, tak bermaksud berkata seperti itu. "selamat tinggal."
Satu jentikan jari melenyapkan bayangan yang menyelimuti dan menyerang seisi gedung. Kali ini, Irene takkan menyesal dengan keputusan terberatnya, yaitu tak pernah lagi mendengar suara Ezekiel. Dulu, di perjanjian antara mereka berdua, Irene diperbolehkan untuk menlenyapkan Ezekiel apabila dia tidak menurut padanya.
Seluruh bayangan telah lenyap dari setiap sudut ruangan, hanya tersisa warna merah darah. Bisikan terakhir Ezekiel sebelum benar-benar lenyap terngiang-ngiang di dalam benak Irene.
Sudah kuduga, kau terpengaruh peringatan dari Damian Hawley ya. Meski setelah ini kamu tidak bisa mendengar suaraku lagi, kau tetap milikku, Irene. Soalnya, akulah yang memberikanmu kekuatan suara kematian, kontrak kita memang sudah berakhir, namun hubungan kita masih berlanjut.
Ezekiel sangat tergila-gila dengannya. Itu sangat berbahaya. Ke mana pun Irene pergi, pasti Ezekiel akan mengikutinya diam-diam dan membantai orang yang berusaha mendekati Irene tanpa perizinan darinya. Irene tidak menyangka obsesi Ezekiel terhadapnya begitu besar. Dia harus minta bantuan seseorang untuk melenyapkan keberadaan Ezekiel di dunia ini karena dia seorang iblis.
Irene terkesiap saat sebuah tangan menepuk bahunya, lalu berpaling ke sosok di belakangnya. Akhirnya, dia bertemu dengan seseorang yang selama ini dicari-cari, Meiz sang informan.
"Wah, wah, jangan berwaspada seperti itu. Aku di sini memenuhi panggilanmu. Benar kan, Irene Shelton?" Miez menyeringai lebar. Kenapa Meiz bisa mengetahui nama Irene padahal mereka belum pernah saling bertemu?
Irene segera menyingkirkan tangan Meiz dari pundaknya. "Aku merasa terhormat, informan. Kuharap kau tidak mengecewakanku," sindir Irene sambil menatap Meiz sinis.
Meiz acuh tak acuh terhadap sindiran Irene dan malah mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Pemandangan yang membuatmu tidak selera makan. Untungnya, tindakan Irene telah menyelamatkan beberapa manusia di ruangan tersebut yang awalnya dianggap immortal. Kematian manusia lebih berdosa dibanding immortal dan Irene yang menanggung kematian mereka.
"Terima kasih telah menolong mereka, Irene Shelton. Aku tahu ke sini kamu ke sini hanya untuk menemuiku. Iblismu berbahaya sekali ya." Meiz berpaling lagi ke Irene, lalu baru sadar bahu gadis di depannya bergetar hebat. "Ini bukan salahmu. Sudah lebih dari cukup kau memutuskan kontrak dengan iblis itu."
Irene menggeleng cepat. Masalahnya bukan itu, dia baru sadar kesalahannya. Tanpa Ezekiel, siapa lagi yang akan melindunginya? Bimbang mau menjelaskan perasaannya sekarang, Irene pun memilih tutup mulut saja.
Irene menarik napas untuk menenangkan diri, kemudian diembuskan. "Aku baik-baik saja. Kematian seseorang memang tidak bisa dihindari karena takdir. Tapi, jika seseorang mati pada belum waktunya, aku akan menanggung semua dosa itu. Ezekiel tidak bersalah, jadi jangan salahkan dia," aku Irene sambil memasang wajah memohon. Dalam hatinya terdalam, dia masih mencintai Ezekiel meski takut Ezekiel akan berlebihan dalam berbagai hal.
Meiz terdiam cukup lama, mengamati Irene dari ujung rambut hingga ujung kaki. Irene merasa tidak enak sampai kesulitan menelan ludah. Dia semakin canggung saat Meiz mencondongkan tubuh tanpa peringatan, bahkan wajah mereka sangat dekat, tidak sampai satu meter.
"Oke, aku takkan menyalahkan iblismu. Sebagai gantinya, aku ingin kau bekerja sama denganku."
Irene mengernyitkan alis. "Nggak, itu mustahil. Jika kau ingin mendapatkan kepercayaan dariku, tunjukkan kesetiaanmu. Aku..." Mendadak, dia memasang wajah sedih sekaligus penyesalan. "nggak ingin hal yang menyakitkan terulang lagi kedua kalinya."
"Baiklah, akan kutunjukkan."
Kemudian, Meiz meraih sebuah pisau lipat dari saku celananya. Tepat langsung di depan Irene tanpa ragu, dia memotong urat nadinya sendiri di leher dan pergelangan tangan. Irene terbelalak, hendak menghentikan pendarahan yang mengucur deras. Namun, bau darah itu bukan milik immortal maupun manusia. Pendarahannya juga berhenti seketika tanpa bantuan Irene.
Irene hanya punya satu kesimpulan. Meiz memiliki darah campuran manusia dan immortal. Jenis yang langka. Tidak sesuai ekspektasi, Irene mengira Meiz takkan berbuat sampai segitunya. Darah campuran sering dilecehkan di masyarakat. Tentang itu, Irene sama sekali tidak bisa meremehkannya.
"Ini bentuk kesetiaanku, Irene Shelton. Dibanding siapa pun, dari dulu aku menginginkanmu karena kekuatan suara kematian milikmu." Meiz tersenyum penuh kemenangan.
Menginginkannya? Meiz juga mengetahui kekuatannya. Irene semakin tidak bisa mempercayainya. Jika disuruh memilih, dia lebih baik bekerja sama dengan Damian. Irene terlalu lengah, padahal Damian telah memperingatkannya sebelum meninggalkan rumah. Kini, tanpa Ezekiel, dia sama sekali tidak berkekuatan. Dalam hatinya, dia memanggil nama Damian tak henti, berharap dia datang untuk menolong dirinya. Apakah suaranya akan tersampaikan pada Damian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Voice [END]
TerrorIrene Shelton bisa mendengar suara orang mati yang sangat mencintai dirinya. Suara-suara tersebut dari orang-orang yang mati di masa perang, yang menyuruh Irene untuk menghancurkan Republik Strorhiel karena tidak membantu mereka. Damian Hawley adala...