Chapter 4

922 134 6
                                        

"Bagaimana keadaanya dokter?"

"Semuanya baik-baik saja. Saya sudah menjahit lukanya jadi usahakan agar Yunho dapat beristirahat dengan baik selama seminggu ke depan. Lukanya tidak boleh terkena air dan usahakan untuk mengganti perbanya setiap dua hari sekali"

"Baik. Terima kasih dokter"

Siwon mengantarkan dokter itu ke luar ruangan. Sedangkan Mr dan Mrs Jung tetap berada di sisi Yunho. Wajah namja bermata musang itu masih terlihat pucat namun sorot matanya tetap memancar tajam memperhatikan kedua orang tuanya. Mrs Jung masih sedikit terisak di pinggir ruangan sedangkan Mr Jung terlihat lebih santai.

"Kenapa anak itu ada di rumah ini?" Yunho memandang tajam ayahnya.

"Karena kami memutuskan untuk merawatnya" sahut Mr Jung tenang

"Appa!!"

"Waeyo Yunho-ah?"

"Anak itu adalah penyebab kematian Changmin! Bagaimana bisa appa memelihara anak sial itu setelah Changmin kehilangan nyawanya demi sesuatu yang tak berharga!"

"Jung Yunho" desis Mr Jung setelah mendengar kata-kata jahat keluar dari mulut putranya.

"Changmin gugur di medan perang adalah takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan. Jaejoong hanyalah anak kecil yang tak berdosa. Seharusnya kau paham bahwa kematian adalah sebuah resiko yang akan selalu menghantui setiap pekerja militer seperti kita. Dan appa yakin kau juga sudah paham bahwa kita telah disumpah untuk mengabdi kepada negara hingga titik darah penghabisan. Kau harusnya bangga dengan adikmu"

Bangga?

Yunho mengepalkan tanganya dengan erat. Semudah itukah ayahnya melepaskan sosok adiknya seolah dia tidak merasa kehilangan. Apakah hanya dirinya yang merasa sedih akan kematian Changmin? Mengapa semua orang bisa menerima bocah kecil itu dengan mudah? Yunho merasa terkhianati oleh fakta bahwa keluarganya seolah-olah menggantikan sosok Changmin dengan bocah itu.

Namja musang itu menggigit pipi dalamnya dengan kuat.

"Ne. Aku mengerti..."

.

.

.

Esok paginya...

"Yun-Yunho?"

"Yunho kau mau kemana nak?"

Mrs Jung melihat putra keduanya itu sudah dalam keadaan siap bertugas. Namja tampan itu menggunakan seragam militernya dan membawa tas besar di punggungnya.

"Aku akan berangkat umma" jawab Yunho tanpa menatap wajah ibunya

"Apa yang kau katakan Yunho-ah? Kau masih sakit sayang. Dan kau masih dalam masa liburan."

"Tidak umma. Aku akan berangkat sekarang. Tenagaku masih sangat dibutuhkan oleh militer. Jaga diri umma baik-baik"

Mrs Jung sontak memanggil suaminya ketika mendengar nada bicara Yunho yang terdengar serius. Dia belum sembuh benar dan lukanya juga tidak memungkinkan untuk bergerak bebas. Kenapa dia begitu ngotot ingin kembali bekerja?

"Apa yang kau lakukan?" Mr Jung akhirnya datang dan langsung dihadapkan pada wajah dingin putranya.

"...." Yunho tidak menjawab pertanyaan ayahnya

"Kau masih sakit. Aku tidak akan membiarkanmu bekerja dalam keadaanmu yang sekarang. Kau hanya akan membebani temanmu yang lain di medan perang. Kau boleh berangkat jika kau sudah sembuh benar"

"Saya mampu melakukanya Jendral!" Yunho membalas ucapan ayahnya

"Jung Yunho" Siwon yang turut hadir mulai memberikan peringatan pada adiknya.

Kata-kata Yunho mulai terdengar tidak sopan. Namja tampan itu menggunakan tingkatan pangkat untuk memanggil ayahnya seolah menantangnya. Saat mereka berada di rumah mereka tidak akan menggunakan pangkat untuk memanggil keluarga Jung yang lain. Hal ini membuktikan bahwa adik laki-lakinya itu sedang berusaha untuk memberontak.

"Seperti yang anda katakan setiap pekerja militer wajib untuk mengabdikan jiwa dan raga mereka untuk negara. Jadi saya tidak menemukan alasan kenapa saya harus berdiam diri disini sedangkan masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Saya akan mengabdikan diri saya hingga titik darah penghabisan sehingga dapat membuat anda bangga, bangga karena satu lagi putra anda akan meninggal di medan pertempuran"

"Jung Yunho!"

"Tidak apa-apa Siwon-ah" Mr Jung memandang wajah tampan putranya dengan tenang.

"Baiklah jika itu memang keinginanmu..."

"Hiksss...yeobo!" kini giliran Mrs Jung yang menatap suaminya dengan pandangan tak percaya.

"Laksanakan" Mr Jung tetap kukuh dengan keputusanya.

Yunho mengertakan giginya dengan kuat. Jadi setelah melepaskan adiknya begitu saja kini appanya juga tidak peduli lagi dengan dirinya? Baik. Sepertinya tidak ada lagi alasan baginya untuk tetap diam di mansion Jung. Tangan besar Yunho terangkat ke atas dan memberikan sikap hormat pada ayahnya.

"Siap. Laksanakan!"

.

.

.

Sejak kejadian itu Yunho tidak pernah lagi pulang ke mansion Jung.

Namja tampan itu benar-benar mengabdikan jiwa dan raganya dan bekerja layaknya mesin pembunuh. Dia mencoba menghilangkan rasa bersalahnya dengan melaksanakan setiap tugasnya dengan baik. Yunho juga berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan lagi membiarkan salah satu temanya meninggal ketika dia tengah bertugas. Dia akan melindungi teman-temanya dengan sekuat tenaga walau nyawanya sebagai taruhanya.

Tahun demi tahun terlewati begitu saja hingga sosok Jung Yunho menjadi sangat terkenal dan mendapatkan julukan U-know Yunho. Sepanjang sejarah militer Korea, Yunho adalah penembak jitu termuda yang telah menelan korban hingga 103 jiwa. Namja tampan itu sontak menjadi sosok yang paling ditakuti dan juga paling diincar oleh sniper-sniper yang lain.

Keberadaanya bagaikan bayangan yang tak bisa dideteksi. Dengan kecepatan yang menakjubkan dan tembakan yang nyaris tidak pernah meleset, dia menjadi monster menakutkan bagi pihak lawan. Sedangkan teman-teman satu timnya merasa senang. Dengan adanya Yunho disisi mereka....mereka merasa aman dan terlindungi.

Brakkk

"Hah...hah....hah...."

Deru nafas namja tampan itu berhembus keras, matanya terlihat memerah dengan keringat dingin yang mengucur deras di seluruh tubuhnya. Yunho mengusap wajahnya kasar. Tanganya tidak bisa berhenti bergetar.

Gluk gluk gluk

Yunho menenggak air dalam botol kemasan itu dengan rakus ketika kerongkonganya terasa kering kerontang. Mata musangnya melirik teman-temanya yang lain masih tertidur dengan nyaman di tempat tidur mereka masing-masing.

Satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang bahwa di balik wajah dinginya dan perangainya yang keras, Yunho menderita trauma yang cukup parah. Membunuh orang memang pekerjaan yang harus selalu dilakukanya tapi itu tidak lantas membuatnya tenang. Setiap malam dia selalu dihantui oleh wajah mantan korbanya yang meminta pertanggung jawaban.

Yunho mengambil kalung milik adiknya dan menggenggamnya erat....

.

.

bersambung....

.

Bubble's note

Hm....babeh akhirnya memutuskan untuk pergi...

THE SNIPER {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang