18. Investigasi

15.1K 3.2K 438
                                    

Kalian dijodohin sama Navy, mau?

Apa sama siapa nih?

Ketemu lagi sama Candy (eps ini Candy). Happy reading ❤

***

"... Kalian kayaknya dijodohin."

Satu detik. Dua detik. Tiga detik berlalu. Dan semua yang Candy lakukan adalah mengerjap. Perlu sekian detik bagi otaknya untuk memproses apa yang baru saja Caramel katakan. Kalimat itu begitu mengganjal, sulit untuk dicerna.

Nggak mungkin. Adalah tanggapan pertama otak Candy terhadap asumsi Caramel barusan. Tidak mungkin mereka dijodohkan. Begitu-begitu Yayah dan Bubun adalah orangtua yang modern juga anti nikah muda.

Ia lalu menyuarakannya. "Heh? Nggak mungkin lah! Emang ini cerita Wattpad yang suka dibaca Deera?"

Lagian dia masih kelas sepuluh SMA, baru enam belas, dan mereka hidup bukan di jamannya Siti Nurbaya, tetapi Siti Badriah. Candy percaya, kasus dijodohin itu cuma ada di cerita-cerita sinetron dan Wattpad.

"Yaudah kalo nggak percaya." Caramel mengendik. "Lo kan nanya, gue cuma jawab ngasih pendapat."

"Ya tapi pendapatnya jangan gitu juga dong?! Amit-amit banget!"

"Kenapa? Navy itu ganteng loh!"

Ganteng tapi kalo psikopat ya buat apa?! Candy mendengkus. Ia tidak senang dengan Caramel dan pikirannya yang suka random itu.

Dan, tahu bahwa Candy tidak akan percaya, tetapi akan terus merongrongnya karena gelisah, Caramel kembali buka suara. "Gini aja, kalau mau tahu, coba lo tanya Bubun, deh, Dek. Lo dijodohin apa enggak."

Masalahnya, tidak mungkin Candy muncul di depan Bubun lalu tahu-tahu bertanya seperti ini:

"Bun! Bun! Candy dijodohin ya, sama Navy?"

Tidak mungkin! Itu bisa memicu dua hal; pertama, hal itu sangat memalukan. Kedua, kesannya seolah ia terdengar senang atau bersemangat soal perjodohan itu. Padahal, membayangkannya saja sudah membuat Candy bergidik ngeri.

Tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan dugaan Caramel begitu saja. Semalaman bahkan Candy hampir tidak bisa tidur. Akhirnya, besok paginya saat sedang keramas di bawah shower, Candy mulai punya rencana.

Rencananya adalah melancarkan kode-kode rahasia dan petanyaan-pertanyaan ambigu demi membuat orangtuanya buka mulut. Target pertamanya adalah Bubun, yang sepagian itu, seperti biasa, sibuk membuat panekuk di atas wajan. Candy menghampirinya.

Awalnya, dia hanya pura-pura mengambil kotak susu dari lemari es untuk diminum. Kemudian, Candy berhenti, menatap Bubun dan wajan yang sekarang dituangkan adonan di atasnya. Tanpa menoleh, Bubun seketika bertanya.

"Apa? Mau minta duit lagi?" tembak Bubun langsung, membuat Candy sedikit gelagapan.

"E-enggak kok! Emang kapan aku suka minta-minta duit!" sahutnya. Kemudian, kepalang tanggung dengan obrolan yang sudah dimulai, Candy memberanikan diri bicara. "Bun, aneh banget deh temen Candy."

Bubun membalik adonan yang sudah kecokelatan dengan spatula, masih tanpa menatap Candy. "Kenapa?"

"Itu ... Si Selin. Masa masih SMA udah dijodohin mamanya! Ketinggalan jaman banget kan, Bun?"

"Ooh."

Senyum Candy yang tadinya dipalsukan seketika luruh. Ia merengut. Sudah capek-capek menyusun kalimat di otak sejak subuh, sudah capek-capek mengumpulkan keberanian dan melawan detak jantung yang menggila demi mendapat sebuah jawaban. Dan yang Bubun katakan hanya ... Ooh?

Cinderella Effect [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang