𝚃𝚑𝚎 𝙴𝚏𝚏𝚎𝚌𝚝 𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 #1
"Mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu."
Candy pikir, dia bisa menjadi Candyrella dan hidup bahagia bersama Pangeran crushnya. Sial, dia malah bertemu Navy yang kejamnya melebihi ibu tiri!
Navian Adraha, gitaris...
Dan chapter yang penting juga. Jadipelan-pelanaja, bacanya. Semogakamusuka, ya.
Sebelumbaca, absendulu yuk, warnakesukaannyaapa?
Kalauwarna yang cocokbuatjadisampul novel Cinderella Effect nantiapa, ya?
Happy reading~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini adalah toko keempat yang mereka kunjungi sejak lebih dari satu jam yang lalu. Navy menariknya menuju toko arloji, dimana di sana dipajang berbagai jam tangan branded lokal maupun luar yang tampak lengkap. Pilihannya bagus-bagus sampai Candy saja naksir, harganya juga variatif, terjangkau untuk kantong anak SMA seperti mereka. Candy pikir, seharusnya perburuan kado mereka bisa berakhir di sini. Kakinya sudah lelah berjalan ke sana kemari sejak tadi.
"Nav! Yang ini bagus, deh!" ujarnya, menunjuk jam tangan kulit berwarna keseluruhan hitam.
Navy menggeleng. "Terlalu keren buat Papi," tepisnya.
"Kalau ini?" Candy sekarang menunjuk yang berwarna emas dari jarum hingga rantai-rantainya, dengan susunan angka romawi sebagai penunjuk jam analog tersebut.
Navy kembali mennggeleng. "Nanti silau kayak kepala Papi."
Candy seketika ingat rambut botak Om Dicky dan merasa ingin menggeplak kepala Navy karena komentar asal yang dia berikan untuk ayah sendiri. Sayangnya, Navy terlalu tinggi untuk tangannya capai.
"Ini?"
"Ini?"
"Ini?"
Candy terus memberi masukan, menunjuk berbagai merk, berbagai model, berbagai warna. Sang pelayan toko juga turut membantu. Berdua, mereka menunjuk berbagai jam tangan dari Sabang sampai Merauke, namun belum ada yang berhasil membuat Navy menganggukkan kepala alih-alih menggeleng seperti yang selama ini dia lakukan. Diam-diam, Candy mulai curiga ada semacam per yang terpasang dileher Navy yang membuatnya otomatis menggeleng, seperti mainan-mainan di dasbor mobil.
"Gimana, sih? Dari tadi enggak terus!"
Akhirnya, Candy menyerah. Dia tidak tahan lagi. Sekali lagi Navy mengatakan tidak, ia akan kabur sekarang juga.
Namun Navy tidak menggeleng maupun mengangguk, ia hanya menatap Candy, lantas bertanya. "Capek? Mau makan dulu? Ngopi? Es krim?"
Masalahnya, Candy sudah menghabiskan cone besar es krim vanila dan Caramel Java Chip ukuran grande. Cowok itu selalu mengajaknya minum atau makan. Ia jadi mempertanyakan, tujuan Navy mengajaknya ke sini untuk mencari kado atau untuk membuat Candy kembung, sih?