Hayooo yang nungguin, ada?
Semangatin Candy dong dengan komen yang banyak 🤹♀️🤹♀️🤹♀️
Happy reading~
***
Saatnya ku berkata, mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua, kuyakin inilah waktunya
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi...
Dan mungkin bila nanti, kita─
Musik menyentak naik. Bas, gitar dan piano berpadu. Lalu, ketukan drum masuk dan suasana seketika menjadi kacau.
"OI, DONO! Lo gebuk drumnya telat!" Navy berseru dan permainan dihentikan.
Nino, yang bersalah, menyengir pada Navy. Tetapi tidak lama, karena keinginannya untuk mengumpat pada cowok itu lebih besar. Nino melempar tongkat drum pada Navy karena memanggilnya Dono, yang jelas, bukan namanya, bukan bagian dari Elnino Adar Putra.
Sore itu mereka latihan lagi, seperti biasa, menjadikan ruang ekskul musik sebagai rumah kedua. Nino berada di belakang drum, Aksal di kibor, Langit di bas, dan Pandawa yang seharusnya berada di depan mikrofon sekali ini absen dari posisinya. Cowok itu memilih duduk di sofa di sudut ruangan, menekuri kertas-kertas berisi lagu yang sedang ia buat dan Navy menggantikannya. Cowok itu memiliki satu penampilan sebagai vokalis Minggu nanti untuk penampilan kafe mereka. Pandawa absen, dia harus membantu ayahnya mengurus toko mebel.
"Yang bener dong, No! Udah tiga kali nih!" Langit ikut-ikutan protes. Ia meraih susu kental manis sachet yang ujungnya telah digunting dari atas meja dan kembali menyesapnya. "Abis ini gue mau main futsal bentar."
"Futsal mulu lo Lang," balas Nino. "Ikut gue aja, gue kenalin cewek cakep, mau? Namanya Katya."
Namun, belum Langit menerima ataupun menolak tawaran itu, Navy telah menyambar seperti kereta api. "Cewek mana lagi, ha, Eldono Adar Putra?! Cewek terus yang diurus!"
Nino membuang napas enteng. "Kalian, para jomlo-jomlo yang nggak pernah pacaran nggak ngerti seninya sih."
"Udah sih, jangan ribut," tegur Aksal.
Tetapi seperti angin lalu, tidak ada yang mengindahkannya. Navy kembali tersulut. "Daripada elu, pacaran terus. Gue gundulin anu lo, mampus!" serunya sembari menunjuk-nunjuk Nino.
"Nafsu amat lo Nav ama gue." Nino berdiri lalu membuka kancing celananya. "Sini gundulin sini!"
"NINO, JIJIK!!!"
Navy melempar balik stick drum pada sang pemilik, Langit tersedak susu kental manis, Aksal diam, dan Pandawa ... lebih diam lagi. Dia seolah tidak mendengar seluruh keributan ini.
Candaan mereka terdistraksi ketika sudut mata Nino menangkap bayangan seseorang mengintip di jendela, yang segera berlalu menghindar begitu menyadari kehadirannya diketahui. Seseorang dengan rambut panjang. Perempuan.
"Siapa tuh?" tanya Nino, yang menarik perhatian semua orang di ruangan. Ya, terkecuali Pandawa. Cowok itu masih sibuk mengerutkan kening dan memetik gitar sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Effect [Completed]
Teen Fiction𝚃𝚑𝚎 𝙴𝚏𝚏𝚎𝚌𝚝 𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 #1 "Mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu." Candy pikir, dia bisa menjadi Candyrella dan hidup bahagia bersama Pangeran crushnya. Sial, dia malah bertemu Navy yang kejamnya melebihi ibu tiri! Navian Adraha, gitaris...