20. Masih Sebuah Rencana

456 52 8
                                    


"Bagaimana dengan rencanamu selanjutnya?" tanya Arman memastikan.

Ervan tahu makna 'rencana' yang Arman maksud. Bisakah tidak usah terburu-buru. Ervan bahkan belum sempat memikirkannya. Lalu, Bagaimana bisa ia melakukan itu, setelah amanat yang diembankan padanya untuk menjaga dan memperlakukan Trisha dengan baik.

"Van?"

"Aku belum sempat memikirkan itu, akhir-akhir ini kafe rame."

"Urusan kafe bukan kepentingan utamamu! Fokuslah pada rencanamu," tegas Arman menatap tajam ke arah Ervan.

Ervan tak gentar, ia bahkan membalas tatapan Arman tak kalah tajam. "Mana janji Kakak buat menemukan kak Kinan? Bahkan sampai sekarang, Kakak belum menemukan petunjuk apa-apa?"

"Kinan pasti ketemu, lakukan saja bagianmu." Arman merendahkan nada bicaranya.

Ervan tersenyum sinis.

"Jangan bilang kamu suka sama gadis itu," tebak Arman. "Jangan menggunakan kakakmu untuk mengalihkan situasi. Aku tahu kalian sedang mesra-mesranya, kan, hum?" Arman menyeringai.

Senyum sinis Ervan pudar berganti tatapan maut.

"Ingat! Semua ini tak lebih hanya sebuah pertunjukan," ucap Arman sambil menuangkan minuman haram ke dalam gelasnya. "Kamu adalah pemeran utama dalam pertunjukan ini. Layaknya sebuah pertunjukan, semua akan berakhir kalau sudah waktunya. Jadi, jangan terlalu terbawa perasaan, tetaplah fokus pada tujuan. Ya, walau aku tahu kamu menikmati semua ini. Kamu menikmati peranmu sebagai tokoh utama." Arman terkekeh. "Adik bajingan itu memang cantik, nggak heran kalau kamu tertarik sama dia. Tapi yang perlu kamu ingat adalah, kakaknya adalah penghancur hidup kakakmu!" Arman meneguk minumannya hingga tandas.

Ervan terus menatap nyalang dalam setiap gerakan Arman bersama keresahannya.

"Gini aja, ajak gadis itu liburan, menginap di hotel. Bilang aja untuk merayakan hari jadian kalian. Setelah itu kamu tahu harus ngapain, kan?"

Sepasang mata jelaga milik Ervan menyorot tajam ke arah Arman. Pria itu hanya diam dengan tatapan menusuk.

"Kamu juga yang diuntungkan di sini, bukankah itu yang diinginkan semua pria?" Arman membalas tatapan Ervan. "Jangan pakai perasaanmu untuk melindungi gadis itu. Jangan pernah hianati  Kinan!"

***

Yours Cafe sore ini sedikit ramai. Dua remaja putri baru saja meninggalkan meja mereka lalu berjalan ke arah kasir. Ervan melayani pembayaran dua remaja itu. Keduanya berbisik malu-malu.

"Terima kasih," ucap Ervan sambil mengulur uang kembalian.

Dua remaja berhijab itu seperti belum mau beranjak dari hadapan Ervan.

"Eem ... Mas, boleh minta foto nggak?" tanya salah satu dari mereka ragu-ragu.

Zaki menoleh heran, tak habis pikir. "Ck! Udah kayak artis aja dimintain foto," gumamnya.

"Foto?" Ervan mengeryit.

"Boleh ya, Mas?"

"Ya udah, boleh."

Dua remaja itu tampak bersorak, antusias menyentuh kamera ponsel mereka, lalu berpose. Ervan berdiri di meja kasirnya menatap ke arah kamera ponsel dari salah satu remaja di depannya. Ucapan terima kasih kemudian terlontar setelah dua-tiga jepretan mereka dapat. Akhirnya dua remaja putri itu undur diri.

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang