12 || 5 Second

667 70 6
                                    

Masih lengkap dengan seragam sekolahnya, Jisoo mengambil langkah lebar, terus berjalan menyusuri koridor kantor bernuansa cokelat.

Matanya sesekali menunduk, memeriksa layar ponselnya.

"Kenapa kamu kesini?"

Langkahnya terhenti, kemudian mendongak. "Kak, ada sesuatu yang harus aku bahas secepatnya."

Jisoo menarik lengan pria yang baru saja menegurnya secara paksa, ia tahu kakak laki-lakinya itu tidak akan mau ikut bersamanya sebelum dia memberitahu tujuannya.

Tapi jika ia memberitahu didalam kantor, itu akan menjadi cukup beresiko untuk rencananya.

"Kamu ini kenapa? tiba-tiba datang ke kantor jam segini? kamu gak sekolah?" Myungsoo bertanya, tepat ketika mereka berhenti di pemberhentian halte bus yang masih kosong.

"Kak, itu gak penting. Ada yang lebih penting dari itu."

"Apa? Apa yang lebih penting daripada pendidikan kamu?" Lelaki itu bertanya jengah.

"Kakak harus hentiin proses penelitian Erom Chip."

Myungsoo melotot, menatap gadis disampingnya cukup terkejut. seingatnya Jisoo lah yang selalu bersemangat saat membahas pembuatan kembali Erom Chip.

Gadis itu selalu membanggakan Erom Chip daripada produk buatan perusahaan yang lain yang berhasil diakui dunia. Dia bahkan sempat mengatakan kalau dia ingin menjadi orang pertama yang mencobanya setelah Chip itu selesai.

Setidaknya selama setahun terakhir. Adiknya selalu seperti itu.

"Kenapa tiba-tiba? Kamu 'kan tau itu bakal dipublikasi beberapa hari lagi."

Jisoo merogoh isi tas-nya, mencari flashdisk dengan gantungan berbentuk bintang miliknya.

Flashdisk yang sempat berada ditangan Irene beberapa saat lalu.

"Ini, Kakak harus cek ini." Jisoo menyodorkan benda berbentuk persegi panjang itu pada Myungsoo.

"Apa ini?"

"Bukti supaya kakak mau hentiin pembuatan ulang Erom Chip."

Myungsoo mengernyit. selang beberapa menit kemudian dia menghela panjang. 

Dia paham satu hal, gantungan berbentuk bintang itu, itu gantungan milik bundanya. Dia rasa Jisoo sudah mengetahui hal yang selama ini dia sembunyikan.

Bukan bermaksud menyembunyikan kebenaran, Myungsoo hanya tidak ingin Jisoo ikut memikirkan hal rumit dikeluarganya, adiknya itu harus fokus pada pelajaranya, dia harus bermain di usianya, dia tidak ingin Jisoo menjadi sepertinya.

Terlihat seperti boneka kesayangan padahal akan dibuang jika ada cacat sedikit saja.

"Soo, biarpun kakak punya bukti, kakak gak punya hak buat hentiin pembuatan Chip ini, itu kehendak Kakek."

"Kakak bisa! Kak Myungsoo belum nyoba, jangan nyerah dulu! aku bakal urus hal lainnya," ujar Jisoo, meyakinkan lelaki itu.

"Hal lain?"

Jisoo mengangguk sekali, "Cheon Seojin sama Shin Sekyung."

Menghela napas, Myungsoo menghadapkan tubuhnya kearah Jisoo. Tangannya ia ulurkan, menggengaam jemari gadis itu.

"Soo, kamu harus nyerah, Kakak gak mau kamu jadi mainan kakek selanjutnya. Jadi anggota Blackvelvet udah cukup, jangan terlibat terlalu banyak di Perusahaan ini."

"Aku baru aja mulai kak! aku gak mungkin nyerah sekarang, Ini juga untuk Bunda."

Myungsoo diam, masih mendengarkan.

The Secret Of BLACKVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang