05 || Grandfather

2.7K 237 16
                                    

Prangg!

Suara gelas kaca yang berbenturan dengan dinding itu membuat seisi ruangan menunduk.

Suasana dingin didalam sana sangat mencekam, menusuk tulang saking sejuknya suhu dimalam yang gelap itu.

Sang pelaku menghela berat, tampak jelas dia sedang tidak puas dengan sesuatu.

"Jika cara bekerja kalian seperti ini, Lynxgroup hanya tinggal nama!"

Pria tua itu nyaris berteriak, tak ada satupun rencana bisnis-nya yang berjalan lancar tahun ini.

Mulai dari mobil tanpa supir yang tidak lolos uji coba, beberapa kali karyawan-nya melakukan kesalahan fatal, sampai ke EROM CHIP yang masih belum selesai tahap penelitian.

"Kalian dibuat untuk menjadi pondasi yang kuat, bukan jadi batu hambatan!"

Tidak ada yang berani mengangkat kepala dan mengatakan kalau mereka sedang berusaha keras.

"Lalu kalian...," dia berjalan ke-tengah ruangan, mendekati sekumpulan anak lelaki yang juga masih menunduk dengan rasa takut.

"Kemana perginya otak cemerlang kalian? IQ kalian sudah menurun?! Kakek harus menunggu berapa lama lagi untuk mewujudkan chip penting itu?!"

"Tidak becus!" umpatnya.

"Dan yang paling parah kamu, Myungsoo!" Dia menghardik pada lelaki yang berdiri diujung ruangan, tak jauh berbeda dengan adik-adiknya yang juga masih menunduk.

Jika diibaratkan seperti era Goryeo. Mungkin Pria itu cocok menjadi Raja Gwangjong, pria kejam yang hanya fokus pada kekuasaan.

"Hanya menangani 2 perusahaan saja tidak bisa! Lalu untuk apa kakek membuat tim seperti kalian?!"

"Kek~"

"Apa?! Mau membantah?!"

Irene kembali menutup rapat bibirnya mendengar tuduhan sang kakek, padahal dia hanya berniat untuk memberitahu sedikit tentang rencana mereka.

"Kakek tidak ingin banyak bicara, jika dalam 2 bulan kedepan masalah ini gak ada yang beres, kalian semua kakek kirim ke Italia. Tanpa uang. Tanpa jabatan."

Pria itu memekik kesal, lalu melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan sekretarisnya yang masih berdiri mematung didalam sana.

"Ini. mungkin kalian butuh ini." Hwang In Yeop, sekretaris yang sudah menjabat selama 10 tahun itu menyodorkan amplop cokelat pada Myungsoo.

"Hwang biseo! Cepat!" teriak Kakek dari luar, nada suaranya masih menunjukkan dia sangat marah.

"Kalau begitu saya pergi dulu." In Yeop menyusul sang kakek dengan tergesa. Takut kemarahan pria tua itu semakin meningkat karena dirinya.

"Terimakasih, In Yeop oppa!" Rose mengerling, tersenyum lebar kala lelaki berusia 30 tahun itu menoleh padanya.

"Ahjussi Kak!" tegur Jeno saat sekretaris kakek tadi sudah keluar.

"Sirik aja nih bocil," cetus Rose.

Jeno merotasikan bola matanya, tak lagi membuka suara.

Joy menghela, "Kalian dibuat untuk menjadi pondasi yang kuat, bukan jadi batu hambatan," sindirnya kesal, mengikuti gimik kakeknya.

"Kemana perginya otak cemerlang kalian? IQ kalian sudah menurun?! Kakek harus menunggu berapa lama lagi untuk mewujudkan chip penting itu?!" sahut Haechan dengan gimik yang sama persis seperti Joy.

"Dia pikir buat teknologi termaju semudah membalikkan telapak tangan?" sambungnya sebal.

Seulgi tertawa, "Kalian bakal mati muda kalo Kakek ngeliat ekspresi barusan."

The Secret Of BLACKVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang