Cerita 2

20 4 0
                                    

Arumi dan Mark masih mengelilingi toko buku, sudah hampir 20 menit namun Arumi masih asik melihat-lihat novel kesukaannya. Mark berhenti sebentar dan melihat ponselnya yang bergetar, seseorang berbicara dengan nada panik disebrang sana membuat Mark juga ikut panik dan mengumpat. Ia menghampiri Arumi yang sedang mencari satu novel lagi.

"Rum, lo balik sama Jeno dulu ya gue ada urusan".

"Loh Mark tiba-tiba banget?". Tanya Arumi yang dibalas anggukan oleh Mark

"Lo telfon Jeno minta jemput, gue pergi dulu. Sorry".

Belum sempat Arumi membalasnya, Mark sudah lebih dulu berlari menuju keluar toko. Seperti biasa, urusan mendadak yang tidak pernah Arumi tau sampai saat ini. Walaupun sudah banyak kata "nanti gue ceritain", Arumi pikir itu hanya kata penenang saja untuknya.

Arumi menelfon Jeno yang ternyata masih berada di area sekolah dan langsung meminta jemput. Gadis itu akhirnya pergi kekasir dan menunggu Jeno diluar toko.

Tak lama seorang laki-laki datang dengan motor sport hitamnya, ia membuka helmnya dan menatap Arumi yang sedikit kesal.

"Lagi?".

"Udah ayok pulang, ngomelnya dirumah aja".

Mereka berduapun akhirnya pulang kerumah, sementara itu Mark masih berlari menyusuri lorong rumah sakit, iapun melihat sang kakak yang sedang berdiri didepan ruang ICU.

"Bunda kenapa?". Tanya Mark dengan nafas tersengal

"Drop lagi". Ucap laki-laki tinggi

"Kenapa bisa?".

Lelaki itu memberikan sebuah berkas dan mulai mengumpat, Mark pergi tanpa berpamitan dengan sang kakak. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dan berhenti disebuah gedung tinggi lalu memasukinya. Ia tidak peduli dengan beberapa oramg yang menyapanya.

Mark membuka pintu yang bertuliskan direktur utama dengan sangat keras, membuat seseorsng disana terkejut dan membuka kacamatanya. Mark menghampiri lelaki tersebut dan melempar sebuah berkas.

"Maksutnya apa ini?".

"Kamu sudah baca nak?".

"Gausah basa-basi!".

Lelaki itu menghampiri Mark, "saya dan bundamu sudah sepakat untuk berpisah, tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari keluarga ini".

Mark menarik kerah baju lelaki paruh baya itu, ia menatap dengan tatapan kebencian.

"Saya tidak peduli dengan keluarga ini karna sejak awalpun keluarga ini sudah hancur, tapi ingat jika sesuatu terjadi pada bunda saya tidak segan-segan akan membunuh anda". Ucap Mark lalu melepaskannya

Ia merobek kertas yang tadi ia lemparkan tepat didepan sang ayah, dan pergi berlalu begitu saja untuk kembali kerumah sakit.

Sedangkan Arumi, masih menunggu kabar dari sang kekasih yang sudah hampir 4 jam sama sekali tidak mengabarinya.

Tok.. tok.. tok..

"Kenapa?".

"Makan dulu kata mamah". Ucap Jeno

"Gausah cemberut gitu, gue yakin Mark pasti ngabarin".

"Udah 4 jam bang, dia belum nelfon gue".

"Yeu, emang dasarnya bucin ya lo".

"Ish lo mah tidak membantu, emang di grup lo dia gangasih tau kemana gitu?".

Jeno menggeleng, membuat Arumi kembali cemberut. Walaupun sebenarnya ia tau apa yang terjadi pada Mark, dan alasan Mark meninggalkan Arumi di toko buku tadi. Hanya saja Mark memohon pada Jeno agar tidak menceritakannya pada Arumi.

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang