Cerita 31

9 0 0
                                    

Kaisha mengatur nafasnya yang tersengal, selama perjalanan menuju cafe dirinya menangis. Membuat matanya semakin bengkak.

"Mba maaf, kita sudah sampai".

"Pak, saya boleh nunggu dulu 5 menit?".

"Oh boleh mba".

Gadis itu kembali menghapus airmatanya lalu mencoba bersikap biasa saja, setelahnya ia membayar taksi itu dengan bayaran lebih lalu memasuki cafe. Sebenarnya cafe tidak terlalu ramai hari ini, itu hanya alasan Kaisha karna terkejut Mark yang tiba-tiba memanggilnya "Rumi".

"Ko lo gangasih tau mau kesini?". Tanya Bagas yang langsung menghampiri Kaisha

"Hehe kan biar kejutan".

"Dasar, gimana kabarnya? Sombong banget gapernah ke cafe".

"Gue baik Gas, iyah maaf ya gue sibuk ngurus rumah".

"Iyah gapapa, lo udah makan? Mau gue bikinin makanan ga?". Tanya Bagas yang dibalas gelengan oleh Kaisha

Tiba-tiba, airmatanya keluar begitu saja membuat Bagas sedikit terkejut dan bertanya pada Kaisha namun dirinya hanya menggeleng dan menjawab tidak apa-apa.

"Kalo ada apa-apa jangan dipendem, cerita sama gue".

Kaisha masih terdiam dengan bahu yang bergetar, membuat Bagas mengelus lembut pundaknya.

"Jangan sungkan cerita sama gue Kai, lo udah gue anggep adik gue sendiri. Gue bakal bantu sebisa gue".

Kaisha mengusap airmatanya dengan kasar lalu menoleh dengan senyuman.

"Gue gapapa ko Gas, hehe lagi sensitif aja kali perasaan gue".

"Jangan pendem lagi sendirian, lo bisa cerita sama gue kalo emang lagi ada masalah".

"Hehe iyah makasih ya Gas, yaudah deh gue balik dulu kasian kerja lo jadi keganggu".

"Santai aja sih".

"Nanti gaji lo dipotong lagi haha, gue pamit ya".

Bagas mengangguk lalu mengantar Kaisha sampai ia menaiki bus. Setelah 15 menit, Kaisha turun di rumah sakit jiwa tempat ibunya dirawat. Ia memasuki rumah sakit itu dan menyusuri setiap lorong.

"Siang mba".

"Eh siang sus, mamah di balkon?". Tanya Kaisha yang dibalas anggukan oleh sang suster

Kaisha menemui sang mamah membuat wanita paruh baya itu menoleh dan tersenyum.

"Eh anak kesayangan mamah dateng".

Kaisha hanya tersenyum, "mamah udah makan?".

"Sudah nak, kamu ko jam segini kesini? Emang ga kuliah?".

"Hari ini cuma ada satu mata kuliah aja mah, jadi Keisha bisa kesini".

Wanita paruh baya itu hanya tersenyum, lalu kembali melihat kearah depan.

"Mah, mamah gamau nanya keadaan Kaisha?". Tanya gadis itu yang langsung membuat wanita paruh baya itu berbalik

"Ngapain mamah harus nanyain anak pembawa sial itu?".

Kaisha memejamkan matanya sejenak menahan airmatanya agar tidak keluar lagi.

"Kamu di apain lagi sama dia? Bilang sama mamah, biar mamah yang bales perbuatan jahat dia sama kamu".

"Engga mah, Kaisha baik ko sama Kei mamah gausah khawatir".

"Alah, palingan juga dia ada maunya. Kamu gausah dekat-dekat sama dia".

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang