Cerita 12

6 2 0
                                    

Hari minggu, hari dimana Arumi bermalas-malasan. Sejak kemarein malam datang kerumah, gadis itu enggan keluar kamar membuat orang rumah sedikit aneh melihatnya.

Jeno masih setia mengetuk pintu kamar Arumi untuk menyuruhnya sarapan, namun gadis itu enggan untuk membukanya. Mebuat Jeno pasrah dan kembali ke meja makan.

Arumi masih memikirkan perkataan Sara kemarin, dimana sang papah berselingkuh dengan mamah Sara sehingga kedua orangtua dia cerai. Namun, ia sama sekali belim mempunyai bukti manalagi tidak mungkin samg papah bermain belakang dari mamahnya.

Gadis itu pergi kekamar mandi dan mulai turun kebawah untuk sarapan. Ia sama sekali tidak melihat batang hidung papahnya, walau harusnya hari ini sang papah pulang dari Bandung.

"Akhirnya turun juga". Ucap Jeno yang sama sekali tidak digubris oleh Arumi

"Mah, papah mana?".

"Masih di Bandung sayang, adek kangen papah?".

"Engga, cuma nanya aja mah".

Sari menggeleng, "yaudah nih sarapan dulu".

"Rumi sarapan di taman belakang ya mah".

Jeno yang melihat sang adik ketaman belakang, hendak mengikutinya dan duduk tepat disebelah Arumi.

"Lo lagi ada masalah sama Mark?". Tanya Mark yang benar-benar tidak digubris oleh Arumi

"Jawab kalo ditanya tuh".

"Kenapa emang?".

"Mark kemaren uring-uringan di grup, nelfonin gue terus nanyain lo".

"Udah biarin aja bang".

"Hadeuh dasar anak muda, kenapa lagi sih?".

"Gapapa".

"Yaudah gue tanya Mark aja".

"Jangan ih, udah gausah kepo".

"Gimana gue gakepo, Mark tuh malesin kalo uring-uringan gue berasa di teror tau".

"Hahaha derita lo lah, lo kan abang gue jadi wajarndia neror lo".

Jeno mendengus dengan kesal, adiknya ini sedikit keras kepala membuat dirinya mau tak mau harus siap diteror terus menerus oleh Mark.

"Adek, ada Mark didepan". Ucap Sari yang tiba-tiba datang kehalaman belakang

Arumi masih enggan untuk menghampiri Mark.

"Udah sana samperin, siapa tau Mark mau jelasin sesuatu sama lo".

"Males ketemu Mark".

"Jangan kaya anak kecil".

Akhirnya Arumi pergi keruang tamu, sudah tampak Mark dengan wajahnya yang sedikit lesu. Jujur, Arumi tidak tega melihat Mark seperti ini namun ia masih termakan kekesalannya tempo hari.

"Ngapain kesini?". Tanya Arumi ketus

"Rum, maaf".

Gadis itu terdiam.

"Maafin gue, karna bikin lo tersinggung".

Arumi menghembuskan nafasnya dengan kasar, menoleh ke arah Mark yang sudah memohon agar dimaafkan.

"Mark, akukan bilang dari awal kalo kamu risih aku ikut gapapa kamu bilang aja biar nanti aku pulang lagi".

Mark yang terdiam kini, ia tidak bisa berkata apapun. Ia baru menyadari bahwa sikapnya membuat Arumi tersinggung, terlebih ia membela Sara didepan kekasihnya sendiri.

"Kemarin gue emosi, gue tau Sara gapernah bohong anaknya. Makanya gue marah sama lo".

Arumi tersenyum, bagaimanapun penjelasan Arumi akan sia-sia kan? Makadari itu Arumi hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Mark.

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang