Cerita 4

9 3 0
                                    

Hari ini Arumi mengantar sang mamah kerumah sakit untuk check up, gadis itu masih setia menunggu kabar dari Mark terhitung sudah 5 hari lelakinya itu tidak memberinya kabar. Entah urusan apa yang Mark lakukan.

"Adek tunggu sini ya, mamah masuk dulu".

"Iyah".

Arumi memilih untuk menelfon Mark, masa bodo dengan urusan yang membuat Mark terganggu. Namun saat menunggu jawaban, seseorang berlari menghampiri dokter yang sedang ada di meja rsepsionis, Arumi tahu betul siapa lelaki itu.

Mark? Ngapain dia disini?

Arumi diam-diam mengikuti Mark menuju sebuah ruangan, Mark terlihat kacau sekali. Tidak pernah Arumi melihat Mark sekacau ini, gadis itupun menghampiri Mark tanpa peduli ia akan marah atau berkata yang menyakitkan.

"Mark?". Ucap Arumi membuat Mark menoleh

"Rumi? Ngapain disini".

"Yang harusnya nanya itu aku, kamu kemana 5 hari gaada kabar?".

"Rum, sorry, gue.."

"Sodara Markvin?". Ucap dokter yang tiba-tiba keluar dari ruang inap sang bunda

Mark dan Arumi menoleh kearah dokter yang sudah sedikit menundukan kepalanya.

"Saya minta maaf, ibu Reni tidak bisa diselamatkan. Kanker yang sudah menyebar dan kondisi ibu Reni yang sangat menurun memicu kembali kanker tersebut untuk terus aktif. Saya harap kamu ikhlas dan tabah, saya permisi dulu".

Pertahanan Mark runtuh, ia tidak menangis hanya terduduk lemas didepan pintu ruang inap. Sedangkan Arumi sudah memeluk Mark dengan erat.

"Mark, maaf aku gatau. Mark yang sabar ya".

"Kenapa Rum, kenapa harus bunda yang pergi? KENAPA ANJING!". Ucap Mark sedikit teriak

Arumi terus memeluk Mark dan berusaha membuatnya tenang, ia tau dunianya runtuh seketika saat sang bunda dinyatakan meninggal karna penyakit kanker yang sudah hampir 4 tahun ia derita. Tidak ada yang mengetahui bagaimana keluarga Mark kecuali teman terdekatnya saja.

Bahkan, Arumipun tidak pernah menyangka bahwa ibunda Mark sakit keras selama ini. Dan Arumi selalu saja egois untuk perasaannya.

Tak lama Johnny datang dengan muka yang panik, ia melihat tubuh sang bunda sudah ditutupi kain dan siap untuk dimakamkan.

"Mark, tenang ya ada aku disini".

"Rum, bahkan gue belum bisa banggain bunda, belum minta maaf karna selalu bikin masalah disekolah". Ucap Mark menahan tangisnya

Arumi masih memeluknya erat, dan mengusap punggungnya.

"Bahkan gue belum sempet ajak bunda makan ditempat favorit kita, kenapa bunda pergi cepet banget Rumi". Ucap Mark dengan tangis yang pecah begitu saja

Suasana pagi ini di rumah sakit terasa sangat haru dan menyakitkan, seorang Markvin yang terkenal sangar dan selalu mencari masalah benar-benar terlihat rapuh dimata Arumi. Laki-laki yang selalu memendam apapun yang ia rasakan, tanpa mau berbagi dengan oranglain.

"Mark, bunda pasti bangga sama kamu, bangga karna udah lahirin anak laki-laki sehebat kamu. Bunda gakan pernah marah apalagi kecewa kalo kamu bikin masalah, bunda akan selalu bangga sama kamu Markvin". Ucap Arumi memeluk kembali kekasihnya itu

"Rumi, jangan pernah tinggalin gue. G-gue sayang banget sama lo".

"Iyah Mark, aku gakan pernah ninggalin kamu. Aku bakal terus nemenin kamu".

12.00

Pemakaman ibunda Mark berjalan lancar, Mark masih terdiam di depan batu nisan bertuliskan Reni Atikah binti Dodi Kusuma. Ia tidak menangis hanya beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang