Cerita 30

11 1 0
                                    

Entah mengapa, menjatuhkan hatinya kembali pada gadis yang sedang ada dipelukannya ini bukan hal yang salah. Kaisha bisa mengobati rasa sakit yang bersarang didalam hati Mark.

Semua yang dilakukan Kaisha itu tulus, tanpa ada keterpaksaan apapun atau imbalan apapun. Mungkin ini memang sudah rencana Tuhan, karna Mark bisa saja kehilangan Arumi gadis yang berhasil membuat Mark dan hidupnya menjadi lebih baik. Namun Tuhan menggantinya dengan kehadiran Kaisha yang begitu sederhana dan tulus dalam segala hal.

Sudah seharusnya Mark bersyukur bukan? Tentang rasa yang sudah Tuhan kasih, tentang rasa yang sudah Mark lewati, dan tentang rasa yang sudah berhasil membuat seorang Markvin Wardana tersadar, bahwa masih ada seseorang yang mencintainya begitu tulus.

Tepat 6 bulan lalu, Mark menjadikan Kaisha sebagai pelabuhan terakhirnya. Sahabat juga keluarga sangat senang ketika tau bahwa Kaishalah yang akhirnya dipilih oleh Mark. Pernikahan yang sedikit meriah itu dihadiri beberapa kolega, sahabat juga Arumi dan Renjun.

Mark dan Arumi yang sama-sama menyimpan semua rasa dari masa lalunya hanya bisa saling mengucap kata selamat. Arumi yang ikut bahagia melihat lelakinya tersenyum manis dalam balutan tuxedo hitam membuat hati gadis itu sedikit menghangat. Namun, itu tidak akan ada artinya karna kisah mereka sudah berakhir saat 6 tahun lalu.

Saling melupakan, saling mengikhlaskan adalah jalan terbaik untuk Arumi dan juga Mark yang masih sama-sama menyimpan sebuah perasaan yang mungkin saja tidak akan pernah hilang.

Seseorang menepuk pundaknya, membuat Mark menoleh dan tersenyum.

"Kenapa ngelamun?".

"Hah? Gapapa ko".

"Yuk makan, aku udah masak".

Markpun pergi menuju meja makan untuk makan malam bersama Kaisha yang sudah menyiapkan semuanya.

"Mark". Panggil Kaisha dengan muka yang sedikit ditekuk

"Hey, what's wrong?".

"Maaf, hasilnya masih negatif".

Mark tersenyum lalu mengelus lembut kepala Kaisha, membuat gadis itu semakin merasa bersalah.

"Jangan sedih ya, mungkin Tuhan belum ngasih kita kepercayaan. Sabar ya sayang".

Kaisha tersenyum, sebenarnya ia tidak ingin memberitahu hal ini pada Mark ia hanya takut Mark kecewa padanya. Karna sudah 6 bulan menikah namun mereka belum juga mendapat momongan.

"Makan dulu Kai, udah gausah dipikirin ya. Aku gapapa ko kalo emang kamu belum isi".

"Maaf ya aku ngecewain kamu lagi". Ucap Kaisha yang sudah menahan air matanya

"Hey, ko ngomongnya gitu? Aku gapernah kecewa sama kamu, udah ya gausah dipikirin". Balas Mark sambil mengusap airmata Kaisha yang keluar begitu saja

Malam ini, Mark dan Kaisha harus bisa saling menguatkan walaupun nyatanya Mark agak sedikit kecewa karna Kaisha masih juga belum hamil.

16.00

Mark menghampiri Johnny dikantornya, ia melihat kakaknya yang sedang berkutat dengan beberapa berkas disana.

"Bang".

"Kenapa?".

"Lagi sibuk ga?".

Johnny menoleh ke arah Mark dan menyimpan beberapa berkas keuangan bulanan cafenya.

"Lo mau cerita?". Tanya Johnny yang dibalas anggukan oleh Mark

"Kaisha, belum isi juga".

"Ya lo sabar dong, belum rezeki lo dari Tuhan".

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang