Cerita 22

3 1 0
                                    

Mark sudah menunggu Arumi sejak 20 menit yang lalu, ia tidak ingin terlambat dan membuat gadisnya itu menunggu. Tak lama suara lonceng cafe berbunyi, memperlihatkan seoramg gadis dengan pakaian yang terlihat formal namun anggun. Mark menoleh dan tersenyum lebar.

Lo selalu cantik Arumi. Batin Mark

"Hay". Sapa Arumi membuat Mark berdiri dan menghampiri Arumi

Lelaki itu langsung memeluk Arumi dengan erat.

"Rumi, gue kangen banget sama lo. Oh god! Gue berasa mimpi bisa ketemu lo. Rum, banyak hal yang pengen banget gue ceritain". Ucap Mark melepas pelukannya dan mengajak dirinya duduk

"Rumi, gue sekarang pegang perusahaan ayah. Bang Jo juga udah buka cafe baru loh di luar kota, dan lo tau ga? Sekarang gue dan Sara itu sodara tiri karna ayah nikah sama mamahnya dia. Banyak banget hal yang pengen gue ceritain sama lo".

"Mark.."

"Rumi, nanti kita kerumah ya ketemu ayah sama mamah. Gue mau ngenalin sama keluarga besar kalo calon istri gue udah balik kesini".

"Mark, maaf".

Lelaki itu mengernyit bingung, sedangkan Arumi mengeluarkan sebuah undangan dan memberikannya kepada Mark. Sontak membuat Mark mematung ditempatnya.

"Dateng ya, minggu depan". Ucap Arumi dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan

"Rumi.."

"Maaf Mark".

"Seriously? Gue nunggu lo selama 6 tahun Rumi! 6 tahun! Dan lo dateng ngasih undangan pernikahan? Oh God! You fucking crazy!". Racau Mark sambil menjambak rambutnya

"Mark, aku bener-bener minta maaf. Ada beberapa alesan yang gabisa aku ceritain sama kamu".

"6 tahun gue nunggu kabar lo, 6 tahun gue udah kaya orang gila nyari lo, 6 tahun gue berharap lo masih mau balik sama gue, 6 tahun Rumi! 6 TAHUN!".

Mark sedikit teriak membuat pengunjung lain menatap kearahnya. Arumi sudah terdiam melihat Mark yang begitu marah, ia juga tidak bisa memberikan alasan mengapa dirinya datang dengan harapan kosong.

"Mark, hey listen. Aku gapernah mau kaya gini, aku gapernah mau ngasih kamu harepan Mark. Maafin aku ya, maaf karna udah bikin kamu kecewa".

Mark menoleh dengan tatapan kosongnya, membuat Arumi menahan tangisnya.

"Gue bodoh banget ya Rumi, nunggu lo yang ternyata kaya gini. Tapi, gue juga gabisa lupain lo gitu aja. Lo rumah gue Rumi, tempat gue pulang". Ucap Mark

Mark tertawa, menertawai dirinya sendiri yang bodoh akan hal itu.

"Semoga lo bahagia terus Rumi". Ucap Mark sambil mengelus rambut Arumi lalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri di cafe

Pertahanan Arumi runtuh, ia menangis. Menangis karna membuat orang yang sangat ia cintai kecewa.

"Maafin aku Mark, maaf". Lirih Arumi dalam hati

Sementara itu Mark memukul keras stang mobilnya, pikirannya kacau. Iapun melajukan mobilnya menuju sebuah bar, kemeja yang dilipat jas yang ia simpan di mobil. Dasi yang longgarkan, memperlihatkan betapa stressnya lelaki berusia 28 tahun itu.

Lelaki itu memesan satu botol wisky dan menegaknya seperti minuman soda biasa. Ini sudah botol kedua kesadaran Mark sudah mulai pudar, racauan yang keluar dari mulutnya sudah tidak bisa dihindari.

Ponsel Mark berdering dengan segera ia menekan tombol hijau disana.

Halo? Ini Markvin?

Rumiiiii

Halo? Ini Markvin bukan?

Haha, Markvin sayang Rumiiii

Are you drunk? God!

Rumiii lo kenapa jahat banget sama gue hah? KENAPA?

Gadis itu sedikit menjauhkan ponselnya karna teriakan Mark.

Sinting lo!

Haha lo yang sinting anjing! Ninggalin gue gitu aja

Kaisha menutup telfonnya dan bersiap menjemput Mark di club. Ia tidak habis fikir seorang Mark mabuk hanya karna seorang wanita.

Sesampainya di club, Kaisha menerobos orang-orang yang sedang menari. Matanya menangkap sosok Mark yang sudah tertidur dimejanya dengan segera ia menghampiri Mark.

"Goblok banget ini orang minum 2 botol wisky. Pantesan mabok parah". Batin Kaisha

Gadis itu menopang Mark membawanya ke mobil karna lelaki itu sudah tidak sadarkan diri karna pengaruh minuman beralkohol. Saat dimobil, Kaisha mencoba mencari dompet Mark untuk melihat alamat rumahnya. Namun nihil ia tidak ingin Mark terbangun, namun saat membuka laci mobil ia menemukan sebuah kertas yang beralamatkan sebuah apartrment.

Dengan kecepatan sedang Kaisha melajukan mobil Mark. 20 menit mereka sampai disebuah apartement, iapun mulai memutari mobil dan membawa Mark menuju apartementnya.

"Sumpah nyusahin banget sih lo kalo lagi gini. Mana gue gatau pin nya lagi anjir". Gerutu Kaisha

Dengan ke so tauan Kaisha yang tinggi, ia memencet asal pin apartementnya dan akhirnya terbuka. Lalu membawa Mark kedalam kamarnya.

Kaisha melepas sepatu juga kemeja yang sudah bau dengan keringat juga muntahan. Ia mengambil asal kaus yang ada dilemari milik Mark.

Lelaki itu masih tertidur pulas dengan wajah yang sedikit pucat, Kaisha mencoba memeriksanya namun tubuhnya tiba-tiba ditarik dan dipeluk oleh Mark. Kaisha sangat terkejut iapun mencoba melepaskan pelukan Mark namun nihil, pelukannya terlalu kuat.

Dengan perlahan ia membuka pelukan Mark dan berhasil, Kaisha pergi kedapur untuk membuatkan kompresan. Setelahnya ia mengompres kepala Mark, Kaisha menatap Mark dengan lekat. Namun dengan segera ia menepis dan mulai mengompres kembali kepala Mark.

***

Lelaki bernama Markvin Wardana terbangun sambil memegang kepalanya yang sangat pening. Ia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam sebelum dirinya benar-benar hilang kesadaran.

Iapun keluar kamar dan melihat seseorang yang sedang tertidur pulas di sofanya. Mark menghampirinya, dan melihat itu adalah Kaisha lelaki itu mengernyit mengapa ada dirinya di apartementnya.

Mark menepuk pelan kaki Kaisha membuat gadis itu terbangun.

"Lo ngapain di apartement gue?". Tanya Mark membuat Kaisha menoleh sambil mengucek matanya

"Jawab woy".

"Lo gainget apa-apa semalem?". Tanya Kaisha yang dibalas gelengan oleh Mark

"Sama sekali?". Tanyanya lagi memastikan

"Lo mau macem-macemin gue ya".

Kaisha menoleh memelototkan bola matanya, tidak percaya dengan ucapan Mark tadi.

"Lo kalo emang gainget, gausah nuduh yang engga-engga". Ucap Kaisha menahan emosi

"Ya terus lo ngapain disini anjir kalo emang gamacem-macem".

Kaisha berdiri, membereskan barangnya dan menguncir rambutnya.

"Gue tunggu ucapan terimakasih lo kalo lo udh inget sama kejadian semalem!". Ucapnya lalu pergi meninggalkan Mark

Namun saat membuka pintu gadis itu menoleh, "gue udah buatin bubur dan nyiapin obat dimeja, kalo lo gamau makan gapapa tinggal buang aja".

Kaisha menutup kasar pintu apartement Mark, membuat lelaki itu berdecih lalu ia membaringkan tubuhnya disofa. Ia melihat sekilas nampan yang berisikan semangkuk bubur juga obat untuknya, ada sedikit rasa bersalah dibenak Mark karna menuduh Kaisha yang aneh-aneh.

Iapun menidurkan dirinya di sofa namun sesuatu mengganjal dikepalanya, saat dilihat itu adalah dompet milik Kaisha. Dengan tidak sopannya Mark melihat isi dompetnya berniat akan mengembalikannya, namun niatnya diurungkan karna masih merasa tidak enak pada gadis itu.

























Jangan lupa vote dan comment, terimakasih♥️

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang