Cerita 17

5 1 0
                                    

Hari ini rencananya Mark akan meminta maaf dan memberikan sesuatu untuk Arumi, Mark masih berjalan menuju parkiran menunggu Arumi namun entah mengapa dirinya ditarik begitu saja oleh beberapa siswa dan memukulinya dibelakang sekolah.

"Rumi! Itu Mark berantem dibelakang sekolah". Ucap Agus yang lari karna melihat Mark yang sedang berada dibelakang sekolah

Dengan tergesa gadis itu pergi kebelakang sekolah dan benar saja, Mark sedang baku hantam dengan seorang siswa membuat Arumi berteriak agar Mark berhenti memukulinya.

"MARK STOP!".

"MARK!". Ucap Arumi sambil menarik paksa lengan Mark

"Kamu ini kenapa sih berantem di area sekolah?". Tanya Arumi dengan nada sedikit tinggi

"Gue dikroyok Rumi! Itu bukan gue yang mulai".

"Bisa ga sih gausah nyari masalah sehsri aja Mark? Sesusah itu kamu buat gabikin onar hah?".

"Guekan udah bilang, bukan gue yang mul~".

"Gausah nyari alesan Markvin!".

"Gue gangada-ngada Arumi, lagian lo kenapa gadenger penjelasan gue dulu sih?".

"Aku cape Mark sama kamu".

Mark tersenyum sinis, "lo cape sama gue? Yaudah putus".

Hati Arumi mencelos, bukankah ini yang dirinya mau? Mendengar kata putus dari Mark? Tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan? Gadis itu masih terdiam, sekuat tenaga menahan air matanya.

Tidak banyak bicara, dirinyapun pergi meninggalkan Mark dan Clara di taman belakang. Clara memandang tak suka ke arah Mark, sedangkan lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa kata itu keluar begitu saja dari mulutnya? Bodoh, itulah gambaran Mark saat ini.

Arumi menahan tangisnya sampai kekelas, menertawai diri sendiri. Ia sangat percaya dengan Mark, namun keadaan yang memaksanya untuk tidak percaya pada Mark. Alhasil inilah yang ia dapatkan dari Mark.

"Rum? Lo gapapa?".

"Gapapa".

"Mark asal ngomong aja, gausah dianggap serius".

Arumi tersenyum, "gapapa Clay, udah ya gausah dibahas".

19.00

"3 hari lagi kamu berangkat ke Canada, jangan lupa siapin apa aja barang yang mau kamu bawa". Ucap Tio

"Pah, kenapa kita harus pindah sih?".

"Demi kebaikan kamu Rumi, papah gamau kamu salah bergaul disini".

"Pah, Rumi udah turutin kemauan papah buat putus dari Mark. Jadi biarin Rumi tetep tinggal disini ya".

Tio menggeleng, "jangan pernah membantah papah Rumi. Atau papah bakal bikin Mark dan kakaknya itu menderita disini".

Arumi terdiam, kenapa semua ini harus terjadi pada dirinya? Kenapa papah Mark harus membuat kesalahan pada papahnya?

Gadis itu terdiam dibalkon kamarnya, menatap langit-langit yang tidak dihiasi bintang-bintang. Merenungi kisah cintanya yang sudah berakhir karna ke egoisan sang papah. Air mata gadis itu mengalir deras, entah mengapa hatinya sakit saat mendengar kata putus dari Mark.

"Dek, jangan sedih dong".

Arumi terdiam, enggan membalas ucapan sang kakak.

"Maafin gue karna gabisa ngelakuin apa-apa sama papah".

"Bang, sesakit ini ternyata. Bang, gimana kalo Mark nantinya benci sama gue? Gimana kalo dia mikirnya gue emang bener-bener nyesel pacaran sama dia, padahal bukan itu maksud gue".

Jeno menoleh, ia tidak pernah melihat adiknya serapuh ini.

"Papah kenapa sih egois banget? Punya cara licik buat misahin gue sama Mark?". Ucap Arumi dengan nada bergetar

"Dek, mungkin ada alesan dibalik papah ngelakuin ini semua sama lo. Tapi cara papah salah".

"Alesan apa bang? Yang gue tau papah itu benci banget sama Mark, itu alesan mutlak makanya papah ngelakuin itu semua sama gue".

Jeno hanya terdiam, mendengar ucapan Arumi yang dibenarkan. Ia tau sang papah sangat membenci Mark karna papahnya tau Mark adalah anak kandung dari keluarga Wardana, keluarga yang sudah memghancurkan perusahaan ayah Tio dulu. Dendam yang dimiliki Tio saat ini membuat Arumi menjadi korban keegoisan sang papah.

"ARUMI! GUE MINTA MAAF!".

Suara itu membuat Arumi keluar kamarnya, namun saat akan keluar rumah tubuhnya sudah ditahan oleh sang papah.

"Masuk!".

"Tapi pah".

"MASUK ARUMI!".

Tidak ada yang bisa Arumi perbuat selain menuruti kemauan sang papah. Dan ia hanya bisa melihat Mark dari jendela rumahnya, dengan Mark yang sudah babak belur dipukuli oleh bodyguard sang papah.

"ARUMI! GUE SAYANG BANGET SAMA LO! MAAFIN GUE RUMI!". Teriak Mark yang semakin membuat gadis itu menangis

"Pah udah pah suruh berhenti".

"Anak kurang ajar kaya gitu harus terus dikasih pelajaran!".

"Pah Rumi mohon berhenti". Ucap gadis itu yang sudah berlutut dihadapan sang papah

Akhirnya Tio menyuruh bodyguardnya untuk berhenti memukuli Mark.

"Saya sudah peringatkan dari awal untuk menjauhi Arumi, inilah akibatnya jika kamu membangkang omongan saya. Sekarang, kamu pergi daei sini". Ucap Tio

"Om, tapi saya sangat mencintai Arumi".

"Ck! Saya tidak peduli akan hal itu. Saya hanya tidak mau anak saya berpacaran dengan orang macam kamu".

"Om saya mohon".

Buuugghhhh...

Satu pukulan berhasil Tio layangkan untuk Mark, membuat lelaki itu tersungkur.

"Sekali lagi kamu berani mendekati Arumi! Saya pastikan hidup kamu dan kakakmu itu tidak tenang!". Ucap Tio sambil menutup pintu rumahnya dengan keras

Arumi menatap Mark dengan tangisan yang sudah sangat deras mengalir. Sedangkan Mark hanya tersenyum ke arah Arumi, senyuman yang begitu tulus Mark perlihatkan dari bibirnya yang sudah mengeluarkan darah.

"I love you!". Ucap Mark pada Arumi yang ia tunjukan lewat isyarat tangannya

Arumi tersenyum, dan membalas perkataan Mark sambil bilang "Maaf!".

Lelaki itu mencoba berdiri, sambil memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Ia berjalan menuju motornya dan pergi meninggalkan rumah Arumi. Butuh konsentrasi tinggi hinhga ia sampai disebuah cafe milik sang kakak.

Saat memasuki cafe, tubuh Mark ambruk ia tidak bisa menahan semua rasa sakit yang ada disekujur tubuhnya akibat pukulan bodyguard Tio. Membuat salah satu karyawan cafe langsung menolongnya dan memberitahu Johnny.



























Jangan lupa vote dan comment, terimakasih♥️

Tentang Rasa [Mark Lee] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang