09 - Kuis.

127 17 0
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><

°°°°°


Gue beneran bingung otaknya Kak Nandra terbuat dari apasih?
Dia baru koas tapi dia udah diangkat jadi Asisten Dokter.
Dan yang bikin gue kaget lagi adalah, dia masuk kelas gue sebagai Asisten dosen dari mata kuliah etika keperawatan.

Ngomongin soal etika gue jadi inget pernah dimarahin sama dia gara-gara gue telat dan nggak mau ngaku.

"Selamat pagi," sapa Kak Nandra.

"Selamat pagi kembali Kak."

"Saya ga suka basa-basi, jadi sesuai arahan dari Pak Najen, kita kuis hari ini."

Apaan-apaan anjir?!!

Kok kuis sih?!

Sebenarnya materi etika keperawatan emang gampang. Cuma yang susahnya itu di bagian undang-undang dan pasalnya. Itu tuh banyak dan gue ga hafal satupun.

"Oh iya, ketua kelas kumpulkan laporan pratikum kemarin."

Hadeuuh kalau begini gue ga jadi muji-muji Kak Nandra. Dia nggak ada bedanya dari kating galak atau dosen galak yang lain.




"Waktunya habis! angkat pulpen kalian atau saya buang kertas kalian sekarang juga!"

Hampir aja gue jantungan ngedenger omongan Kak Nandra.

Gue langsung angkat pulpen dan nggak berani ngeliat jawaban dikertas gue karena gue setakut itu ketika ikut kuis asisten dosen yang galak kayak Kak Nandra sekarang.
Masa bodo dengan nilai, gue cuma mau kuis ini cepet berakhir.

Setelah semua kertasnya terkumpul, gue dan yang lainnya masih diem ditempat merhatiin wajah Kak Nandra yang lagi nilai laporan pratikum kita kemarin.

Sebenarnya Kak Nandra itu ramah dan baik, gue akuin walaupun gue pernah kena marah sama dia.
Tapi disaat pratikum atau kuis begini auranya jadi nyeremin. Sekedar nengok ke meja sebelah aja gue ga berani.

Brak.

Kak Nandra banting pulpennya dimeja dan ngeliat ke kita semua.
Dari ekspresi wajahnya gue bisa merasakan bahwa ada yang nggak beres di sini.

"Laporannya kalian masih acak-acakan, format masih banyak sekali yang salah. Padahal ini sudah semester ke empat," cetusnya.

"Isi laporan dan dokumentasinya juga kalian salah semua, hanya beberapa orang yang mendekati benar. Padahal praktikum kemarin hanya membahas personal hygine, kan? yang hal gampang saja kalian banyak yang salah apalagi nanti kalau kalian praktikum pemeriksaan fisik yang notabenya dari ujung rambut sampai kaki."

Kita semua nunduk dan gue yakin di sini bukan gue doang yang jantungnya bekerja lebih keras alias deg-degan.

Terus juga ngedenger kata pemeriksaan fisik membuat gue merinding seketika.
Kata Yuna, pemfis ini adalah salah satu materi yang tersusah setelah pathway.
Atau bahkan sama susahnya dengan pathway.

"Untuk sekarang saya kasih toleransi buat revisi laporannya, jika ada yang salah lagi ga akan saya kasih revisi." Kata Kak Nandra. Gue kaget karena baru kali ini ada asisten yang ngebolehin kita buat revisi laporan, biasanya nggak boleh.

"Ketua kelas, bagikan laporannya," lanjut Kak Nandra lagi.

Azril ke depan terus mulai ngebagiin laporan kita.

Setelah itu Kak Nandra pamit dan nggak lupa juga kita sekelas ngucapin terima kasih.

"Astaghfirullah anjjrr!" gue berusaha menetralkan napas gue yang mulai ga beraturan karena deg-degan.

"Kak Nandra kok jadi galak gitu ya," Fanya memasang wajah nggak percaya.

"Ck," desis Azril. "Lagian apa yang mau lo harapin dari anak FK." Balasnya masih bagiin laporan praktikum.

"Kak Nandra gue coret dari list pria idaman lah, galak banget." Ujar Wafa, wajahnya juga murung.

Gino yang mendengar kalimat itu melempar keripik kentang ke muka Wafa.
"Lagian belum tentu juga Kak Nandra mau sama lo." Cetus Gino ketawa ngeliat ekspresi wajah Wafa yang mau marah.

"GINO ANJINGG!"


Gue perhatiin nilai yang terpampang di kertas praktikum gue.
Nilai 65.
Gue sedih. Padahal tinggal 5 nilai lagi gue bisa KKM dan nggak perlu revisi ulang laporan ini.

Tapi gue juga perhatiin tulisan yang ditulis sama Kak Nandra dengan tinta merahnya itu.

'Ukr.font salah, margin harusnya 3, knp margin km 2,9? isi laporannya copas dari web. persiapan alat bnyk yg ga ketulis, thp terminasi salah.'

Ya kira-kira itulah yang ditulis Kak Nandra dilaporan gue.
gue agak heran, dengan kesalahan sebanyak itu dia kasih nilai gue 65? padahal kalau laporan gue dinilai sama asisten yang lain pasti bakalan dapet 40 sampe 50. Mentok-mentok paling 55.

Emang kayaknya kating yang merangkap jadi asisten itu pada punya dendam tersendiri sama adik tingkatnya. Mungkin dulu mereka diperlakukan sama kayak kita sekarang.

Habis ini masih ada matkul Bahasa Indonesia, yang membuat gue bernapas lega dari kuis yang menegangkan tadi.

Gue nggak ke kantin karena istirahatnya cuma sebentar.
Setelah bell bunyi, Pak Ari masuk ke kelas buat ngajar.

"Kita kuis hari ini,"

Gue menarik napas panjang.
Para dosen pada kenapasih hari ini?!
Kuis mulu otak gue bisa pecah gara-gara nggak belajar semalem.

Untungnya aja materi Bahasa Indonesia masih bisa gue karang pakai logika.
Kalau materi gizi nggak bakalan bisa karena kan ketemu hitung-hitungan.

Jangankan materi gizi, ngitung tetesan infus aja kadang gue masih salah hitung.

°°°°°

Asisten Dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang