22 - Posesif.

128 9 0
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><

_____

Setelah kejadian kemarin, gosip tentang gue
dan Kak Nandra menyebar difakultas FK dan FIK.

Heran gue, padahal kita baru jalan 1 hari. Kenapa mereka bisa secepat itu ya tahunya?

"Kamu dimana?"

Kak Nandra jadi over protectif sama gue. Dia selalu nanya gue ada dimana dan selalu kirim banyak makanan.
Biar gue berisi kayak dulu, katanya.

"Aku masih dirumah, Kak."

Bukannya menjawab omongan gue, Kak Nandra malah mutusin sambungan telponnya secara sepihak.

Kalau kalian penasaran gue jadian atau nggak sama dia, jawabannya iya.
Gue nggak mau kejadian yang dulu keulang lagi. Dan Kak Nandrapun begitu, makanya gue dan dia jadian.

Drrtt drrtt drttt

"Hall-"

"Aku udah dibawah, ayo."

Selain sifat Kak Nandra berubah, dia juga makin jadi buat maksa gue kayak sekarang.
Tapi ya gue nggak masalah. Toh, dia cowok gue kan sekarang.

_____

"Heh Ira!" Alin berteriak manggil nama gue.

"Sejak kapan lo sama Dokter Nandra jadian?" tanyanya kepo.

"Sejak gue diembrio." Jawab gue asal.

Alis Alis mengkerut, "Serius, tolol."

"Ih lo kepo banget," cetus gue. Tanpa menghiraukan Alin, gue lanjut jalan.

Kenapa sih manusia-manusia disini selalu kepo tentang hubungan gue dan Kak Nandra?

"Gitu banget lo sama temen," Alin mengikuti langkah gue.

Gue cuma cekikikan aja, karena Alin teman gue mau nggak mau gue mulai cerita dari awal gue dan Kak Nandra balikan.

"Ih kok bisa sih," respon Alin ketika abis mendengar cerita gue.
"Yah ga asik dong," lanjutnya.

"Ga asik kenapa dah?"

"Iya, lo udah ada yang punya sekarang." Alin menarik napas. "Tuh, liat cowok lo udah didepan nungguin lo."

Gue mengikuti arah yang ditunjuk sama Alin. Benar aja, Kak Nandra lagi melihat gue dengan ekspresi nggak sukanya.

Dia cemburu lagi.

Udah gue bilang kan tadi? Kak Nandra jadi super duper posesif dan overprotektif.
Sebenarnya gue nggak masalah sih, gue malah suka dia kayak gitu.
Gue merasa dicintai.





"Hehe hallo dokter Nandra," kata Alin ketika Kak Nandra melangkah menghampiri gue.

"Iya, Guanlin. Sudah tidak ada urusan kan sama Anandaranya saya?" katanya. Gue syok ketika Kak Nandra bilang gitu.

Kayaknya Kak Nandra lebih gue pantes panggil kang bucin daripada sebutan Kakak.

"Iya dok, Ira gue duluan ya!" Tanpa menunggu persetujuan gue, Alin langsung lari. Astaga, dia kenapasih?



"Kak, jangan galak gitu dong tatapannya."

Kak Nandra ngeliatin gue dengan ekspresi galaknya. Persis ketika kita pertama kali ketemu di labotarium keperawatan.

"Enak ya kamu jalan sama cowo lain," dia mengerutkan bibir.

Ide jahil muncul diotak gue. Bener ternyata Dokter muda ini cemburu.

"Iya dong, tadi aku abis makan bareng, jalan-"

Belum sempat gue lanjutin omongan gue, Kak Nandra menyela.
"Guanlin ya namanya? Oke bakalan aku kejar dia buat jadi asistennya aku aja."

Duh jangan.
Kasian Alin kalau jadi asistennya Kak Nandra. Bisa-bisa dia bakalan kurus dalam seminggu.

"Kaaak, jangan gitu," rengek gue sambil megang tangannya.

"Aku nggak suka kalau kamu berteman dengan Guanlin." Dia natap mata gue. Dalam hati gue senang, ternyata Kak Nandra benar-benar udah mencintai gue.

How lucky, i am?


Dengan ekspresi masam, kak Nandra melangkahkan kaki, melepas pegangan tangan gue.

Gue masih belum puas buat jailin Kak Nandra. Ngeliat dia jadi posesif abis membuat gue sadar kalau akhirnya gue udah dicintai sama dia.

He too sweet ketika udah jadi cowok gue.
Gue nggak akan menyia-nyiakan moment ini, sambil belajar buat menyingkirkan gengsi gue yang sangat besar.





"Kamu mau makan apa?"

"Ter—"

Kak Nandra menyekap mulut gue. "Aku ga mau kata-kata kematian itu keluar dari mulut kamu." Ucapnya masih menyekap mulut gue. "Makan ramen mau ga?"

Gue mengangguk mengiyakan. Dia melepas sekapannya dan mulai memekai safety belt.

Setelah acara keposesifan dia tadi, akhirnya dia luluh karena gue cium duluan.
Habisnya dia gemes banget, masa sama Alin doang cemburu sih?

Coba dulu ketika dia masih gamon sama Anggun, pasti dia nggak pernah mikirin gue sama sekali.

"Kamu mau makan di Ramen-Ya, atau di Gokana?"

"Ramen-Ya aja, aku lagi mau makan itu."

Minusnya cuma satu pacaran sama Kak Nandra. Kalau ditanya apapun nggak boleh bilang terserah.

____

Pagi ini gue berangkat sendiri pakai Busway. Karena Kak Nandranya ada jadwal operasi pasien.

"Jangan marah ya sayang aku nggak bisa jemput pagi ini. Nanti siang kita ketemu ya, see ya soon. I love you."

Oke gue tahu ini cheesy. Itu kalimat yang Kak Nandra ucapin tadi pagi.
Padahal gue biasa aja. Maksudnya gue nggak masalah dia ga bisa jemput. Toh sebelum sama dia gue udah terbiasa sendiri.

Busway yang gue tunggu akhirnya datang juga. Busnya agak sepi jadi gue bisa duduk.

Dalam lamunan, gue memikirkan semua hal yang terjadi belakangan ini.
Padahal dua minggu yang lalu gue masih benci banget sama Kak Nandra. Tapi sekarang? gue malah jadian sama dia.

Gue jadi terharu.
Ternyata selama ini yang ngirimin bekal dan makanan di loker gue itu Kak Nandra.

Sebenarnya bekal yang dari dia itu nggak pernah gue makan karena gue takut keracunan.

Jangan bilang Kak Nandra ya, pasti dia bakalan marah kalau gue bilang gitu, HEHEHE.








TBC

___

sedih banget ngga ada yang baca cerita ini.

Asisten Dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang