10 - Lusa.

117 17 0
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><

°°°°°

Akhirnya lusa yang gue hindari tiba juga.
Kebetulan banget hari ini matkul cuma sampai siang.
Jadinya gue bisa langsung ke rumah sakit buat nememuin Kak Nandra dan calon pasien gue nanti.

Untungnya kampus gue deket sama halte busway, jadinya gue ga perlu buru-buru buat ke haltenya.

Gue lihat tv yang menampilkan jadwal kedatangan bus.
Masih sekitar 12 menitan lagi bus selanjutnya tiba dihalte ini.

Halte busway lagi sepi mungkin karena ini masih siang.
Di sini cuma ada gue dan dua orang lainnya yang lagi nunggu busnya dateng.

Waktu terus berlalu sampai busnya tiba dihalte ini.

Didalam busway gue cuma bengong dan panik nanti mau nanyain apa ke pasien.


Tadi sebelum ke sini gue chat Kak Nandra katanya dia ada diruang anastesi.

Pas banget gue lagi di depan ruangan anastesi, ada Kak Nandra dan beberapa suster keluar dari ruangan itu.

"Tumben kamu cepet datengnya,"

"Matkulnya tadi cuma sampe siang." Jelas gue.

"Pasiennya ada dilantai lima, ayo ikut saya ya."

Gue senyum lalu mengangguk dan ngikutin langkah kaki Kak Nandra.

"Nah, ini ruangan pasien kamu."

Gue dan Kak Nandra berhenti disalah satu ruangan vip dilantai lima. Kita masih diluar, belum masuk ke ruangannya.

"Kamu bisa sendiri, kan?" tanya Kak Nandra.

Gue bingung.
Gue bisa sebenarnya cuma gue takut karena ini pertama kalinya. Terus juga pertanyaan yang gue siapin dari semalem itu cenderung sedikit.

"Bisa Kak," jawab gue akhirnya setelah diam beberapa detik.

"Hmm," kak Nandra bergumam. "Saya nggak yakin sama kamu, mau saya bantu?"

Wah ini sih ga bakalan gue tolak. Rezeki ini namanya.

"Kakak ga sibuk?" gue berbasa-basi.

"Nggak, tugas saya nanti lagi pas malam hari."

"Boleh kak kalau kakak nggak keberatan untuk bantu saya." Cetus gue ke Kak Nandra.

"Oke, ayo masuk."

Kan, udah gue bilang Kak Nandra itu orangnya baik hati. Contohnya seperti sekarang ini.

Kadang gue juga heran kok bisa ada asisten sebaik dia, disaat asisten lain mencoba galak pada anak praktiknya.

"Hallo Pak, selamat pagi." Sapa Kak Nandra ke bapak-bapak yang udah lansia.

Oh iya gue juga baru inget kalau BPH itu penyakit khusus lansia yang berjenis kelamin laki-laki.

"Oy Na, udah dateng lo?"

Seseorang baru aja keluar dari kamar mandi.
Ini sih gue kenal sama dia. Namanya Kak Haikal Hammani, kating jurusan Bahasa tapi gue sering banget ngeliat dia dilab praktikum.

"Iya Kal, ini orangnya yang gue bilang kemarin." Kak Nandra nunjuk ke gue.

Gue cengengesan terus nyapa Kak Haikal.
Dan ternyata calon pasien gue ini adalah Kakeknya Kak Haikal.

Gue agak bersyukur bisa dapetin pasien ini. Selain karena dibantu sama Kak Nandra, Kak Haikal juga friendly banget orangnya. Itu ngebuat gue jadi nggak gugup dan nggak linglung.

Here we go.
Semangat Iryana, gue yakin lo bisa menuntaskan tugas pathway ini dengan benar.

°°°°

Pratikum lagi, pratikum lagi.

Hari ini praktik cara memposisikan pasien yang sedang sakit.
Ini materinya agak mudah kok. Cuma yang ribet dan susah itu responsinya.

"Ayo dong semangat, kok lesuh gitu sih masih pagi juga,"

Gue cuma ngelirik sekilas Wafa yang ngomong sama gue.
Entahlah, hari ini gue ngga semangat buat kuliah.

Seperti biasa gue dan anak-anak lainnya masuk ke lab.
Setelah dibagiin kelompok, kita semua cuci tangan terus nyiapin alat yang akan dipake buat praktik nanti.

Sebenarnya alat buat mobilisasi nggak banyak, paling cuma bantal, gulungan handuk sama tempat tidur khusus aja sih.

Mungkin hari ini hari keberuntungan gue, jadinya gue sekelompok sama Yuna dan Wafa.

"Gue yang bagian posisi lateral, sama supinasi ya." Kata Wafa, sebenarnya gue mau protes tapi karena gue lagi lemes jadinya gue iyain aja.

Posisi supinasi itu posisi tidur terlentang dan posisi lateral itu miring ke salah satu arah, misalnya kayak miring ke sebelah kiri atau kanan.
Kedua posisi itu paling gampang diantara posisi lainnya.

Dan gue kebagian posisi prone dan posisi knee chest.
Untungnya pratikum posisi ga terlalu susah, jadinya gue ga perlu misuh-misuh sekarang.







"Terima kasih buat hari ini, jangan lupa dokumentasi dan buat laporannya.
Saya ngga mau kalian salah format lagi, inget kalian ini udah semester empat masa mau salah format terus? malu dong sama maba-"

Selebihnya gue ngga ngedengerin Kak Nandra ngomong apaan.
Karena gue udah enek banget sama yang namanya dokumentasi dan segala isinya. Halah.

"Udah, kalian boleh keluar sekarang." Nah ini yang gue tunggu dartadi.

"Iryana jangan pulang dulu, kamu konsul ke saya dulu karena pathway yang kamu buat kemarin salah semuanya."

Setelah Kak Nandra ngomong gitu, gue ngga jadi bilang kalau hari ini adalah hari keberuntungan gue.

°°°°°

Terima kasih untuk kalian yang mampir dan meninggalkan jejak di sini <3

Asisten Dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang