27- El.

90 10 0
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><

______


"Ini hasil x-ray pasien tadi?"

Mia mengangguk mengiyakan. Anyway, Mia ini salah satu rekan kerja gue kalau misalnya ada praktik di Rumah Sakit.


"Dia pake susuk, tahu." Kata Mia.


Sudah nggak aneh gue melihat ginian kalau di x-ray. Setahu gue susuk itu benda yang dimasukin ke kulit kan? jelas kelihatan.
Cuma ya gue nggak terlalu peduliin urusan orang. Biarinin aja mereka mau kayak gimana juga, asal nggak menganggu gue dan kuliah gue.


"Lo kayak ga pernah liat ginian aja," ucap gue ke Mia.


"Iyasih," Mia menunjuk hasil x-ray yang dia bawa tadi. "Jadi disini kayaknya dia peradangan otak, iya kan?"


Gue perhatiin lagi dengan seksama hasil x-ray tersebut. Menurut gue juga iya, tapi karena gue adalah perawat, yang berhak memberikan diagnosa adalah Dokter. Walaupun sebenarnya gue juga bisa, tapi jelas diagnosa Dokter lebih tinggi.

"Kita tunggu aja nanti tindakan apa yang bakalan dikasih sama Dokter Rey,"


Sehabis itu gue berpamitan ke Mia. Gue mau kasih hasil x-ray ini ke Dokter Rey dan mau pulang ke rumah. Karena tugas gue sudah selesai buat hari ini.



Tapi sekarang masih jam dua siang. Cuaca diluar juga super panas. Apa gue pergi makan dulu kali ya ke Mekdi?
Ah, ngga usah deh. Laporan dan tugas kuliah gue sudah menunggu dirumah.


Akhirnya gue memutuskan buat pulang ke rumah pakai busway. Dijam-jam segini biasanya busway masih sepi. Selain karena cuaca Jakarta panas, orang-orang juga belum pada pulang kerja.







Kakak
| kamu dimana?
14.23

Whatsapp dari Kak Nandra membuat gue nggak jadi naik busway. Seinget gue, tadi pagi dia bilang dia ada jadwal operasi usus buntu pasiennya.

Iryanna
avv |
kangen ya kamu |
14.24
read.


Gila fastrespon banget Kak Nandra.

Kakak
| iya kangen
14.25
| sharelock, aku jemput.
14.26

Iryanna
nggak usah |
14.27
jarak dari kakak ke aku itu 30 menit lebih, aku udah dibusway |
14.27

Kakak
| yaudah ketemu dirumah kamu aja
14.30
| see you soon, sayang
14.30


Selalu begitu. Padahal gue memang beneran sudah dibusway. Lagian juga kalau kayak ginu jadi dia yang repot.
Tapi kalau gue larang Kak Nandra buat ke rumah gue pun dia pasti nggak bakal mau.



Diperjalanan gue mikirin apa yang bikin Kak Nandra tertarik sama gue. Padahal diawal pertemuan kita tuh nggak bertemu dengan secara baik-baik.
Dan keliatannya juga dia benci sama gue.



Dua puluh menit kemudian akhirnya gue turun dari halte dekat rumah gue.
Setelah gue turun, pemandangan yang gue lihat adalah Kak Nandra yang berdiri dengan baju labnya. Fakta itu sudah jelas kalau dia jauh-jauh dari RS praktiknya ke sini buat menjemput gue.



"Kak, ih!" gue menarik lengannya ke pinggir halte busway. "Aku kan udah bilang ketemu dirumah aku aja, kakak ngapain ke sini?"

Bukannya menjawab pertanyaan gue Kak Nandra senyum dan mencubit pipi gue.
"Masa harus dibilang lagi?" dia menatap gue. "Aku kangen kamu,"

Gue menepuk bahu Kak Nandra dengan keras sampai beberapa orang menoleh ke arah kami.
"Udah ah, aku duluan."


Gue senang kok kalau Kak Nandra selalu bilang kangen, sayang ataupun kata-kata bucin lainnya. Cuma jangan ditempat umum juga, guenya nggak terbiasa alias malu.



"Iryanna!"


Gue menoleh ke sumber suara. Kak Nandra berlari ke arah gue dengan tangannya yang masih megang bahu.


"Sakit tau," katanya. Kita berada di depan mobil Kak Nandra.

"Ih salah sendiri," tukas gue. "Kakak mau anterin aku pulang ngga? aku naik ojo-"




Cup.



"Berisik, udah ayo masuk ke dalam mobil sebelum aku semakin brutal." Kata Kak Nandra dengan senyum kematiannya.

Kayaknya dia kalau gue sebut kang bucin nggak masalah deh. Kelakuannya benar-benar beda dari dua tahun yang lalu.

"Kamu mau makan dulu?" tanya Kak Nandra. Sekarang, kita dalam perjalanan menuju rumah gue.

"Aku ngga laper," ucap gue. "Tapi kalau kakak mau makan dulu ngga apa-apa."


"Makanan apa ya yang enak menurut kamu?"

"Mekdi?"

"Oke kita ke mekdi," ucapnya. Mobil Kak Nandra melaju dijalan raya Jakarta yang lumayan padat sekarang.

"Drive thru aja ya?" tanyanya. Gue mengangguk mengiyakan.


Untungnya nggak ngantri. Kak Nandra memesan makanan untuk kita berdua. Dia selalu hapal menu favorit gue dari dulu. Karena Mekdi tuh memang salah satu makanan terfavorit gue.
Tapi tadi gue bilang ngga usah pesen, kak Nandra tetap pesenin gue makanan dan beberapa porsi lainnya buat keluarga gue dirumah.














"Eh ada mas bro,"


Lagi makan diruang tamu, gue kaget karena ada adik gue baru pulang sekolah. Namanya Elvanzee, biasanya gue panggil dia El.
Dia beda 5 tahun sama gue, sekarang masih menginjak bangku SMA.


"Hai adik ipar," kata Kak Nandra ngga tahu malu. "Mau mekdi? mas beliin buat kamu."

Kak Nandra kasih mekdi ke El. Dia terima makanan itu dengan senang hati.

"Nah gitu dong baru El restuin jadi kakak ipar," dia tertawa. "El masuk dulu ya, mau latihan dulu buat ujian."

Fyi saja El, adik gue itu sangat berbeda dengan gue. Dia selalu dapat juara dari SD sampai SMA sekarang. Prestasinya luar biasa bagus. Selalu langganan masuk olimpiade tingkat nasional.

Nggak heran kalau orang-orang lebih mengenal El daripada gue.
Tapi gue bersyukur kok, gue ikut senang melihat dia sepintar itu.


"Kemarin aku denger katanya si Elvan masuk babak final olimpiade matematika ya?"

Gue mengangguk. "Iya, kakak tahu darimana?"

"Dari media sosial, instagram, twitter dan facebook sekolahnya dia." Jawab Kak Nandra.

Gue tersenyum. "Nggak heran, dia memang sepintar itu."

"Kamu juga pintar kok," mata Kak Nandra menatap gue. "Pintar makan HAHAHAHA,"



Memang Dokter anjing. Sementara Kak Nandra masih tertawa terbahak-bahak, gue lanjut aktifitas makan gue yang terganggu.


Kenapasih dia tuh nggak bisa akting sedikit? Gue tahu adik gue lebih pintar. tapi dengan dia ngomong kayak gitu membuat gue merasa malu dan terpojokan.


"Sayang, aku bercanda."


Gue nggak gubris dia dan tetap lanjut makan.
Bahkan gue baru sadar, ketika kita awal bertemu dulu Kak Nandra juga mandang gue dengan sebelah mata, kan?

















TBC

_____

A/n :
kasih konflik g yh, xixixi

Asisten Dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang