Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.
Terima kasih ><
_____
Hari ini alumni FIK 21 ada acara meet up.
Gue diantar Kak Nandra. Sebenarnya gue udah bilang buat datang sendirian aja, tapi dia nggak ngebolehin.
Takut gue selingkuh, katanya.
Cih, padahal dia harusnya tahu kalau gue bucin maksimal sama dia."Sampai jam berapa kamu disana?"
Gue menatap Kak Nandra yang lagi menyetir mobil. He so perfect. Mimpi apa gue coba bisa dapetin hati dia.
"Mau staycation dulu ah sama Alin,"
Kak Nandra menatap gue dengan ekspresi nggak suka. Dia menghela napas, berusaha tenang.
"Bahkan kamu manggil dia dengan sebutan Alin," dia tertawa sarkastik. "Kamu suka ya sama dia?"
Niatnya mau bercanda Kak Nandra malah ngambek beneran.
Kenapa dia nggak sadar sih kalau gue tuh cuma sayang sama dia?Tapi apa dia benar-benar udah sayang sama gue? kadang gue masih bertanya-tanya tentang hal ini.
Kak Nandra berubah drastis. Padahal kita udah lostcontact satu tahun lebih."Kalau aku suka sama Alin mah mana mungkin sekarang aku disini sama Kakak."
Kak Nandra diam, dia nggak membalas omongan gue. Matanya tetap fokus menyetir.
Beneran ngambek ini mah."Aku aja nggak ada panggilan spesial dari kamu," ujarnya.
Astaga belum selesai dibahas ternyata.
"Yaudah mulai sekarang aku panggil Kakak dengan sebutan baginda raja aja ya." Ledek gue tersenyum dengan manis."Tuh emang kamu mah nggak sayang sama aku," ia menyerutkan bibir. "Apa jangan-jangan kamu cuma terpaksa ya terima aku?"
"Ngaco aja kakak mah kalau ngomong tuh,"
"Ya abisnya cuma kamu loh yang manggil dia dengan panggilan Alin,"
Gue jadi gemes sendiri. Lucu banget kan Kak Nandra.
"Anak-anak yang lain juga manggil dia dengan nama itu kok," gue menatap Kak Nandra. "Kakak nggak usah khawatir, aku cuma sayang sama Kakak."
Hati gue seketika deg-degan. Sehabis mengatakan itu, gue memalingkan wajah ke jendela, malu tepatnya.
Kak Nandra juga nggak merespon apapun, masih marah gue rasa.Tujuh menit kemudian mobil Kak Nandra parkir di basemant mall ini.
Gue keluar mobil sendiri tanpa mengatakan apapun. Begitu juga dengan Kak Nandra."Sampai jam berapa kamu disini?" ia melangkah, berdiri disamping gue.
"Sambil jalan aja ya Kak," ajak gue. "Sampai habis maghrib nanti."
Kak Nandra mengangguk. "Oke. Nanti aku jemput," katanya.
Gue berhenti melangkah, masih kebingungan dengan maksud dia.
"Kalau kakak nanti jemput aku, kenapa kakak ikut parkir di basement?"Dia tersenyum. "Karena aku sayang kamu juga. Aku mau mastiin bahwa mereka tahu kalau kamu itu cuma punya aku. Nah abis mereka kumpul semua nanti aku pulang." Ia menarik napas. "Tepat abis maghrib nanti aku jemput ya, sayang."
Kak Nandra tersenyum, ia menggandeng tangan gue.
Gue nggak menjawab apapun ucapan Kak Nandra, masih syok. Please siapapun bawain ambulance buat gue sekarang juga.Gue sudah sampai dilokasi tujuan. Ternyata sudah ramai. Ada Gino dan Wafa juga.
"Nah ini dia pasangan baru kita baru sampai," ucap Gino. Disambut bacotan anak-anak yang lain.
"Dih curang lo, masa ke sini bawa ayang sih?" kata Wafa.
"Iri aja manusia ini," Gino menimpali.
"Lo mending diem deh daripada gue hujat," ucap Wafa, melirik Gino nggak suka.
"Lama-lama gue kawinin lo berdua," Alin menengahi mereka berdua yang masih adu mulut.
Wafa sama Gino masih suka gelut ternyata. Mereka nggak cape apa ya? gue yang ngeliat mereka berdua berantem terus cape.
"Hai Dokter Nandra," sapa Azril. Ia menghampiri kita berdua. "Mau ikut makan dok? tapi nanti pes-"
"Ngga kok," potong Kak Nandra. "Saya titip Iryana ya."
Gue masih diam aja karena malu banget daritadi diledekin sama manusia-manusia dakjal ini.
"Saya pamit dulu ya. Sayang, nanti aku jemput ya." Kak Nandra mengecup kening gue. Dia pergi meninggalkan gue dengan para manusia disini yang mulutnya lebih berisik daripada suara ban meletus.
Setelah makanannya datang kita semua langsung makan terlebih dahulu.
Sembari ngobrol ketika jaman kuliah."Jadi lo udah ngga kena friendzone lagi nih sama si Nandra?" tanya Gino ke gue.
"Hush!" Wafa menimpali. "Sopan sedikit, bego. Dia kan udah jadi dosen."
Alin melempar kacang ke wajah Wafa.
"Lo kayak ga tau si Gino aja. Ahlak dia kan minus." Ujar Guanlin disambut tawa dari semua orang disini."Iya dong gue udah ga friendzone lagi," kata gue ke Gino. "Makanya lo cepet-cepet tembak Wafa deh daripada akting ribut terus lo berdua."
Jelas sehabis ngomong gitu gue dihujat sama Wafa dan Gino. Gue cuma ketawa jahil aja melihat kelakuan mereka.
Padahal si Wafa tuh sering curhat kalau dia dan Gino tuh memang lagi dekat. Kayak gue sama Kak Nandra dulu."Kan udah gue bilang jangan terlalu benci ke Gino," kata Yuna sambil cekikikan.
Gue juga ikut tertawa.
Gemes aja gitu ngeliat kelakuan mereka berdua.
Mungkin ini yang teman-teman gue rasain ketika masih terjebak friendzone dulu.
Pantesan aja mereka selalu kesal ngeliat gue sama Kak Nandra terus. Kadang, gue juga kesal sama Gino, dia belum juga beri kepastian sama si Wafa.To be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dokter
Fanfic[Complete ✔] ❝ Gue kira buat asuhan keperawatan itu paling ribet, ternyata buat perjalanan penyakit lebih ribet. Sama ribetnya kayak perjalanan cinta lo ke gue, alias ga kelar-kelar. ❞ Anandara Iryanna, mahasiswi jurusan keperawatan yang sangat frus...