19 - Sidang.

107 15 2
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><




_____

Berhari-hari setelah kejadian itu Kak Nandra nggak pernah menghubungi gue lagi. Sifatnya jadi berubah kayak kita awal kenal dulu.
Bahkan kalau gue lagi praktikum, dia nggak pernah manggil gue lagi. Dia juga marah pas gue keceplosan manggil dia dengan sebutan Kakak.

Bisa disimpulin, gue dan Kak Nandra emang udah selesai.
Selesai sebelum ada kata mulai. Bagaikan buku yang ada epilog, tapi nggak ada prolog.


Apakah setelah kejadian itu gue baik-baik aja?
Tentu nggak jawabannya.

Gue selalu nangis tiap malem mengigat semua momen gue sama dia.
Nafsu makan gue berkurang dan berat badan gue turun drastis.





"Heh, jangan ngelamun terus!"

Tepukan Yuna dibahu gue menyadarkan lamunan gue.
Tapi omongan dia nggak gue gubris. Pikiran gue masih tertuju sama Kak Nandra. Padahal udah hampir dua minggu, rasa cinta gue ke dia malah makin bertambah.

"Ra, ya ampun." Yuna meluk tubuh gue dari samping.

"Gue tahu kata-kata semangat pasti bosen lo denger, tapi nggak apa misalnya lo masih mau sedih atau galau." Yuna melepas pelukannya. "Cuma, yang gue pinta jangan sampe karena masalah ini nilai lo terus-terusan anjlok. Kita udah semester 7, skripsi lo juga tinggal sidang kan? ayo kita lulus bareng-bareng Ra."

____

Hari terus berlalu sampe nggak berasa akhirnya hari ini gue sidang.

Gila nggak nyangka sih gue udah ada diposisi ini.
Yang gue kira awalnya jurusan keperawatan itu susah. Gue kira gue bakalan nyerah ditengah perjalanan, ternyata nggak.



"Sekian presentasi dari saya, terima kasih."

Presentasi sidang gue akhirnya selesai juga. Dengan gugup, gue menunggu keputusan para pebimbing dan dosen lainnya.

Setelah sekitar lima menit panitia berdiskusi, akhirnya salah satu dari mereka berbicara.

"Selamat Anandara Iryana kamu dinyatakan sudah menjadi sarjana keperawatan." Ucap Kak Nandra. Dia adalah salah satu panitia disini.


Dengan puji syukur dan terharu gue melangkah keluar dari ruangan sidang ini.
Tangisan haru yang keluar dari mulut gue disambut hangat sama orang tua gue dan temen-temen gue disini.

Gue lihat ada semua teman dekat gue disini. Mulai dari Yuna, Wafa, Alin. Tentunya teman dekat gue dari SMP yang namanya Tiara dan Maharani.

Mereka semua memberi gue selamat, menyambut gue dengan haru.
Tentu gue sangat senang, tapi entah kenapa hati ini masih terasa hampa.


Karena Kak Nandra, orang yang gue cintai bahkan nggak menyambut gue dengan haru disini.










Sebulan setelah gue lulus kuliah, gue kembali menjadi beban keluarga lagi.
Selagi menunggu jadwal pendaftatan kuliah Ners gue, sementara gue menikmati masa-masa pengangguran sekarang.

Kalau kalian nyariin Kak Nandra mending kalian pergi dari sini.
Nggak ada yang bisa diharapin dari dia, sekedar basa-basi chat gue pun nggak sama sekali.


"Lo tahu nggak sih, Ra?"

Yuna, Wafa sama gue lagi jalan disalah satu mall dekat sini.
Mereka samanya dengan gue, menunggu jadwal pendaftaran profesi Ners dibuka.

"Nggak." Jawab gue setelah menyesap kopi.

"Itu loh si Anggun, mantannya dokter Nandra. Sekarang dia udah nikah, tau." Lanjut Yuna, memulai pergibahan.

"Nikah?" tanya gue. "Nikah sama Kak Nandra?"

"Pfftt," Yuna ketawa ngeledek. "Ya nggaklah. Dia nikah sama abdi negara gitu, gue liat snaptagramnya."

"Masa sih?" gue masih nggak percaya.

Yuna mengangguk. "Iya tau."
"Bahkan dokter itu dateng ke acara mereka."

Kak Nandra udah gila sih. Ngapain datang ke nikahan mantan?
Ya mungkin nggak ada salahnya, tapi kalau gue jadi dia, gue ga akan datang ke acara semacam itu. Ribet.

"Ohh," respon gue seadanya ke Yuna.

"Masih demen ya lo sama dia?" ejek Wafa.

Iya, kata gue dalam hati.

"Nggaklah." Gue mengelak, karena gue udah capek buat nangis di depan mereka.

"Good then. Lo harus bisa nemuin cowok yang lebih baik dari dia."

Gue tersenyum tipis ke Wafa.
Habis itu kita mulai ngobrolin hal-hal random. Membuat gue lupa sejenak dengan Kak Nandra.

Bahkan sampai detik ini, dia selalu menjadi laki-laki yang paling gue sayangi, orang yang menjadi favorit gue. Sekaligus menjadi orang yang paling menyakiti hati gue.


____

"Totalnya jadi rp220.000 ya kak." Ucap mbak kasir. "Mau pakai apa kak pembayarannya?"

"Debit aja mbak," jawab gue sambil mengeluarkan kartu.

Sekarang udah jam sembilan malam dan gue masih keluyuran ke minimarket buat beli cemilan.

"Ini kak belanjaannya. Terima kasih silahkan datang kembali."

Setelah ambil belanjaan gue, seketika gue menyesal kenapa pergi ke minimarket ini.

Lo tahu nggak rasanya kangen dan benci disaat melihat orang yang lo sayang?
Itu yang gue rasain sekarang ketima nggak sengaja kontak mata sama Kak Nandra.

Sebenarnya nggak satu atau dua kali gue ketemu sama Kak Nandra disekitar sini. Cuma gue selalu menghindarinya. Sama dia juga selalu menghindari gue.

Gue melewatinya seolah-olah gue nggak kenal sama dia.

"Ira, sebentar." Tapi, pergelangan tangan gue dipegang sama dia.

Mau apa lagi sih?
apa dia belum puas buat nyakitin hati gue?




TBC



____

Asisten Dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang