Aries

69 6 0
                                    

Dari kecil gue emang selalu jadi primadona di setiap sekolah yang gue masuki. Banyak orang suka dengan gue, mau perempuan atau laki-laki dan selalu memperlakukan gue sebagai seorang putri. Anggap saja, gue mempunyai pretty privilege. Gue gak akan bohong pretty privilege do exists, mau lo suka atau enggak. Satu hal lain, bukan salah orang yang mempunya privilege, dia terlahir dengan wajah seperti itu, gak bisa di rubah. Yang harus kalian salahkan adalah society kita, lingkungan hidup kita dimana wajah adalah segalanya. Belum lagi kalau gue omongin tentang perempuan, dada dan bokong termasuk yang paling penting di mata lelaki, menjijikan.

Selagi tumbuh dewasa, lingkungan sekitar gue mulai berubah. Apalagi saat masa puber gue, dimana keluarga-keluarga bilang kalau gue mulai gede, dimana paman-paman mulai memeluk gue dengan sedikit keras, laki-laki mulai genit dengan gue, setiap jalan yang gue injak gue dengar siulan dan kata-kata menjijikan dari mulut para lelaki. Gue muak dengan itu semua.

"Kalau kamu udah gede, kamu bakal bikin laki-laki nangis" like what the fuck? Itu bukan pujian, emang dikira hidup gue semuanya tentang laki-laki? Gue dapet pujian itu saat gue umur empat belas, dimana gue lagi puber-pubernya, dimana badan gue mulai membentuk. Di umur segitu, gue udah di godain oleh laki-laki brengsek, gimana pas gue umur delapan belas?

Ulangtahun ke tujuh belas, gue lagi ke toko buku karena gue lagi coba kurangi main keluar sama teman, dan lebih banyak baca. Saat gue lagi di salah satu rak, dimana berada di pojokan dan gak banyak orang disana, salah satu laki-laki samperin gue, dan nanyain pertanyaan yang ngebosenin kayak nama lo siapa and bla... bla... bla... Dia nanya gue umur berapa selagi deketin gue, dan gue langsung mundur sampe mentok ke rak buku, "Umur enam belas tahun" dia langsung kaget dan mundur, dia kelihatan kesal dan kecewa, "Coba umur lo delapan belas tahun, gue udah gak bisa bayangin apa yang gue bisa lakuin ke lo" dan saat dia ngomong, gue nampar dia kenceng banget sampai dia teriak. Gue ingat segemetar apa gue saat itu, buku-buku yang gue pegang berserakan di lantai. Andrew untungnya datang dan dia langsung manggil security.

Gue rayain ulangtahun ke tujuh belas gue dengan menangis di dada Andrew, "Gue benci jadi perempuan" kalimat itu berkali-kali keluar dari mulut gue selagi menangis. Andrew yang tadinya mau clubbing (sampai sekarang gue juga kurang ngerti caranya gimana ia bisa clubbing) jadi batal, hanya karena gue. Itulah yang gue suka mempunyai kembaran, dia bakal selalu ada untuk gue dan dia bisa merasakan rasa sakit yang gue punya. "Coba semua laki-laki di dunia ini gak ada!" Andrew tertawa denger gue teriak begitu, "Termasuk gue?" tanyanya dengan alis dinaikan, "Ya, tergantung lo nyebelin apa enggak" balas gue dan dia semakin peluk gue. Andrew sangat protektif. Dia benar-benar jaga gue kemana gue pergi. Setiap gue sama Andrew, gue merasa aman.

Semenjak kejadian tersebut, pola pikir gue berubah. Gue lebih memperhatikan lingkungan gue, memperhatikan berita dan politik, dan gue berusaha sejauh mungkin untuk berjarak dengan laki-laki.

Banyak rumor mulai keluar, ada yang bilang gue hamil tetapi aborsi, ada juga yang bilang gue lesbian, ya gue sebenernya gak peduli sih di bilang gitu, orang keduanya gak bener. Yang tadinya gue selalu jadi primadonna, gue sekarang menjadi anak yang di ejek hanya karena pola pikir gue yang berbeda dari yang lain. Bisa di bilang, gue dewasa lebih cepat dari yang lain.

Karena reputasi yang dikenal seperti itu, banyak orang yang gak mau deket-deket sama gue. Ada yang bilang gue pengaruh buruk kepada murid-murid lain. Gue sih santai aja, yang penting itu semua gak benar. Teman gue cuma Andrew, Tanaka dan Josephine (spoiler: Josephine pindah gak lama kemudian). Jujur aja, gue sampai sekarang masih bisa survive juga karena Andrew yang maksa gue supaya diemin orang-orang yang benci gue. Tanaka yang paling sering bela gue karena kita sekelas.

Tanaka bakal marahin cewe-cewe yang ngejek gue. Jujur, Tanaka kalau udah marah serem banget. Gue juga gak suka sebenernya dia marah-marah apalagi ke cewe, tapi ya merekanya juga sih yang kurang ajar ngatain gue duluan.

TWO PLUS ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang