duabelas

8 3 0
                                    

Aries POV

Gue sedang di mobil Tanaka, baru selesai menonton press conference bokap dimana ia di tunjuk menjadi ketua investigasi kasus ini.

"Gue bingung, Tan. Kenapa keluarga lo ada sangkut pautnya sama mereka?" Tanaka menghela nafas panjang, ia menatap gue dengan datar.

"Lo kalo gak mau cerita gapapa kok. Gue cuma penasaran aja." ucap gue tidak mau membuatnya tidak nyaman.

"Karena salah satu pembisnis yang terseret kasus ini, partner bisnis keluarga gue. Mau gak mau, nenek gue harus mengambil tindakan apapun itu untuk melindungi partner bisnis tersebut."

Gue hanya mengangguk kecil, lalu menatap ke depan. Gue memikirkan papa dan juga Andrew. Gue juga mikirin diri gue, kalau Andrew kena ancaman, tinggal tunggu waktu saja untuk ancaman berikut untuk gue.

"Hey, Ries. Jangan dipikirin." ujarnya sambol mengelus pelan bahu gue. "Ya lo enak ngomong gitu, lah gue? Berarti gue ada kemungkinan bakal kena juga."

Tanaka hanya diam dan menatap gue, "Gini loh, Ries. Kan Andrew itu publik figur, banyak orang yang kenal dia, lebih gampang untuk menjatuhkan orang kayak gitu ketimbang lo."

Gue tertawa kecil, "Jadi, maksudnya lo bilang gue bukan siapa-siapa?" gurau gue yang buat Tanaka panik, "Bukan gitu, ih!" serunya.

"Iya, gue ngerti. Tapi emang bener kok, gue bukan siapa-siapa." ucap gue sambil tersenyum. "Gue juga bukan siapa-siapa kok." balasnya dengan datar.

Gue tertawa kecil, "Tan, lo dari keluarga Kamaniya, nama lo tuh kayak VIP pass berjalan tau gak lo."

Ia menggelengkan kepala, "Nama belakang gue Wistara, bukan Kamaniya." Oh iya, lupa gue. Ibunya yang dapet nama belakang Kamaniya.

"Lo bukan siapa-siapa kok, Ries. Lo Aries, temen gue, sahabat gue, lo juga bulan gue." ucap Tanaka yang buat gue bergedik jijik.

"Apa coba? Bulan? Orang yang bersinar dalam kegelapan? Itu maksud lo?" gurau gue sambil tertawa.

Bulan itu bersinar di malam hari, di kegelapan. Dia satu-satunya yang bersinar paling terang, bintang aja kalah bukan?

"Ih bego deh lo!" serunya, "Lo orang yang menyinari gue saat gue ada di titik paling terendah di hidup gue."

Gue tersenyum kecil, lalu gue meluknya sesaat, "Lo sejak kapan gombal gitu sih?" tanya gue mengejeknya.

Ia melepas pelukan gue, "Gak gombal. Gue selalu mikir lo itu bulan, nama lo Aries, kayak nama planet gitu."

"Lah? Apa hubungannya coba?" ucap gue tertawa.

...

Andrew POV

Papa baru aja pulang saat Fabian hendak pulang, "Eh? Om? Apakabar om?" tanya Fabian hendak memeluk papa tetapi ia mendorongnya kecil.

"Om belom tidur sama sekali dari kemaren malem, kamu pulang sana." ucap papa pelan, tidak jutek tetapi dengan nada lelah.

Dengan isyarat, gue menyuruh Fabian untuk langsung pulang. Gue membantu papa buka kemenjnya, dan juga mengambil tasnya yang isi dengan laptop dan berkas.

"Drew, papa tidur di sofa aja. Papa gak kuat kalo harus ke atas." Gue hanya menurutinya dan menarik sofa lipat gue menjadi kasur, dan megambil selimut tebal untuknya.

"Kakak kamu mana?" tanya papa selagi memejamkan matanya. "Tadi sama Tanaka, pa." jawab gue pelan.

"Suruh Aries pulang sekarang, udah mau jam sembilan." ucap papa yang buat gue mengangguk kecil.

TWO PLUS ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang