tigapuluh

9 2 0
                                    

Aries POV

Sejak Andrew balik ke karir balapnya, gue tertinggal di sekolah dimana gue adalah "outcast" bagi semua orang. Mereka bilang gue aneh dan sakit mental, dan selalu membandingkan diri gue kepada Andrew.

"Andrew balapan dimana sekarang?"
"Bilangin Andrew dong gue mau tiket Formula 2!"

Banyak komen yang dilontarkan kepada gue, tapi gue hanya bisa mendiamkannya. Orang-orang di sekolah hanya bicara kepada gue tentang Andrew. Selalu Andrew, tidak pernah menanyakan kabar gue gimana atau apa.

Sudah dua bulan gue di kelas dua belas. Setiap minggu gue les privat persiapan ujian SBMPTN. Setiap sesi privat, gue mikir masa depan gue di dunia perkuliahan seperti, gue mau kuliah dimana, di dalam negeri atau luar negeri? Apa papa mampu bayarin tuisi gue untuk luar negeri? Jurusan apa yang gue mau ambil?

Banyak pertanyaan yang belum bisa gue jawab. Untuk gue tau jawabannya, gue harus benar-benar duduk dan mikirin ini semua dari awal.

Tanaka di lain sisi sudah mempunyai rencananya. Seperti ayahnya, Tanaka akan sekolah di George Washington di Washington D.C, Amerika Serikat. Ia sudah latihan untuk mengambil TOEFL dan SAT untuk masuk ke dalam kuliah. Tanaka tidak perlu memikirkan tuisi, karena nenenknya akan dengan senang hati membayarkannya.

"Lo ikut ke college fair besok?" tanya Emma yang duduk di meja samping gue. Sekarang waktunya istirahat, dan biasanya gue cuma di kelas makan bekel dari rumah. Semenjak gue temenan sama Emma, dia juga ikutan makan di kelas dan bawa bekel dari rumah.

"Gak tau." jawab gue singkat sambil makan roti yang gue bawa. "Kok gak tau? Lo harus confirm lo datang atau nggak hari ini juga!" Besok ada College fair di JCC dimana representative kuliah luar negeri buka stand untuk mempromosikan institusi mereka.

"Gue gak tau bokap gue bakal mampu bayar kuliah di luar negeri atau nggak, Em." jawab gue lagi. "Kan ada Andrew, Ries. Dia bukannya nabung uang buat lo?" tanya Emma lagi. "Ya itu uang cuma bisa dipakai buat bayar sekolah dalam negeri." jawab gue lagi.

"Andrew driver Formula 2 sekarang, pasti dia bakal dapet lebih banyak uang." ucap Emma lagi masih maksa. "Emma, gue sama lo itu beda. Gak segampang itu buat gue dan keluarga gue dapet uang." ucap gue yang buat Emma diam.

"Ya seenggaknya lo dateng besok sama gue. Siapa tau ada biayasiswa yang di tawarin." ucap Emma yang gue diamkan, "Lo mau ambil jurusan apa sih emang?" tanyanya.

"Gue gak tau." ucap gue lagi yang buat Emma sedikit frustasi. "Aries yang bener aja! Kita udah kelas duabelas! Dua bulan lagi udah semester 2 dan lo masih gak punya rencana?!" kata Emma dengan kesal dan kaget.

Gue tahu maksud Emma itu baik, tapi annoying juga dengernya. "Masih ada waktu dua bulan, dan gue udah rencana bakal pakai waktu dua bulan itu buat cari tahu gue mau ambil jurusan apa." ucap gue yang buat Emma menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"By the way, Andrew gimana kabarnya? Gue nonton balapan kemaren di Bahrain." kata Emma. "Gue belum telfon dia lagi, Em. Lagi sibuk dia." jawab gue singkat.

"Titip salam ke Andrew dari gue! Bilangin kalo bokap gue ngefans banget sama dia." ucap Emma. "Ya, nanti gue bilangin." ucap gue singkat.

Gue udah selesai makan roti gue. Bungkusnya gue hancurin dan gue buang ke tong sampah yang letaknya di luar kelas gue.

Gue gak sengaja liat Tanaka yang abis dari kantin lagi jalan ke arah kelasnya. Tanaka sadar kalau ada gue dan dia tersenyum kecil lalu jalan ke arah gue.

"Lo mau?" tanyanya sambil nawarin Sate Taichan. "Mau!" ucap gue lalu ambil satu tusuk Taichan. Gue langsung makan di hadapannya, "Enak." ucap gue singkat yang buatnya tersenyum.

"Lo besok ke college fair?" tanya gue memecehkan keheningan di antara kita. "Iya. Gue mau coba ngomong sama representatif dari George Washington." kata Tanaka sambil makan satenya.

Kita berdua berdiri berhadapan di depan pintu kelas gue. Tanaka makan Taichan, gue juga makan Taichan yang dia kasih tadi.

"Lo besok ikut?" tanyanya yang gue jawab gak tau. "Ikut aja tau, semua murid kayaknya besok ikut." ucapnya lagi. "Liat nanti." ucap gue singkat.

"Lo masih ngomong sama Fabian?" tanya Tanaka. "Semenjak kejadian di acara neneknya Jennie? Nggak lah." ucap gue yang buat Tanaka tertawa.

"Gimana keadaan keluarga lo abis semua masalah itu?" tanya gue penasaran. "Masih nunggu hasil pengadilan. Yang jelas, semua orang marah sama gue karena gue terlibat dalam soal ini." ucap Tanaka sambil tersenyum kecil.

"Tanpa lo, Andrew gak akan di Formula 2 sekarang, Tan." kata gue yang buat dia tersenyum. "I'm happy for him. He deserves to be in Formula 2." kata Tanaka yang buat gue tersenyum.

Bel sekolah berdering. Tanaka langsung makan tusuk sate terahkirnya. "Gue harus cepetan masuk kelas karena ada ulangan." kata Tanaka sambil buat sampah. "Pulang mau bareng nanti?" tawarnya yang buat gue mengangguk. "Iya, mau!" seru gue.

"Ketemu nanti ya!" seru Tanaka lalu ia berjalan ke kelasnya.

...

Andrew POV

Gue lagi di bandara nunggu untuk boarding  ke Inggris untuk ke HQ-nya Prema Racing Formula 2.
Kemarin merupakan balapan pertama gue sebagai pembalap Formula 2. Pembalap kedua dari Indonesia, setelah Fabian, yang merupakan pembalap Ferrari.

"I got your Starbucks order!" ucap Ben yang memegang kopi gue dari Starbucks. Kami berdua lagi di tempt nunggu gate penerbangan kami. "When do we board the plane?" tanya gue kepada Ben.

"15 more minutes. We still got time." jawab Ben, "Why? Do you want anything else?" tanyanya khawatir. "No, I'm good. I was just wondering." jawab gue.

Gue minum kopi gue sampai habis, karena gue jet lag banget. Gue gak pernah secapek dan sejetlag ini selama di karir balapan gue.

Kemarin, gue juara lima untuk balapan. Not bad lah buat balapan pertama gue. Fabian di lain sisi, nomer satu. Tentu semua orang membicarakannya.

"Andrew!" gue menoleh ke suara familiar dan bener aja, Fabian juga satu pesawat sama kita. Gue mendiamkannya.

"Andrew!" serunya lagi berjalan ke arah gue yang tentu gue diemin lagi. Bisa-bisanya tu orang masih manggil gue setelah nyakitin Aries.

"Gue panggilin juga lo!" serunya udah berdiri di depan gue. "Hi Ben! How are you?" sapanya ke arah Ben yang hanya dijawab oleh senyuman darinya.

"Lo mau apa?" tanya gue. "Gue mau ngucapin selamat ke lo!" ucapnya, "Sekarang kita berdua sama-sama di Formula 2!" serunya senang.

"Ini gue yang bego apa gimana sih?" tanya gue kesal kepadanya, "Bukannya terahkir kali kita ketemu, gue nonjok lo ya karena nyakitin Aries?" sarkas gue.

"Gue mau ngomong sama lo masalah itu. Josephine dan gue gak ada hubungan apa-apa!" seru Fabian.

"Fabian lo bodoh atau emang gak tau sih? Josephine itu sahabatnya Aries!" seru gue marah. "Aries pasti sakit hati banget liat cowo yang lagi deket samanya ke acara auction sama perempuan lain! Bukan itu aja, lo bilang ke Aries kalo lo lagi di Monaco!" teriak gue marah yang buat Fabian diam.

"It's a long story, Drew. You just have to listen to me! I'm willing to tell you the whole story!" seru Fabian.

"You don't owe me any explanation. You owe Aries an apology and explanation." ucap gue datar. "Pintu pesawat udah buka. Gue mah boarding dulu." ucap gue, "Come on, Ben." ajak gue ke Ben.

...

TWO PLUS ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang