Aries pov
Sekolah di hebohkan oleh berita tongkrongan di pergok dan di hancurin sama pihak sekolahan.
Bukan hanya itu, kepala desa lingkungan sekolah kita sampe harus panggil polisi karena pembangunan tongkrongan yang illegal di tanah kosong milik orang lain.
Gue yang tadinya sekarang langsung pulang, harus nunggu di sekolah karena Andrew harus ke tongkrongan.
"Gue kena masalah. Lo tungguin gue ya." ucapnya tadi pas bel pulang sekolah bunyi dan dia ngehampirin gue di kelas.
Bukan cuma gue yang nunggu di sekolah, banyak perempuan lain juga nunggu karena cowo mereka ke tongkrongan. Kan pulang bareng mereka.
Gue lagi nunggu di kantin, sambil main ipad dan makan sampai gue liat Emma yang sendirian di kantin, kikuk.
Gue cuma liatin dia, sinis, sampai dia sadar ada gue.
Dia jalan ke arah gue pelan-pelan dan narik kursi depan gue, "Lagi ngapain?" tanyanya pelan.
Emma beda. Kalo dia sendiri, dia keliatan pendiem. Seakan karismanya hilang gitu aja.
"Lo gak liat? Main ipad sambil makan." balas gue sarkastik. "Gue boleh duduk disini?" tanyanya pelan.
"Terserah lo, bukan hak otoritas gue kok." balas gue cuek. Emmapun duduk depan gue. Ia hanya diam, mengigit bibir bawahnya.
Gue liatin Emma gara-gara dia terus goyangin kakinya. "Kenapa sih?" tanya gue kesal karena gue keganggu sama goyangan kaki dia.
"Richo bakal gapapa kan?" Gue mendecak kesal mendengar pertanyaan dia. "Mana gue tau, Emma. Itu kan cowo lo, coba tanya sendiri."
Emma hanya diam mendengar omongan gue yang tentu gue diemin balik. Gue lanjut main ipad dimana gue lagi nonton analisa fashion.
"Aries, gue minta maaf ya." Gue langsung matiin ipad gue dan noleh ke Emma. "Buat apa?" Tumben, Emma minta maaf.
"I was a bitch and I'm sorry. Gue iri sama lo, okay." kata Emma dengan jujur. "Selama ini gue bully lo karena gue iri sama lo."
Gue tersenyum tipis mendengar pengakuan darinya.
"Lo cantik. Richo pernah suka sama lo pula." kata Emma yang buat gue bingung. Richo kapan sumpah suka sama gue?
"Pas baru masuk SMA, gue suka Richo tapi dia berkali-kali bilang dia suka sama lo." ucap Emma kesal.
"Lo juga mantannya Fabian Hernandes. Gue suka sama dia dulu, gue punya crush sama dia. Gue iri sama lo."
Gue natap Emma dengan datar, "Gue harap cuma gue yang lo gituin Emma. Gak perempuan lain. Sakit tau gak di keselin dan di bully satu sekolah." kata gue yang buat Emma nangis.
"Belom lagi lo dulu juga gituin Josephine. Lo iri juga kan sama dia?" Emma mengangguk, "Emma, lo cantik. Ya kalo emang cowo yang lo suka gak suka sama lo balik, berarti dia bodoh. Masa cewe secakep lo dia gak suka balik."
Emma menghapus airmatanya dengan kasar, ia terlihat kesal. Bukan kesal sama gue, dia kesal dengan perilakunya dulu. "Lo kenapa sih baik banget sama gue?" tanyanya bingung.
"Karena gue gak mau lo juga ngerasain hal yang sama. Gue orangnya gak dendaman kok." ucap gue jujur yang buat Emma bangun dan meluk gue.
Ia mengelus pundak gue dengan pelan. "Gue lagi mens hari pertama juga makanya gue emosional. Gue janji bakal baik sama lo." ucap Emma masih meluk gue.
Gue hanya memeluknya balik. Padahal gue paling gak suka di peluk orang, apalagi kalo bukan sama orang yang gue kenal kayak Emma begini.
Sumpah, aneh banget Emma minta maaf ke gue begitu. Gue sampe kaget. Sifatnya drastis banget sama sifat dia yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO PLUS ONE
Teen Fiction[LESS SERIES] Andrew si pembalap. Aries, kembarannya yang hanya ingin bertahan hidup, dan Tanaka si sahabat kembar yang tujuan hidupnya kuliah di Amerika Serikat. This is a work of fiction. Names, characters, visuals, business, events and incidents...