limabelas

12 3 0
                                    

Andrew POV

"Jadi, Tanaka, setelah diskusi sama satu tongkrongan kami semua milih buat lo tetep disini." Hugo mengatakan itu kepada Tanaka yang sedang di interogasi disini.

Pertemuan kali ini terlihat sangat serius, padahal hanya tongkrongan. Orang luar tongrkongan pasti berfikir ini tidak masuk akal dan lebay. Ini masalah kekeluargaan yang kami bangun dari awal.

"Andrew juga mengatakan jika dia sudah tidak apa-apa." Tanaka langsung menoleh gue gue, masih dengan tatapan kesal.

"Gak nyangka aja gue lo keluarga Kamaniya. Sepupunya Samy sama Kelvin ya lo?" tanya Hugo kepadanya, yang Tanaka jawab dengan anggukan.

"Samy sama Kelvin deket sama gue," ucapnya yang buat satu tongkrongan sedikit terkejut, tidak nyangka jika sang ketua dekat dengan member keluarga Kamaniya.

"sering dugem bareng. Jadi tenang aja, lo gapapa kok." Ada beberapa orang yang mendecak kesal, seperti tidak menerima Tanaka di maafkan begitu saja.

Ini sekolah atau sidang sih? Ribet.

Hugo bubarkan pertemuan ini karena jam semakin sore. Ada beberapa orang yang masin tersisa, karena mayoritas kelas duabelas mengambil bimbel untuk persiapan masuk kuliah. Anak-anak kelas sebelas juga lagi sibuk, karena bakal ada field trip lusa jadi mereka harus siap-siap.

Tersisa gue, Arka, Hugo dan Tanaka. Pas banget kita berempat sama beberapa murid lain. "Ar, lo kalo mau bimbel orangtua gue kenal sama pemilik bimbelnya gue yakin pasti mereka mau kalo—"

"Gak, Go." ucap Arka dengan cepat kepada Hugo, "Gue gak ada niat bimbel." tambahnya yang buat Hugo menyororny, "Sok pinter lo. Kek sama siapa aja sih lo!"

Yang gue tau, awal tahun ini, semester dua, ayahnya Arka jatuh sakit. Penghasilannya dari dulu hanya dari ibunya yang merupakan dosen Bahasa Inggris, karena ayahnya yang sering sakit.

"Kalo lo mau bantu gue, cariin gue part time job, dimana kek! Di perusahaan orangtua lo napa." gurau Arka.

Gue dan Tanaka yang sedang minum kopi hanya menyaksikan keduanya mengobrol. Tanaka hanya fokus dengan kopinya tanpa melihat ke arah gue, sial.

Hugo melihat ke arah kita berdua, yang jelas buat kami tau apa yang ia katakan. Sebelom Hugo ingin membuka pembicaraan Tanaka keburu berdiri dan hendak pergi, "Saya pulang dulu!" teriak Tanaka spontan.

"Gak! Lo diem, duduk, tunggu dulu!" teriak Hugo tegas yang buat Tanaka langsung duduk, seperti anjing manis yang menurut dengan pemiliknya.

"Lo berdua kapan mau baikan?" tanya Arka. Gue melihat wajah Arka yang lebam, akibat perkelahian kemarin dengan gue.

"Jujur saja, saya mau patahin gips yang dia pake, bang." kata Tanaka dengan datar. Hugo tertawa kencang lalu melihat ke Arka, "Bisa jadiin ajang acara kalo lo mau berantem sama Andrew." gurau Hugo kepada Arka yang hanya di diamkan.

"Terserah lo berdua lah, gue gunain waktu sekarang buat lo berdua maafan. Jangan som macho lo berdua, toxic masculinity nih." kata Arka yang buat gue dan Tanaka langsung menggelengkan kepala.

"Nggak! Mana ada toxic mascuilinity saya!" teriak Tanaka tidak terima yang buat gue setuju dengannya.

"Ya terserah lo berdua lah. Cepetan minta maaf, gue mau jemput cewe gue nih!" teriak Arka. "Gue sih gak ada cewe, lo berdua kalo mau maafan depan gue gapapa kok gak usah depan Arka." ujar Hugo.

"Gak! Gue gak percaya sama lo, yang ada si dua bangsat malah berantem." kata Arka dengan pelan menatap Hugo.

"Ayo cepetan! Maafan!" teriak Hugo yang buat gue mau tak mau— "Tan, maafin gue. Gue salah buat gituin lo kemaren, padahal lo percaya gue dan gue temen satu-satunya lo."

TWO PLUS ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang