empat

19 5 5
                                    

Aries POV

Seperti biasa, gue harus nungguin Andrew sampai dia ke rumah. Andrew biasanya pulang jam dua pagi karena latihan sama Coach Havan.

Tapi, akhir-akhir ini dia bisa pulang sampai jam empt pagi. Gak tau kenapa dia begini, mungkin Coach Havan bener-bener pressure dia.

"Ries, bukain pintu ya gue lima menit sampai" ucapnya nelfon. Gue langsung ke bawah, dan bukain pintu buat dia.

Gue bukan dari keluarga kaya raya seperti Tanaka.

Keluarga gue sederhana. Bokap gue PNS, kerja di KPK sebagai pegawai juru bicara KPK.

Bisa di bilang, pekerjaan bokap gue ini agak membahayakan. Gue gak bisa jelasin lebih lanjut, karena gue sendiri gak mau itu terjadi.

"Malem banget" bisik gue saat Andrew masuk rumah. "Iya. Tadi Coach Havan marah" jawab Andrew lalu ia ke atas.

Gue cuma ikutin dia ke atas, sampai dia berhenti tengah-tengah tangga. "Tadi gue ketemu Fabian" ucapnya pelan.

Gue hanya mengangguk kecil, "Gue gak pernah larang lo ketemu Fabian, Drew" ucap gue.

Fabian mengangguk paham, "Iya. Gue tau kok" jawabnya lalu ia diam sesaat.

"Fabian tadi ke Coach Havan," ucapnya yang bikin gue penasaran, "dia bawa file isinya pengajuan rekrutmen gue untuk masuk Formula 2" tambahnya yang bikin gue kaget.

"Serius, Drew?!" seru gue senang. Ia hanya mengangguk senang. Gue cuma meluk dia, hampir nangis.

Gue gak pernah liat Andrew senyum selebar ini. Dia hampir nangis juga, matanya berkaca-kaca.

"Ries," panggilnya pelan. Gue lagi rebahan di kamar Andrew, dia baru selesai mandi. "Gue kayaknya bakal bilang bokap" ucapnya yang bikin gue duduk.

"Lo gila?!" tanya gue. "Ries, Formula 2 itu sesuatu yang terkenal dan pasti ini bakal masuk berita lokal maupun internasional, gue harus kasih tau bokap sebelom dia tau dari berita" Gue cuma bisa menghela nafas kasar.

Pusing. Kalo emang akhir-akhirnya mau bilang bokap, kenapa gak dari dulu coba bilangnya? Emang dikira gue gak capek apa nungguin dia pulang pagi mulu.

"Terserah lo" ucap gue lalu berdiri. "Lo mau kemana?" tanyanya. "Mau tidur. Dua jam lagi sekolah, gue ada ulangan nanti" ucap gue lalu keluar kamar Andrew.

Gue cuma rebahan, dan natap langit-langit kamar gue.

Gue bangga sama Andrew, beneran tapi ya itu gue kesel aja, kalo emang akhirnya dia mau bilang bokap kenapa gak dari dulu aja jujur ke bokap?

Gue juga sadar kalo Andrew bakal sibuk banget, dan yang paling bikin gue takut adalah dia berhenti sekolah.

...

Andrew POV

Sebelom berangkat sekolah, Coach Havan nelfon gue bilang kalo ada dua team dari Formula 2 yang mau rekruit gue. Dia nyuruh gue dateng besok ke sirkuit buat bahas ini.

Dia juga bilang untuk kasih tau bokap gue karena gue masih dibawah delapan belas tahun, harus ada tanda tangan orang tua atau wali.

Coach Havan gak bisa tanda tangan karena dia cuma sekedar pelatih. Plus, kata dia ini bakal jadi breaking news banget dan kebangaan Indonesia.

"Pagi, pa" gue liat bokap yang lagi mau berangkat ke kantor. "Kenapa, pa?" tanya gue karena bokap keliatan lesuh banget.

"Papa bakal sibuk banget, nak" ucapnya selagi memakai sepatunya, "Korupsi lagi naik banget" tambahnya.

TWO PLUS ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang