0016. Derana

2.1K 189 51
                                    

0016. Derana

Jangan lupa tinggalkan VOTE, KOMEN & FOLLOW AUTHOR. Share juga cerita ini biar semakin banyak yang baca❣️

"Jika dia tidak bisa diajak berkompromi dalam sebuah pernikahan, aku tinggal mencari ibu pengganti untuk anakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika dia tidak bisa diajak berkompromi dalam sebuah pernikahan, aku tinggal mencari ibu pengganti untuk anakku."-Arezta Jonh Nataniel Diantoro

🥀🥀

Dinginnya suhu pada malam hari itu, menyambut kedatangan seorang pria yang baru saja memarkirkan super car mewah kesayangannya. Setelah memastikan mesin mobil dalam keadaan mati, dia dengan segera keluar dan memutari body mobil. Membuka pintu yang lain, agar dapat membawa wanita yang mengisi kursi penumpang. Dengan susah payah, dia membawa tubuh mungil tersebut ala bridal style. Akibatnya, dia harus menutup pintu menggunakan dorongan dari kaki.

Ketika memasuki area lobby gedung tiga lantai tersebut, dia bisa melihat seorang wanita datang terpogoh-pogoh menghampiri. Diikuti oleh seorang lelaki muda ber-hoodie navy.

"Anye kenapa?"

"Tidur, maybe," jawab Arez sambil menatap sekilas ke arah wanita muda yang tampak tidur nyenyak dalam gendongannya.

"Berikan pada saya, bang. Biar saya yang bawa Anyelir ke kamarnya." Lelaki muda ber-hoodie itu buka suara.

Arez menatap lelaki muda itu sejenak. Iris coklat beningnya meneliti dari atas ke bawah. "Tidak perlu. Tunjukan saja jalannya," ujar Arez datar.

Lelaki muda itu mengangguk, lantas memimpin jalan diikuti oleh Ana.

"Di mana kalian bertemu?" Tanya Ana, usai menutup pintu kamar Anye. Arez baru saja membaringkan gadis tersebut di tempat tidur.

"Club night."

"A-pa?" kaget Ana. Ia tampak shock mendengar penuturan tersebut.

Arez hanya mengangguk kecil. Mungkin ekspresinya saat melihat wanita muda itu di club night, sama seperti ekspresi Ana.

"Apa kakaknya tidak ada?"

Ana menggeleng sebagai jawaban. "Suamiku pergi bertugas."

"Hm. Begitu rupanya," respon Arez.

Kini keduanya tengah duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian, datang lelaki muda ber-hoodie navy tadi dari arah dapur.

"Silahkan diminum," ujarnya seraya menyodorkan dua gelas minuman hangat. "Maaf, kalau Bian lancang, mbak," imbuhnya, sungkan.

Ana tersenyum dengan gelengan kepala. "Kayak rumah siapa aja, Bi. Mas Hasan juga sudah anggap kamu kayak adik sendiri, jadi nggak usah sungkan."

Lelaki yang akrab disapa Bian itu tersenyum tipis sambil menggaruk kepala bagian belakang. "Iya, mbak."

Asmaradahana (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang