0017. Bujuk rayu

2.2K 194 51
                                    

0017. Bujuk rayu

Jangan lupa tingggalkan VOTE, KOMEN & FOLLOW AUTHOR. Share juga cerita ini biar semakin banyak yang baca❣️

 Share juga cerita ini biar semakin banyak yang baca❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini tentang aku yang mencoba memantaskan diri. Bukan selamanya soal track rekor burukku. Aku juga bisa menjadi pria polos jika diperlukan."-Arezta Jonh Nataniel Diantoro

🥀🥀

Gadis dengan terusan merah jambu selutut yang duduk di kursi itu tampak menikmati secangkir teh hangat di dekat jendela balkon. Sembari menatap tanaman-tanaman hias yang tersusun rapih, dia melihat ke arah luar. Hari ini tidak ada jadwal home schooling ataupun les tambahan yang biasa mengisi hari-harinya. Jadi, dia memiliki waktu luang untuk merenung sembari menikmati sinar mentari pagi dari balik jendela.

"Nye, keluar yuk."

Suara yang berasal dari arah belakang itu berhasil membuatnya menoleh.

"Keliling sekitar gedung aja. Nanti aku traktir kerak telor yang suka mangkal di depan, mau nggak?" Ajakan kembali terdengar dari suara tersebut. Bersamaan dengan langkah kaki yang kian mendekat.

Gadis bersurai brunette itu tampak berpikir untuk sejenak. Dia memang tidak sendiri lagi di rumah ini. Kendati tidak ada jadwal homeschooling atau les, bukan berarti dia bisa berleha-leha. Ada anggota baru yang bertugas menjaga, mengawasi, dan menemaninya.

"Mau enggak?"

Lelaki muda yang mengenakan kaos berwarna biru laut itu kembali bertanya. Anye akhirnya memberikan anggukan sebagai jawaban. Membuat lelaki itu tersenyum tipis.

"Kalau gitu sekarang kita keluar, cari angin."

"Buat apa cari angin?"

Lelaki itu menggaruk tengkuk seraya tersenyum kikuk. "Iya, juga ya? Kalimat itu terdengar ambigu." Dia terkekeh kecil kemudian. "Ganti topik, deh. Kita keluar buat jalan-jalan sambil jajan."

Lagi, gadis berpotongan rambut sebahu itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebulan tingggal di tempat ini, dia juga belum sempat berkeliling di sekitar gedung tempatnya tinggal. Selama ini dia hanya berdiam diri di dalam kamar.

"Dulu di sini nggak kaya gini, Nye. Serem dulu mah," cerita lelaki bernama Bian tersebut.

Anye sudah cukup lama mengenal Bian. Mereka berteman semenjak duduk di sekolah dasar, sebelum lelaki beriris coklat itu pindah domisili. Mereka tidak pernah bertemu lagi setelahnya. Anye pun tidak tinggal di kota yag sama ketika beranjak SMP.

Lelaki berparas rupawan dengan karakteristik khas pria non pribumi itu, memiliki iris berwarna coklat yang terang. Rambutnya hitam berpotongan undercut rapih. Kulitnya putih mendekati pucat pasi, bersih dan terawat untuk ukuran anak lelaki. Alisnya tebal, berlekuk rapih. Bulu matanya lentik terawat tanpa perlu perawatan extra. Bibirnya tebal dan selalu tersenyum ramah kepada siapapun.

Asmaradahana (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang