❄️Bagian 1❄️

4.1K 413 33
                                    

Seorang wanita bersurai putih nampak berdiri di dalam kabut. Ia terlihat kebingungan. Iris sebiru es nya menerawang ke sekeliling. Tak ada siapapun kecuali dirinya. Tempat itu sangat hening seperti tidak ada tanda tanda kehidupan. Ia lalu memeluk dirinya, bukan karena kedinginan. Tapi karena, ada sesuatu yang asing membuatnya merasa terganggu.

"Hallooo," ucapnya dengan sedikit keras. Dan langsung dibalas oleh gema suaranya sendiri.

Elsa berjalan perlahan. Matanya senantiasa melirik ke kanan-kiri. Sejauh mata memandang hanya terlihat kabut dan dataran tandus dengan banyak cekungan. Rasa takut tiba-tiba merasuki dadanya. Tubuhnya gemetar. Wanita berbalut gaun putih itu menggigit bibir ranumnya. Berharap rasa takut yang menderanya sedikit hilang.

"Ini bukan kabut sihir yang pernah menyegel hutan ajaib. Kabut ini terasa asing dan ...." Elsa mengamati kedua telapak tangannya yang memerah. "Panas," sambungnya.

Kaki jenjangnya terus membawanya masuk lebih jauh kedalam kabut. Semakin jauh semakin panas hawanya. Elsa merasa lehernya seperti terbakar. Elsa mengayunkan tangannya ke udara. Percikan cahaya biru dan salju menghujaninya. Senyum merekah di wajah cantiknya ketika kesejukan menimpanya. Ia merasa lega.

Elsa kembali menyusuri tempat itu. Ekor gaun putihnya tergerai ketika ia berjalan. Mantan Ratu Arendelle itu terlihat was-was. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Elsa terus berjalan, hatinya gundah gulana. Alisnya bertaut kala ia menginjak sesuatu. Sangat lembek dan lengket, batinnya. Karena penasaran, Elsa melihat apa yang ada di bawah kakinya. Seketika matanya membulat, refleks Elsa menutup mulutnya. Rasa mual menjalari perutnya.

Potongan-potongan tubuh manusia tergeletak begitu saja. Dengan organ-organ dalam yang muncrat seperti diinjak sesuatu yang sangat besar. Elsa menahan mualnya. Ia syok dan ketakutan. Elsa berlari dari tempat itu, berharap tidak menemukan hal yang serupa.

Kakinya terus membawanya entah kemana. Elsa tidak peduli gaunnya yang seputih salju berubah menjadi semerah darah, karena terkena cipratan genangan darah yang ia lewati. Satu satunya kata dipikirannya adalah lari sejauh mungkin.

Tapi semakin jauh semakin banyak pula mayat-mayat bergelimpangan yang ia temui. Dalam keadaan yang lebih mengenaskan pula. Dalam larinya, Elsa terjerembab. Ia jatuh di atas tumpukan daging. Elsa yang anggun dan suci bagaikan sebutir salju. Telah berubah merah seperti belatung kecil yang menggeliat di atas tumpukan bangkai. Elsa bangkit dan berjalan tertatih tatih karena ia masih ketakutan.

Hawa panas yang sempat ia singkirkan semakin merajalela.
Langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya mendongak kala melihat sesuatu yang tak jauh didepannya. Elsa menatap nanar sepasang cahaya hijau besar yang melayang di dalam kabut tebal.

Elsa tersentak ketika Cahaya itu berkedip padanya. Membuatnya berpikir, itu adalah seekor mahluk menyeramkan penyebab kekacauan yang ia temui. Elsa ingin lari tapi tubuhnya seketika membeku. Untuk beberapa detik, Elsa dan mahkluk itu saling bertatapan. Hingga mahluk itu lebih dulu mundur ke dalam kabut yang lebih dalam.

Elsa ingin mengejar. Ia penasaran dengan mahluk itu. Tapi rasa takut telah menguasai hatinya. Elsa berbalik berniat untuk pergi. Namun tertunda, kala telinganya menangkap suara nyaring dan debuman yang sangat keras.

Dum...dum...groarh....

Bayangan Anna, Kristoff, Olaf, Sven dan rakyat arendelle terlintas di benaknya.
Elsa menatap lekat kedua tangannya yang merah karena darah. Ekspresi wajahnya mengeras. Mulutnya terkatup rapat. Apa gunanya kekuatan ini, jika tidak bisa melindungi Anna, Kristoff, Olaf, Sven dan rakyat arendelle. Batin Elsa.

Elsa kembali berlari menembus ke dalam kabut. Belum jauh sang ratu salju melangkah. Hawa panas semakin menggerogoti tubuhnya. Elsa terbatuk-batuk, matanya berair dan sangat perih. Kulit seputih salju itu nampak memerah. Elsa tersungkur, nafasnya tersengal-sengal, wajahnya terlihat sangat kesakitan. Ia terlihat tak berdaya.

"Ka-kau tidak bisa menghentikanku!" teriak Elsa lalu bangkit.

Elsa menghentakkan kakinya. Lapisan es muncul dari bawah kakinya hingga menutupi seluruh dataran. Angin dingin bercampur es dan salju bertiup dengan sangat kencang. Menghalau kabut yang menghalanginya. Elsa maju dengan gagah berani tanpa mempedulikan mayat-mayat yang terlihat jelas di depan sana.

Satu satunya dipikirannya adalah menghadapi mahluk itu. Karena ia tidak bisa membiarkan mahluk itu berkeliaran. Apalagi sampai ke wilayah Kerajaan Arendelle. Elsa berlari, iris sebiru es itu menatap tajam bak belati. Surai putih sepinggangnya yang ternoda darah terkibar ditiup angin.

Didepan sana ada sebuah jurang yang menganga lebar, seperti siap untuk menelan korbannya. Elsa menyeringai, kedua tangannya mengayun ke depan.

Wushhh....

Seketika jembatan dari es muncul begitu saja. Elsa menyeberangi jurang itu hingga sampai ke sisi lain.
Elsa terperanjat ketika melihat wujud mahluk itu yang sangat buruk. Ia berlari mendekat dan berhadapan langsung dengan mahluk itu. Elsa bagaikan seekor semut didepannya. Namun semut pun jika diinjak akan menggigit.

Mahluk itu menyeret tangannya di atas tanah. Menyebabkan tanah dan bebatuan terkumpul di tangannya dan melemparnya pada Elsa. Sebongkah es raksasa tumbuh mencuat dari dalam tanah. Melindungi Elsa dari hujan batu yang mahluk itu buat. Kini, giliran Elsa yang menyerang.

Elsa menghentakkan kakinya. Ribuan jarum es raksasa muncul dan menusuk tubuh mahluk itu yang berupa kerangka dan gumpalan daging. Tidak sampai disitu, Elsa membekukan seluruh tubuh mahluk itu hingga ia tidak bisa bergerak.

Mahluk itu berusaha menghancurkan jarum-jarum es raksasa yang Elsa ciptakan. Elsa mengamati perlawanan mahluk itu. Seketika air mukanya berubah. Ia melihat seorang gadis kecil berdiri di bawah mahluk itu. Gadis kecil itu menengadah ke arah mahluk didepannya.

Krak...krak....

Suara retakan terdengar, diiringi bongkahan bongkahan es yang mulai berjatuhan satu per satu dari tubuh mahluk itu.
Elsa berlari menyelamatkan gadis kecil itu. Ia mendekapnya erat sembari menciptakan dinding es. Tapi terlambat, bongkahan es mulai berjatuhan dan menimpanya bersama gadis kecil itu.

"Maaf ..., aku tidak bisa melindungi mu," bisik Elsa pada gadis kecil yang di dekapnya.
Telinganya berdenging tatkala suara-suara bising yang silih berganti merasuki pendengarannya. Sesaat, Elsa melihat gadis kecil itu nampak tersenyum padanya, sebelum pandangannya mulai mengabur hingga akhirnya kegelapan menyelimutinya.

Bersambung.....

❄️ Selesai juga bagian 1, maaf ya ceritanya jadi gaje dan monoton. Maklum saya author amatir alias newbie. Mohon kritik dan sarannya ya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang