❄️Bagian 31❄️

761 114 24
                                    

Elsa memperhatikan Eren yang tertunduk diam. Siapapun orangnya pasti akan membela teman terdekatnya yang tertuduh, tapi apa boleh buat. Fakta yang dikemukakan Armin lebih kuat dan mendasar dari pada kalimat pembelaan Eren. Hanji merapatkan kacamatanya kemudian menggulung kertas itu. "Ehem, baiklah semuanya, dengarkan!" Suaranya mengambil alih atensi semua orang.

"Sangat besar kemungkinan, Reiner dan Berthold akan melakukan penghianatan. Rencananya, kita harus bersikap biasa saja saat didepan mereka tanpa sedikitpun mencurigakan. Jangan sebut nama Annie Leonhart. Jika ada kesempatan, kita akan menangkap mereka, mengerti?"

"Ya!" jawab mereka serentak.

"Kalau begitu, kita harus segera bergegas." Eren hendak berbalik tapi ucapan Levi menghentikan langkahnya, begitu juga dengan yang lain.

"Tunggu dulu, Eren. Kalian dengarkan aku. Mulai sekarang, kalian akan menjalankan tugas masing-masing. Sisanya kuserahkan padamu, Hanji. Mungkin Erwin sudah mengirimkan pasukan tambahan ke dalam regumu. Armin, gabungkan pengetahuanmu dengan Hanji. Bekerjasama lah dengannya."

"Ba, baik Kapten!"

Levi menoleh pada Mikasa. "Mikasa, aku tidak tahu kenapa kau sangat dekat dengan Eren tapi gunakan seluruh kemampuanmu untuk melindunginya."

"Tentu saja," jawab gadis itu cepat.

Kemudian ia beralih pada Eren. "Dan kau, Eren. Belajarlah untuk mengendalikan emosi dan jangan kehilangan tujuanmu. Jangan melakukan kesalahan lagi, mengerti?"

Eren berdiri tegak kemudian mengepalkan tangan kanannya diatas dada kirinya dengan sorot mata penuh keyakinan. "Mengerti, kapten!"

"Hei, Levi. Kau melupakan seseorang," ujar Hanji sembari melirik Elsa yang juga berdiri di antara mereka.

Mata elang sang Kapten bergulir malas ke arah Elsa. Pria itu menatapnya datar sebelum membuka suara. "Aku tidak perlu memberitahu apa tugasnya. Dia sudah tahu sedari awal."

Mendadak kedua alis Hanji bertaut. Wanita berkacamata itu menoleh cepat pada Elsa dengan wajah keheranan. "Eh, benarkah?" tanya Hanji. Bukannya jawaban, ia malah mendapatkan sebuah senyuman tipis dari si Ratu Salju. Setelah mendapatkan tugas masing-masing, mereka mulai keluar untuk segera berkumpul.

"Didekat sini ada sebuah menara, kita bisa memeriksa dinding dari sana. Tempat itu adalah kastil yang ditinggalkan. Kita menuju Utgard!" Pasukan itu memacu kudanya setelah mendengar komando dari Hanji. Mereka membelah malam yang kelam dengan cahaya terang dari sihir es Elsa. Cahayanya yang terang sangat cukup untuk menerangi jalan mereka hingga mencapai beberapa meter ke depan.

Beberapa jam mereka berkuda. Semburat jingga mulai muncul di ufuk timur, pertanda sang matahari akan segera terbit. Elsa memejamkan kedua matanya dengan senyuman yang mengembang, menyambut cahaya hangat matahari yang seketika jatuh mengenai kulit wajahnya. Hembusan angin mengibarkan rambut putihnya yang terkepang.

Bau embun pagi seketika menyeruak ke dalam hidungnya. Perasaan ini sangat familiar, Elsa merasa seolah ia berada di Arendelle. Namun ketika ia kembali membuka matanya, Elsa terperangah saat melihat reruntuhan bangunan tak jauh di depan sana. Sesuai perkataan Hanji, mereka telah tiba di kastil Utgard tepat saat matahari menyingsing. 

Hanya saja, kini kastil itu telah hancur lebur. Dindingnya sudah tak utuh dan retak serta puing-puing yang bertebaran. Tampak juga kerumunan titan liar berkeliaran kesana kemari di area reruntuhan. Para kanibal raksasa itu sedang mencari orang-orang yang masih selamat untuk dijadikan mangsa, tapi sebelum mereka mendapatkannya.

Anggota pasukan yang dipimpin oleh Hanji langsung turun tangan setelah mendapat perintah. Mereka menyapu bersih area kastil. "Anggota yang lain! Segera periksa bagian sana!" Telunjuk Hanji mengarah ke area yang belum mereka sisir. "Pastikan tidak ada titan yang berkeliaran!" tambahnya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang