❄️Bagian 11❄️

2K 305 58
                                    

Seorang gadis kecil bersurai putih sedang duduk di atas sebuah ranjang big size. Kepalanya yang berbando biru menengok ke kanan kiri seperti orang yang linglung. Manik sebiru esnya menjelajah ke sekeliling, memeriksa setiap inchi ruangan yang ia tempati. Desahan kecewa lolos dari bibir mungilnya, karena hanya terlihat gelap gulita yang mendominasi ruangan itu.

Pandangannya mengedar dan berhenti pada sebuah jendela besar yang menampilkan pertunjukan langit malam. Disana, sang rembulan tampak bersinar redup bersama jutaan bintang yang berpendar di angkasa raya. Cahayanya yang redup menerobos dari kaca-kaca jendela dan jatuh tepat ke lantai.
Elsa menghela nafas, ia merasa Deja vu dengan suasana ruangan itu.

Kepalanya menunduk dalam sembari memikirkan dimana dia berada sekarang. Tiba-tiba matanya membulat sempurna, ketika ia tak sengaja melihat corak selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Cepat cepat Elsa meraih selimut itu. Elsa menatap lekat selimut itu cukup lama. Crocus kecil dan batang gandum menghiasi sepanjang pinggiran selimut, ia sangat familiar dengan corak itu.

Hah, inikan___

Kriett

Atensinya teralih oleh suara pintu yang berderit. Cahaya dari luar merembes sedikit kedalam ruangan gelap yang Elsa tempati. Seorang wanita berambut cokelat gelap masuk dengan scarf merah terlampir di bahunya. Senyuman hangat ia berikan pada Elsa yang terlihat membeku dengan air muka yang sulit diartikan. Tanpa memindahkan pandangannya dari Elsa, tangannya bergerak menutup pintu dengan pelan.

 Tanpa memindahkan pandangannya dari Elsa, tangannya bergerak menutup pintu dengan pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis kecil itu meremas kuat selimut yang dipegangnya. Bahunya bergetar diiringi cairan bening yang pelan pelan menggenang di pelupuk matanya. Elsa merasa sesak. Ia sangat ingin bersuara saat itu juga tapi lidahnya mendadak kelu. Tak berapa lama, suara isakan pilu keluar dari mulutnya dengan air mata yang menitik deras membasahi pipi mulusnya.

"Oh, my dear Elsa. Kenapa menangis? Mimpi buruk lagi," ucap wanita itu dengan nada khawatir. Buru-buru, ia menghampiri Elsa yang menangis semakin kencang.

Bersusah payah Elsa menormalkan suara dan nafasnya. Masih dalam sesenggukan, ia mulai bicara. "Ma-mama kau-kah i-itu?" tanya Elsa semampunya.

Iduna terkekeh geli mendengar pertanyaan putri kecilnya. Ia mendudukkan dirinya di atas ranjang berbalut seprei purple soft itu. Tangannya bergerak mengusap wajah basah sang anak yang masih menangis sesenggukan. "Tentu saja, ini Mama," jawabnya lembut.

Mendengar jawaban itu, refleks Elsa menghamburkan dirinya kepelukan sang Ibu. Ia membenamkan wajahnya keceruk leher Iduna. Menghirup dalam-dalam aroma yang dirindukannya selama bertahun-tahun belakangan ini. Belaian kasih ia rasakan bergulir di kepalanya. Membuat Elsa memejamkan matanya barang sejenak. Menikmati setiap sensasi sentuhan sang ibu. "Mama, jangan pergi lagi ya. Jangan pernah naik kapal itu bersama Papa. Kumohon ...," racaunya yang semakin erat memeluk erat tubuh Iduna.

Wanita yang berstatus ibunya sekaligus ratu dari Kerajaan Arendelle, dengan hati hati melepaskan pelukan Elsa. Iduna menatap sayu wajah putri kecilnya yang masih setia menangis walau tidak sebanyak tadi. "Nak, kenapa berkata begitu?" Tangannya yang lembut mengusap air mata gadis kecilnya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang