❄️Bagian 39❄️

589 79 34
                                    

Manik mata sebiru esnya mengedar ke sekeliling. Dalam ruangan itu hanya ada dinding batu bata, pintu yang dikunci rapat dan sebuah ventilasi udara dengan terali besi. Di sudut, si gadis kecil terduduk sembari memeluk kakinya. Elsa tersenyum lembut kemudian berjalan mendekat. Ia berjongkok menyamai posisi gadis itu.

"Jangan takut, mereka tidak akan melukai anak kecil," ucapnya lembut.

Gadis itu mendongak mendengar ucapan wanita bergaun putih dihadapannya. Lalu kembali menunduk dan mengeratkan pelukan pada kedua kakinya. "Tidak, mereka tidak akan tanggung-tanggung melenyapkan nyawaku. Sama seperti yang telah kulakukan pada rekan mereka."

Mendengar penuturan menyedihkan gadis itu membuat hatinya mencelos pilu. Sejenak Elsa lupa jika tempat ini sedang dilanda konflik. Meski ia sendiri tidak tahu dengan pasti konflik apa yang terjadi. Mendadak pintu terbuka, menampilkan sosok Eren. Setelah pemuda berambut Brunette itu melangkah masuk. Kembali pintu tertutup.

Refleks Elsa berdiri saat Eren melangkah mendekat. Masih sangat segar diingatannya saat tangan kekar Eren mencekik lehernya. Bahkan rasa sakit dan sesak itu kembali terasa meski Eren tidak melakukan apa-apa sekarang. Kini Elsa diliputi ketakutan, tanpa ia sadari kakinya melangkah mundur, akan tetapi seketika terhenti saat pemuda itu menyambar lengannya.

"Eren, aku, aku sangat menyadari kesalahanku. Tapi sungguh, aku tidak pernah berniat melanggarnya." Elsa berbicara gugup, raut wajahnya penuh ketakutan.

Sedangkan Eren, ia hanya berdiri dalam diam. Namun kedua mata hijaunya tertuju pada leher Elsa dengan bekas cekikan yang masih tampak merah. "Aku ke sini bukan untuk membicarakan masalah itu lagi." Si Pemuda Titan melepaskan lengan Elsa. "Ini sebuah permintaan. Jika kau mau melakukannya, akan kumaafkan kesalahanmu," lanjutnya.

Sejenak Elsa terdiam, hatinya mendadak menjadi senang dan lega mendengar Eren mau memaafkannya. Namun dilain sisi, Elsa juga merasakan ada keanehan dari ucapan pemuda itu. "Memangnya apa yang ingin kau minta dariku?" tanya Elsa dengan kening berkerut samar.

"Tempat yang kita tinggali ini bernama Paradise dan hanya sebuah pulau kecil. Kau mungkin hanya tahu jika musuh umat manusia dalam dinding adalah titan. Tapi musuh sebenarnya adalah umat manusia di luar pulau." Sejenak Eren diam lalu menoleh pada gadis kecil –menatapnya ketakutan– dalam ruangan selain mereka.

"Awalnya aku ingin menggunakan Gemuruh untuk menghancurkan umat manusia di luar pulau. Setelah melihatmu kembali, kupikir itu tidak efisien. Jadi, aku memintamu untuk membuat badai musim dingin abadi di luar Pulau Paradise. Dalam semalam hewan-hewan akan mati membeku, teknologi tidak akan berguna dan umat manusia di luar sana akan musnah dengan sendirinya karena saling memperebutkan makanan."

Seketika matanya melebar sempurna mendengar permintaan Eren yang terdengar menyeramkan. Elsa menatap nanar pemuda dihadapannya ini. Secara bersamaan, ia merasa takut dan heran dengan perubahan sikap Eren. Pemuda itu seperti bukan pemuda yang pernah ia kenal. "Tidak, Eren. Aku tidak bisa! Ini tidak benar!" Dengan tegas ia menolak lalu mengambil langkah mundur.

"Sejak awal dunia ini sudah tidak benar!" Amarahnya tersulut karena penolakan Elsa. Kembali tangannya menyambar kedua lengan mungil wanita itu dan mencengkramnya kuat-kuat hingga Elsa meringis kesakitan. Manik mata hijau Eren melotot tajam. "Jika kau tidak mau, apa gunamu di sini?!"

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. Seorang pria –dengan wajah tegang– melangkah masuk, kemudian diikuti seorang wanita. Setelah pintu ditutup, wanita itu menembak pria tadi hingga terkapar dengan kepala bersimbah darah. "Gabi! Arahkan senapan itu ke Eren!" perintahnya pada gadis di sudut.

Gadis itu, Gabi mengangguk mengiyakan. Ia menyambar senapan pria tadi, mengokang dan menodongkan moncongnya ke si Pemuda Titan. Lantas Eren melepaskan cengkeramannya pada Elsa lalu beralih pada wanita tadi. Dengan tenang, ia menempelkan kepalanya tepat di moncong senapan kecil milik wanita itu. "Kau tidak akan bisa menembak," katanya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang