❄️Bagian 4❄️

2.2K 327 24
                                    

"Jadi, siapa namamu?" tanya Elsa memperhatikan tingkah sang gadis yang berjalan kikuk di sampingnya.
Mendengar sang penyelamat menanyakan namanya. Membuat sang gadis menatap nanar jalan yang ia pijaki. Bibir mungil itu nampak bergetar ketika hendak berbicara.

"N-nama saa-ya Alice Dawson. Nona," jawabnya gugup sembari merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan ke belakang telinganya.
Sedari tadi gadis itu menundukkan kepalanya. Entah masih merasa bersalah,malu atau apa. Ia tidak berani menatap lawan bicara di sampingnya.

"Nama yang indah seperti orangnya," ujar Elsa membuat gadis itu tersenyum dengan pipi merona dengan kepala masih tertunduk.

"Tenanglah, kau sudah aman," ucap Elsa lembut pada Alice.

Elsa melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan gadis yang di sampingnya. Ia menatap antusias kegiatan kerumunan yang ada di sekitarnya. Terlihat berbagai barang komoditi yang tersusun sedemikian rupa di dalam kios kios milik para pedagang. Anak anak kecil yang berlarian ke sana kemari di jalanan dengan riang gembira.

Dan beberapa orang yang berlalu lalang dengan urusan masing-masing, menambah kesan ramai yang sangat dirindukan oleh Elsa. Sedangkan Alice yang baru sadar tertinggal. Berusaha mengejar langkah Elsa yang semakin jauh darinya. Nampaknya gadis itu kesusahan menyaingi laju jalan Elsa. Ia harus berusaha sedikit berlari untuk mengejar Elsa.

"Kau kenapa?" tanya Elsa heran pada gadis disampingnya yang terlihat tersengal-sengal.

"Hah, hah, hah. Jalan anda...." Gadis itu berusaha menenangkan nafasnya yang tersengal sembari menghapus bulir keringat di dahinya." Jalan anda cepat sekali," sambungnya setelah nafasnya kembali normal.

"Oh, maaf. Aku tadi sangat senang sehingga melupakanmu," ucapnya dengan raut muka menyesal.

"Anda tadi terlihat seperti orang yang tidak pernah melihat keramaian selama bertahun-tahun saja," celetuk Alice yang masih kelelahan,tanpa ia sadari telah membuat hati seseorang merasa sakit.

Elsa hanya menanggapinya dengan
senyum hambar.
Gadis ini tidak tahu saja,kalau wanita yang ada di hadapannya ini memiliki masa lalu yang kelam. Elsa berusaha bersikap normal di depan gadis itu. Walau kenangan kenangan masa lalunya yang sudah ia lupakan. Kembali jelas berputar di kepalanya oleh ucapan gadis didepannya ini.

Teng ... teng ... teng ...

Alunan suara lonceng terdengar bersahut sahutan dari kejauhan. Menarik beberapa perhatian orang orang. Elsa dan Alice kembali berjalan berdampingan membelah keramaian kota. Sesekali kedua hawa berbeda usia itu berbincang bincang tentang hal hal sepele, dan diselingi tawa kecil dari bibir mereka. Hingga atensi Elsa teralih oleh sebuah kerumunan orang yang berbaris memanjang di sekitar jalan.

"Ada apa ya disana? Apa ada parade di jalan itu?" tanya Elsa pada Alice sambil menunjuk ke arah kerumunan.

Alice menoleh ke arah mana Elsa menunjuk. Dan ia terlihat tersenyum.
"Apa anda penasaran? Mari saya tunjukkan," ucap Alice antusias sembari menggenggam tangan Elsa, membawanya mendekat ke arah kerumunan.

Elsa dan Alice berjalan dengan bersusah payah membelah kerumunan massa yang sangat menyesakkan itu,karena saking ramainya. Hingga ekor gaun putih Elsa terinjak tak sengaja oleh beberapa orang. Ia harus mengangkat ekor gaunnya itu dalam gendongannya agar tidak kotor.

"Permisi, bisa berikan kami sedikit jalan," ucap Alice lembut yang masih menggenggam tangan Elsa. Orang orang lalu bergeser memberi Elsa dan Alice jalan hingga mereka sampai di kerumunan paling depan.

Sang Ratu Salju mengamati pemandangan yang tersaji di depannya. Tampak pasukan yang didominasi pria yang menunggang kuda berjalan dengan beberapa karavan yang mengikuti dari belakang. Elsa merasa sangat familiar dengan pakaian yang mereka kenakan. Alisnya mengernyit memikirkan dimana ia pernah melihatnya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang