❄️Bagian 9❄️

2.1K 316 82
                                    

A/N : Sorry ya reader-san kalau ceritanya gaje. So, hope you like it. Seperti biasa kritik dan sarannya ya. Kripik pedas juga boleh asalkan berkaitan dengan tulis menulis 🙏💖💖💖.

______________________________

"Eeh!? Dia pingsan." Monolog si wanita berkacamata dengan wajah tanpa dosa. Dengan sigap ia membopong tubuh semampai Elsa di bahunya agar tidak terjatuh. "Apa aku sudah keterlaluan ya?" tanyanya pada dirinya sendiri, sekilas matanya melirik wajah pucat pasi milik sang wanita bersurai putih.

Pria yang menebas kedua titan tadi berjalan mendekat. Mata elangnya memandang sinis wanita yang dibopong rekannya itu. "Ternyata tampang bodoh mu itu bisa membuat orang pingsan," celetuknya, kemudian ia melenggang pergi ke pusat kota.

Mendengar itu, wanita berkacamata itu menatap nanar pria itu dengan mulut yang menganga.
"Tolong bawa dia ke tempat yang aman," pintanya sembari menyerahkan Elsa pada seorang rekannya yang lain. Prajurit itu mengangguk lalu melaksanakannya tanpa protes sedikitpun.

Dia kemudian berlari menyusul langkah pria undercut itu yang merupakan rekannya di pasukan pengintai.
"Aku hanya bertanya saja," katanya. Ia menolak disalahkan oleh pria yang lebih pendek darinya. Sedangkan si pria hanya diam, mengabaikan ocehan rekannya yang masih berlanjut di sampingnya.

Tiba-tiba wanita itu bungkam, netranya kembali menyala diiringi senyum yang mengembang di wajahnya. Tatapannya terpaku pada tiga raksasa berwarna putih yang sedang bertarung dengan beberapa titan di tengah tengah kota. Sontak ia menjerit kegirangan membuat orang orang disekitarnya terkejut. "Moblit, ambilkan jurnal ku!!" perintahnya berteriak, ia menembakkan persnelingnya lalu bermanuver ke atas atap diikuti pria tadi.

"Tapi Mayor Hanji, ini bukan waktu yang tepat untuk meneliti. Kita harus mengutamakan misi memusnahkan seluruh titan dari distrik ini," jawab ajudannya, yang bernama lengkap Moblit Berner. Ia berusaha mengejar atasannya yang lebih dulu ada di atas atap.

"Ini juga bagian dari misi dan juga demi kepentingan umat manusia," desak wanita berkacamata itu yang abai dengan ucapan ajudannya. "Aku harus menelitinya dan mengidentifikasi jenis mahluk apa mereka, " gumamnya dengan suara bergetar, yang malah membuatnya terlihat seperti seorang maniak.

Pria undercut itu mengernyitkan alisnya, netra abu abunya bergulir pada rekan berkacamatanya yang ada di samping. Tangannya bergerak cepat, mengcengkram kerah wanita itu lalu menariknya kasar hingga mereka saling bertatap muka.
"Oi kacamata sialan, aku tidak peduli dengan apa yang akan kau lakukan. Tapi, jika kau membahayakan nyawa orang lain. Aku tidak akan segan segan melempar mu ke mulut titan."

"Le-levi, ka-u men-cekik ku," ucapnya tergugu sembari tangannya berusaha melepas cengkraman kuat rekannya, yang hanya menatapnya datar. Pria undercut itu lalu melepaskan cengkeramannya membiarkan si kacamata menghirup udara sepuas puasnya.

"Kapten Levi, Mayor Hanji. Awas di depan kalian!!" seru gadis bersurai karamel yang berdiri di atas bangunan lain.

Keduanya langsung melihat ke arah yang dimaksud. Seketika iris abu abu milik pria itu mengecil mendapati sepasang mata besar menatap lekat ke arah mereka. Tak lama kemudian, sebuah tangan yang panjang terangkat ke udara lalu menghempaskanya tepat pada kedua orang itu. Refleks, mereka melompat menghindari serangan si titan.

"Tcih," decak sang kapten ketika seragamnya ditempeli debu dan serpihan genteng yang beterbangan di udara. "Tampang jelek mu itu memang selalu memuakkan ya." Ia lalu menghunuskan kedua bilah pedangnya, bersiap untuk menyerang balik.

Titan kelas 10 meter itu mengangkat tangannya yang lain lalu menghempaskannya lagi pada kedua orang itu. Dengan gesit mereka menekan persnelingnya, sepasang kabel baja terlontar dan tertancap kuat ke bangunan lain. Kembali menekan persnelingnya, seketika mereka meluncur menghindari si titan dan mendarat di bangunan lain.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang