❄️Bagian 22❄️

947 147 8
                                    

Teng ... teng ... teng ....

Berulang-ulang dentingan dari lonceng raksasa menggema ke seantero kota. Pertanda gerbang pemisah antara dunia manusia dan titan akan segera dibuka. Misi besar yang sempat menjadi obrolan hangat para prajurit selama beberapa bulan ini akhirnya akan dilaksanakan.

Didepan pintu gerbang setinggi 15 meter lebih dengan ukiran wajah seorang wanita bermahkota. Ribuan orang bermantel sepasang sayap dan perisai telah berbaris rapi lengkap dengan kudanya, serta beberapa karavan suplai senjata juga turut dibelakang.

Orang-orang dari pasukan garnisun mulai sibuk di atas dinding, memastikan jalur yang akan dilalui para prajurit pasukan pengintai bersih dari para titan.

"Manusia akan mengambil langkah maju. Tunjukkan kemampuan kalian!!"

Seruan sang komandan langsung dijawab lantang oleh para prajuritnya. Mereka mengangkat tangan dan pedangnya tinggi-tinggi, mengobarkan semangat juang mereka layaknya api yang membara. Bahkan para kuda meringkik keras ikut serta menambah keriuhan tempat itu.

Seperti yang dikatakan Gunther sebelumnya, Elsa tidak satu barisan dengan mereka, sang ratu salju berada di garda terdepan sesuai dengan formasi yang telah dirancang Erwin. Wanita berkepang itu mengelus kudanya yang tampak lebih tenang dari kuda lain. 

"Aku belum memberi mu nama, jadi nama apa ya yang cocok untukmu?" Alisnya mengkerut samar, memikirkan nama untuk hewan berkuku tumpul itu. Mendadak Elsa teringat dengan Olaf, manusia saljunya yang pernah memberikan nama marshmellow pada Golem pertama yang ia buat. Tak berapa lama bibirnya melengkung manis, sepertinya ia telah mendapatkan ide.

"Hm, bagaimana dengan brownies? Bulu mu yang gelap terlihat manis seperti kue coklat. Kau suka?" ucap Elsa yang membuat kuda itu mendengus senang sambil mengetukkan kaki depannya.

Elsa terperanjat ketika merasakan tepukan kuat di bahunya. Saat menoleh, ia malah menemukan Hanji yang tersenyum lebar padanya. "Elsa, apa kau merasa gugup?" Suara Hanji yang bergetar membuat alisnya terangkat sebelah.

"Ah, tidak. Apa kau gugup?" tanyanya balik.

Wanita berkacamata itu terkekeh. "Ya, aku sangat gugup. Bukan karena takut. Tapi ..., Karena ingin segera menangkap para titan! Hahaha!" Seketika Hanji tertawa lepas hingga Elsa yang merasa aneh, sedikit memundurkan kudanya. "Hei, Elsa. Maukah kau membantuku menangkap mereka? Satu saja hm ...."

Mengingat misi mereka, ia ingin menolak permintaan wanita itu. Namun tatapan memelasnya membuat Elsa tidak bisa berkutik. "Um, Hanji ...."

"Hanji, kembali ke barisan mu!" Suara bariton Erwin menyela ucapan Elsa. Komandan pasukan pengintai itu tampak mendekat dengan kuda putih yang ditungganginya. "Gerbang akan segera dibuka, sebaiknya tetaplah dibarisan mu sampai misi berjalan."

Mendengar perintah Erwin, ekspresinya langsung berubah kecut. Dengan malas Hanji memutar arah kudanya dan kembali ke barisannya yang tak terlalu jauh. Elsa terdiam melihat Hanji yang tampak penurut, biasanya wanita itu akan memberontak atau mengumpat tidak jelas.

"Terimakasih." Elsa berkata tiba-tiba membuat Erwin yang hendak pergi, mengurungkan niatnya sejenak.

"Untuk apa?" Sang komandan tidak menoleh. Matanya menatap ke depan namun telinganya tertuju pada Elsa.

"Untuk tadi, jika kau tidak datang mungkin aku tidak bisa menolak permintaan Hanji."

"Ya, sama-sama." Hanya itu yang ia katakan, kemudian Erwin berjalan kembali ke posisinya semula, untuk mengobarkan lagi semangat juang para prajurit tangguhnya.

"Buka gerbangnya!!"

Tuas-tuas raksasa mulai ditarik, suara gemuruh terdengar dari pintu raksasa seberat tiga ton lebih yang mulai terangkat perlahan. Memperlihatkan pemandangan tanah luas yang ada di luar. Angin dari luar bertiup kencang masuk ke dalam membuat surai pirang milik Erwin berkibar, netra birunya menatap nyalang tanah luas itu bak elang pemburu.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang