❄️Bagian 21❄️

1K 146 8
                                    

"Regu khusus akan ditempatkan disini, berada ditengah bagian belakang. Sedangkan garda kita ditempatkan cukup jauh di belakang. Dalam formasi, posisi kita yang paling aman bahkan lebih terlindungi dari pada karavan pembawa suplai senjata. Tujuan utama kita adalah pergi keluar dinding lalu kembali secepat mungkin. Ekspedisi kali ini lumayan singkat, hanya simulasi perjalanan menuju distrik shigansina," jelas Gunther panjang lebar sembari telunjuknya bergerak pada selembar kertas bergambarkan formasi dalam genggamannya.

Eren mengangguk paham, namun alisnya mengkerut samar tatkala tidak mendapati sosok Elsa berada diantara mereka. "Dimana nona Elsa?" tanyanya sambil menatap ke sekeliling.

"Elsa tidak ada disini, sekarang dia lebih sibuk dengan regu mayor Hanji." Jawab Gunther langsung tanpa menoleh sedikitpun karena terlalu fokus menggulung kertasnya. "Dia juga tidak akan satu garda dengan kita," timpalnya kemudian.

"Lalu dia akan ditempatkan dimana?" Kali ini Eld yang bertanya.

Gunther menghela napas, ia terpaksa kembali membuka kertas yang sempat digulungnya. "Disini!" Tunjuknya.

Seketika tatapan tak percaya semua orang tertuju pada Gunther, mereka terlihat sangat menuntut penjelasan. "Elsa berada di garda terdepan. Komandan Erwin sendiri yang menempatkannya. Mengingat kekuatan alam yang dimiliki wanita itu. Sepertinya komandan sengaja meletakkannya disana sebagai perisai, agar pasukan bisa bergerak maju tanpa hambatan."

Oluo terkekeh geli, tangannya menyibak rambutnya dengan gaya tebar pesona. "Heh, padahal dia masih anak baru. Tapi sudah mendapat kepercayaan sebesar itu dari komandan pasukan pengintai," celetuknya sembari tersenyum pada Petra.

Melihat gaya Oluo yang narsis langsung membuat Petra membuang pandangannya. "Jangan sombong Oluo, kau bisa kualat," ucap wanita bersurai karamel itu.

Sementara itu, Eren tampak tertunduk. Bibirnya terkatup rapat dengan raut wajah yang sulit diartikan. Ada rasa kagum pada Elsa ketika mendengar penjelasan seniornya. Namun dilain sisi, perasaan takut juga khawatir menyusup di hatinya. Eren takut jika wanita yang baru saja dianggapnya sebagai bagian dari keluarganya mengalami nasib yang sama seperti orang tuanya di masa lalu. Ia tidak ingin itu terjadi, sama sekali tidak ingin.

"Ada apa Eren? Kau terlihat mengkhawatirkan sesuatu?" Refleks Eren mendongakkan kepalanya saat Petra menyentuh pundaknya.

Bibirnya melengkung tipis. "Aku hanya mengkhawatirkan nona Elsa saja karena posisinya di garda terdepan," katanya pelan.

"Kau sangat peduli padanya ya?" Petra bertanya sembari tersenyum manis.

"Ya, dia sudah ku anggap seperti kakakku sendiri." Eren tersenyum canggung, tangannya menggaruk pelan pipi meronanya yang tidak gatal.

"Manisnya ...."

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya." Gunther berbicara tanpa menoleh, tangannya kembali sibuk menggulung kertas itu. "Dia bisa menjaga dirinya sendiri, khawatirkan saja dirimu. Apa kau sudah mengerti apa maksud pertanyaan yang diajukan komandan?"

Eren terdiam, ia ingat beberapa waktu yang lalu komandan Erwin pernah mengajukan sebuah pertanyaan padanya. Namun ia sendiri tidak tahu apa maksudnya. "Belum, bagaimana dengan para senior?" tanyanya balik sambil menatap mereka satu-persatu.

"Tidak," jawab Eld singkat, Petra hanya menggelengkan kepala sedangkan sisanya hanya terdiam.

"Kemungkinan besar ada tujuan lain dalam ekspedisi kali ini. Komandan Erwin sengaja tidak menjelaskannya kepada seluruh pasukan, agar kita lebih fokus pada pergi dan kembali. Percayakan saja pada komandan. Seperti yang pernah dikatakan kapten Levi, komandan selalu selangkah lebih maju dari kita." Setelah mengatakan itu, Gunther berdiri lalu meraih tali kekang kudanya.

Snow Queen And Wings Of Freedom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang